TENTANG PERSELINGKUHAN ITU (5)

 


TENTANG PERSELINGKUHAN ITU (5) 

Tung Widut

 

"Kamu pesan apa?" tanya pras setelah memilih menu.

"Sama". 

Sengaja Nila  memesan menu yang sama, dia sebenarnya takut kalau tidak tahu cara makanya. Maklum di desa tak pernah ada warung yang menunya aneh. 

Sambil menunggu menu tersaji, mata  Nila lagi-lagi mengembara ke seluruh ruangan. Ruangan yang mengusung konsep batu dan kayu itu singguh menawan.

Nasi goreng yang dipesanpun datang. Dua porsi nasi goreng buah naga berwarna merah. Perpaduan anatara gurih nasi goreng dengan taburan bawang merah  di atasnya. Sebuah telor ceplok setengah matang. Warna kuning dan putihnya sangat menggoda perut. Segarnya acar mentimun  campur wortel memberi kesegaran bersama merahnya buah naga. Yang tak kalah gurih adalah ayam goreng cincang dengan lumuran tepung krispi.

 

"Nila. Kau terlalu berani pergi dengan orang yang belum pernah kau kenal. Bagaimana kalau aku orang jahat?"

" Aku nggak bawa uang. Nggak cantik. Apa yang mau dijahati. Hp juga jadul. "

"Kamu menarik."

Sepontan senyum sinis Nila keluar. 

"Tujuanku jelas dan baik. Lagi pula aku mengikuti jejak medsosmu sudah lama. Benar namamu samaran. Tapi teman-teman kamu tidak. Aku bisalah tanya sama temanmu itu.  Kalau kau bebrbuat jahat, aku laporkan.  Paling tidak kamu sudah kehilangan pekerjaan."

"Kau janda? Sehingga kau sendirian."

" Mbak Uma anak orang kaya yang terpandang di desa kami. Aku nggak mau masalah ini keluarganya tersangkut. Ya begitu dapatkan nomer dari adiknya, aku berusaha menghungi. Dia sejak kecil sahabat ku. Aku tak menyangka begini. Tapi ya sudahlah." 

"Banyak uang kamu di dia."

"Nggak juga sih. Dua jutaan, tapi bagi  warga lain ada yang sepuluh juta. Bagi kami uang segitu sangat banyak. Kita bermaksud  menabung untuk hari raya.  Ya jadinya malah begini."

"Bagaimana tanggapan suamimu?" Ini pertanyaan yang kedua kalinya tentang keluarga Nila.

Nila  hanya mengangkat kedua bahunya. 

"Maksudku dia teman kecilku. Jangan sampai ada keributan. Diselesaikan dengan baik-baik. Agar nama baik keluarga besarnya tetap terjaga."

"Kenapa kamu menghindar kalau ku tanya tentang keluargamu?"

Pertanyaan ketiga dilontarkan oleh Pras.

"Aku berduaan dengan istri orang Nila. Ini pertanyaan ketiga kalinya. Tapi kau selalu mengalihkan permasalahan." Lanjutnya.

Nila baru menceritakan tentang suaminya setelah merasa terdesak. Suaminya pergi ke luar negeri  dan tak ada kabar lagi. Tapi dia meyakini kalau suaminya masih hidup dan dia masih setia menunggu. 

 Keesokan harinya di grup WA desa ramai perbincangan. Tentang  seorang warganya yang selingkuh di sebuah hotel di Surabaya. Sontak hati Nila seakan di iris setelah membaca. Berita itu berupa tangkap layar pembicaraan Siti Munawaroh dengan Uma. Nila hanya memejamkan mata merasakan keperihan hatinya. Sepagi ini. Uma dan Siti Munawaroh menyebar isu. Tak terasa sakit di dadanya telah  mengeluarkan air matanya yang bening. "Ya Tuhan. Maafkan lah dia dan buat hatiku kuat menghadapinya."

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja

Setangkai Mawar Kuning