Tersesat di Dunia Gen Z


 

Tersesat di Dunia Gen Z 

(Resensi)

Tung Widut

 

Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya? (Bookpaper)

Detail Buku

PENULIS : Khoirul Trian

PENERBIT : Gradien

Mediatama

IMPRINT : Gradien

Mediatama

HARGA : Rp. 79.000

TERBIT : Oktober 2024

RATING : 15+

ISI : 164 Halaman,

Bookpaper, BW

UKURAN : 13x19 cm

TIPE PRODUK : Self

Improvement

BINDING : Indonesia

 

 

Sore itu ada Japri dari seorang teman  untuk membuka  sebuah grup menulis.  Ternyata ada Link sebuah  unggahan dari Instagram Bank Indonesia Kediri. Dalam link tersebut ada  acara bedah buku yang diselenggarakan dalam rangka hari ulang tahun Bank Indonesia Kediri.  Akhirnya enam   orang emak-emak dengan semangat mendaftarkan diri, masuklah ke grup WA acara.. Malam sebelum acara diadakan,  enam orang sudah merasakan kalau dalam grup WA tersebut rata-rata  gen Z. Akhirnya enam emak-emak  duduk di bangku deret nomor dua dari depan di hotel Lotus Kediri untuk mengikuti kegiatan tersebut. Sebenarnya tidak enak juga karena hanya enam yang sudah uzur.

Acara inti dimulai,  sang penulis buku “Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya?” memperkenalkan diri. Choirul Trian yang biasa dipanggil dengan Trian. Lahir pada tanggal 26 September 1998 di Lampung Kalianda.  Dia  lulusan Universitas Negeri Lampung. Semula  seorang  content Creator. Melangkah akan menulis script film dan kemudian menulis buku. Buku  berjudul “Dari Aku yang Hampir Menyerah”. Setelah menjalani beberapa proses akhirnya muncullah buku yang berjudul “Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya?” 

Buku “Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya?”  ini terdiri dari 164 halaman.  Setiap halaman terdiri dari 6 sampai 12 kalimat  yang indah. Kalau boleh menyebutkan kalimat-kalimat tersebut cenderung kepada puisi naratif. Ini sesuai  dengan kepribadian Choirul Trian yang  melo. Dia mengidolakan Seno Gumira Ajidarma pengarang novel “Sepotong Senja Buat Pacarku”.  Kedua penulis ini sangat mirip sekali yaitu mengandalkan kata-kata yang indah  pada tulisannya. Sehingga orang yang membaca akan mudah terbawa emosinya. Ini terbukti dari  acara bedah buku di hotel Lotus semua peserta  mengalirkan air mata mengikuti alur setiap kata-kata dari novel tersebut. Juga bedah buku di kota lain.  Didukung dengan Choirul Trian sendiri sebagai penulis  pandai mengekspresikan dalam membacakan setiap kalimat. 

Alasan para pembaca dengan mudah terbawa emosi salah satunya tema yang diusung sangat reality dengan kehidupan.  Menceritakan seorang anak yang kehilangan sosok ayah walaupun Ayahnya masih ada. Tokoh dengan ayahnya tidak pernah berkomunikasi secara langsung walaupun setiap hari Dia hidup bersama dalam satu rumah.  Ayah dipandangnya tidak pernah memperhatikan anaknya. Tidak pernah  memberikan dukungan kepada anaknya. Ayah cenderung cuek. Sampai sang anak ini sangat rindu ingin diperhatikan ayahnya terutama saat wisuda.  Teman lain dirayakan oleh keluarganya tapi sang tokoh wisuda sendirian. Setelah ayahnya tiada dia diberitahu  oleh ibunya bahwa sebenarnya ayahnya itu sangat memperhatikan tapi tidak diungkapkan secara langsung.   Ini cuplikan dari novel karya Chairul Krian tersebut: 

 

Ayah, ternyata benar ya. Setelah dewasa kita semua harus punya banyak uang. Harus bekerja

lebih keras lagi, harus bertarung dengan isi kepala sendiri. Harus menyampingkan banyak

keinginan untuk sekadar tetap bertahan hidup sampai bertemu pagi lagi.

 

Ayah, setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang menyakitkan dalam hidup dan kali ini

aku gak punya banyak keberanian untuk melawannya. Ayah, kadang aku kalah, kadang aku kuat, kadang semuanya terjadi begitu saja dengan penuh pura-pura yang aku coba

kesampingkan rasa sakitnya.

 

Ayah, hari ini aku kesepian dan gak tahu harus lari kemana lagi. Ayah, ini arahnya ke mana,

ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya.

 

 

Dari cuplikan tersebut menggambarkan adanya Kerinduan sosok ayah yang dirasakan oleh seorang anak.  Dia harus bekerja berjuang dalam kehidupannya sendiri tanpa sosok Ayah yang mendampinginya. Terombang-ambing dalam kehidupan yang mengharapkan bantuan tapi dia tidak mampu untuk mengatakan kepada ayahnya. 

 

Keunggulan dari buku ini mampu memancing emosi pembaca untuk merasakan seperti apa yang disampaikan. Menyampaikan suatu permasalahan yang sesuai dengan realita hidup. Kalimat yang disampaikan secara singkat memudahkan pembaca untuk memahami setiap kata. Sangat cocok untuk gen Z  selain dalam bentuk buku juga sering menampilkan dalam bentuk video monolog melalui  media sosial dan dibawakan oleh penulisnya sendiri dengan suara yang bagus penyampaian yang enak. 

Ternyata dari tersesat di antara gen Z  sangat banyak manfaatnya. Menjadi tahu selera gen Z yang menyukai tulisan-tulisan yang tidak bertele-tele,  cukup kalimat yang padat, tema yang realitet  dalam kehidupan,  tidak hanya disampaikan dalam bentuk tulisan tapi juga harus menggunakan narasi melalui media sosial.  Video narasi yang mengiringi  menambah pemahaman yang sesuai dengan maksud penulis.  Menjadi inspirasi para  penulis yang usianya kebalikan dari para  gen Z bisa memposisikan diri. 

 

Kaliboto, 9 Juni 2025

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penimat Senja

DELIKAN PERMAINAN TRADISONAL ALA JAWA

Rekayasa Hidup