Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Dedaunan Basah

Gambar
  Dedaunan Basah Tung Widut Dedaunan pagi menggigil  di balut kabut Lebih tebal dari biasa Sisa hujan semalaman Pandangan  pada setetes embun Menggelantung pada ujung daun Hijau semakin  merayu Menghapus layu Angin terdiam Menikmati pagi sendu Langit membiru Menyatu

Benarkah Aku Berdiri

Gambar
  Tepatkah  Aku Berdiri Tung Widut Berdiri diantara  mereka Tanpa kata Menjelajah media Dari sekelompok tawa Di meja  kerja Membuka lembar demi lembar Pada kaca bercahaya  Tanpa ditemukan sepatah kata Bermakna meyebut nama Diam berkaca Sudah tepatkah aku berdiri Diantara kalian Para muda cekatan yang mampu berlari

Ada yang Tertinggal

Gambar
  Ada Yang Tertinggal Tung widut Disisi bilik hati Ada satu ruang tak tersentuh Dengan langkah meninggalkan Tanpa menunggu mentari bersinar Melaju  Menyusuri garis putih jalanan Jauh meninggalkan kamar bertebaran Diantaranya  sepertiga hati ada di sana Maafkan bukan ku tak sayang Maafkan bukan ku tak memilih Maafkan aku tak mampu berjuang Maafkan aku akan menggantinya Walau tak serupa #taman_safari_pasuruan #Ijen_suites 

Tangis Seorang Ibu

Gambar
  Tangis Seorang Ibu Tung Widut Tanpa mengerang Air mata mengalir Bibir bergetar Panggilan di ruang bk Tanpa selembar jawaban  Meratap kesalahan  Berjuta pertanyaan Kurang apa ibu Kubelikan yang kau pinta Aku harus bagaimana Agar kau rajin Segalanya jiwa raga Demi buah hati tercinta

Rembulan Pagi

Gambar
 Rembulan Pagi Tung Widut Langit biru menyambut pagi Terlihat bulan pasi Membumbungi di langit tunggi Tak ada yang mrnghagai Membayangkan cahaya sabit Garis sempurna malam tadi  Seperti dalam dogeng Berdampingan dengan beribu bitang Pagi pasikan rembulan Terlihat jelas dilangit biru Pada puncak langit Membiru

Rindu Karenamu

Gambar
 Rindu Karenamu Keriduan padamu Yang tak mampu tergantikan Sayangku yang termanis Jatuh cinta wajib bagiku Hanya dirimu Waktuku untukmu Mata hati telah buta Dengan rindu menggebu Bunga ditaman semerbak dirimu Burung di langit terbangkan cintaku Bulan semesta hatiku Matahari senyumu

Penari Kecil

Gambar
 Penari Kecil Tung Widut Penari kecil berlenggok Menerawang dalam senyum natural Tanpa makna Tak ada penghayatan Penari kecil melenggok Tak tahu dimana berpijak Arah pun seiring kaki melangkah Penari kecil berlenggok Suara dan gerak Tak seirama Indah dilihat Kelucuan

Senandung Embun Pagi

Gambar
 Senandung Embun Pagi Tung Widut Senyap sementara dalam balutan kabut Setelah adan berkumandang Sepi dalam temaram lampu jalanan Sayup mulai terdengar Merdunya ayat Allah dari toa surau Memecah  kabut dingin pagi Mata menggeliat semangat Menuju Tuhan yang telah menantinya Embun menemani saat menghamba

Nafas Pertama di Antara Rerumputan

Gambar
 Nafas Pertama di Antara Rerumputan Tung Widut Selamat pagi nafasmu Berhembus  di atas  rumput lapangan Menyulam jalinan cerita  setelah daun kering di tiup angin Melayang  jauh ke samudra pengabdian Selamat datang senyum manis Digerbang harapan menunggu tangan halus Belaian kasih  tanpa kata dan tanya Menjaga hati  tak perlu terluka Langkah dari bawah payung Rasa sayang  menggapai cita-cita sang putih abu-abu Ukur tangan kasih kepada mereka Sampai batas pintu dunia kerja

Rasa

Gambar
  Rasa Tung Widut Kegalauan datang dengan alasan Tiba saat yang mampu dibendung Tatkala langkah salah telah berujung Hanya mampu meratap kebodohan Ucapan maaf tak jua menghapus Sesal ada dalam lubuk hati Berandai waktu berbalik Mampu kah jua berlari menghindari Terbelenggu rasa Tak mampu dielakkan Menunggu rasa pudar Dalam kegalauan

Selamat Pagi Semangatku

Gambar
  Selamat Pagi Semangatku Tung Widut Pagi berkabut membalut jalanan Dingin terasa merasuk dari sela seragam Tanpa jaket semangat membelah jalan  Melaju di jalan terjal tak beraspal Rumput basah embun pagi Menyapa sepatu sederhana dengan senyuman Selamat pagi kawan Ucap ramah dengan ukuran tangan Pagi bersemangat Layat hp menyala dengan sederet soal Bibir mengeja tanpa suara Otak membuka memori demi lembar Terjawab sudah cerita kenakalan kemarin Tidak hanya  semangat Yang mampu menjawab semua soal

Sinar

Gambar
Sinar Tung Widut Sinar pagi datang  Pagi perlahan hilang di telan cahaya Begitu singkat embun menlambung tanpa  tanpa terlihat Sirna begitu saja Dedaunan semakin menjerit Tatkala mentari semakin meninggi Panas menyerang   Peluh mengucur tak henti Memuja matahari Rela datang dan pergi Setiap hari Aku memujamu untuk kebahagiaaku Aku mengharapmu untuk kehipanku Aku berterimaksih  untuk kedatanganmu Aku menyanjungmu untuk kepergiamu Sinarmu yang lembut Sinarmu yang hangat Sinarmu yang garang Sinarmu yang manja Sinar yang ku terima  

Awan di Kaki Langit

Gambar
 Awan di Kaki Langit Tung Widut Selamat pagi   Awan pagi di ufuk barat menyapa Kepada matahari yang mencerahkan alam Embun telah sirna  Langit biru tersenyum  gembira Putih abu-abu melaju kencang Membelah jalanan  dengan kecepatan hampir jam tujuh Langit indah terabaikan Hilanglah  kebahagiaan   yang diberikan alam Langit membiru tanpa kelabu Awan bergerumbul di kakinya Bergeming tanpa  kata Menanti  angin yang kan membawanya Terbang  tanpa arah

Deras

Gambar
  Deras Tung Widut Hujan menguyur tanpa ampun Menyerbu tanah membasah Tergenang menghilangkan kenangan Deru gerutu dari bibir kecewa Harapan mendapat sinar matahari terhalang  Air melenyapkan segalanya Pinggir genting menyerybgai Kata sayum membawa dingin Menenggelamkan suara mebalut dingin Gelegar terdengar menggema di seluruh langit Bulu kuduk berdiri terlihat dari sinar kilat Menyambar dari atas langit Takut semakin menunduk

Gemericik

Gambar
 Suara Tung Widut Gemericik air Terdengar dari ruang kesunyian Hati merasa Ketenangan dalam bayangan Gemericik air Mengalun di kursi malas Lamunan terbang jauh ke pegunungan Gemericik air Sebening kaca ya ng yang mengalir Dari hulu sampai ulu hati

Hariku

Gambar
 Hariku Tung Widut Selamat pagi mentari Terucap dari lubuk hati setiap pagi Pada mu Spesial berdiri di bawah sang merah putih Mereka memuji-muji  Ucapan silih berganti  Ini hariku Selalu berdiri dekat bangku Menghilangkan belenggu memandu ilmu Pada muridku

Daun Kering

Gambar
 Daun Kering  Tung Widut Pagi basah dayang menyapa Dedaunan menangis tipis terbalut embun Beban berat baginya beberapa helai Angin mulai menyibak pagi Titik kuning menggelepar jatuh diterpa angin Menghiba menyatu dengan tanah Hujan mulai menyerang Basah membuat gundah Daun kering melekat tanpa sekat

Tak Sendirian

Gambar
 Tak Sendiri Tung  Widut Bersekutu dengan alam Menikmati sinar mentari Terik  ditahan Diam di atas hamparan Hujan deras bermandi angin Betahan dalam dingin Tak sendiri dalam ketakutan Petir menyambar Mendengar bel pulang Riang gembira Siksa berakhir Tersenyum  Pelukan si empunya

Sinar Pagi

Gambar
 Sinar Pagi Tung Widut Menggeliat dari balik dedaunan Terlihat terang Hangat terasa Menambah semangat Kabut terusir Daun mengkilap  kering Sepatu menyapa Pedih tapi senang Pagi pergi  Hilang terselimuti cahaya mentari Indahnya dikenang Pada bingkai foto Sinar tenggelam Menunggu pagi Menyinar kembali Sinar yang di nanti

Awan Hitam

Gambar
  Awan Hitam Tung Widut Tengah hari Matahari  tergeser awan Angin bertiup kencang Menyeret awan berkumpul hitam Pekat semakin hitam Air menyerang Tanah basah Jalan mengalir mewakili sungai Berlindung dibawah payung Basah separo badan Awan kelabu Harapan beradu Gerimis menggebu Membentuk nada lagu Bertalu sampai waktu

Ikan dalam Kolam

Gambar
 Ikan  dalam Kolam Tung Widut Berenang dengan tenang Menuju sudut-sudut kolam Tanpa riak gelombang Mempermainkan warna Bergulat bentuk Air sebening kaca Terlihat isi di dalam Dasar kolam ujungnya Ikan dalam kolam Membuka mulut bernafas Ikan di kolam Membuka mulut untuk makam  Ikan di kolam  Membacarka sunar keindahan Ikan di kolam Tak sendirian Ikan di kolam Berebut bulatan makan

Hujan Semalam

Gambar
  Hujan Semalaman Tung Widut Derai hujan menjelang pagi Sama seperti beberapa kali terjaga Deras terdengar dari balik selimut Sederas bayangan hari Tingginya tenaga tanam Pupuk  kadang menghilang Lembar rupiah tak berharga Jagung mulai berisi Hamparan genangan air Lenyap sudah harapan sederhana Membawa pulang hasil panen Derai semakin menjadi  Menyambut pagi Derai air mata  Semua harapan sirna

Hujan Tirai Antara Cinta

Gambar
  Tirai Hujan Antara Cinta Tung Widut Ingin kugapai mesramu Dala mimpi dan khayalku Ingin ku peluk  rayumu Dalam wujud curahan hatiku Sapamu datar tanpa kesombongan Cerita sederhana bunga kejujuran Tentang pada dia hatimu tertambat  Memikat  rindu yang tumbuh tiba-tiba Nermimpi pada terangnya siang Pertemuan  diringi hujan di luar cendela Menjadi topik awal sebuah kata Dalam kereta kita bersama Berjabat tangan perkenalan Setelah berlalu sekian minggu Tirai hujan masih ada Kita sama-sama insan bahagia Diberi kesempurnaan hidup dengan pasangan Kini hujan tetap menjadi tirai Rindu antara cerita berlanjut pada sapa Berkesudahan pada kesadaran Tak sendirian kita masih punya cinta 

Jalan Becek

Gambar
 Tanah Becek Tung Widut Tanah tergenang Air warna coklat susu tak senikmat yang mengepul di cangir saat pagi Mengepul ubun-ubun karena emosi Coklat terpecik pada seragam putih Tanah tegenan g Jalan berjingkat Seperti saat udan petir datang  Tanah tergenang Susah tangis alam semalam Terurai air mata Seperti sesaat setelah jatuh   Salah menebak jalan dalam genangan  Ternyata berlubang

Doa Sebuah Titik Akhir

Gambar
  Doa Sebuah Titik Akhir Ting Widut Tanah mengerang Seminggu terendam Tak mampu mengumpat Pada rakyat yang diam Saat melihat tanggul jebol Tanaman sekarat Daun menguning lalu kering Setelah mentari menyerang Mengena permukaan air Petani berdiri Melipat tangan dengan galau Beribu sedih meratap dalam hati Kehilangan tanaman yang siap panin Tetes hujan datang terlalu lama Membawa sejuta tangis ratap Berujung doa

Menjemput Awan

Gambar
 Menjenput Awan Tung Widut Angin berhembus dari sisi langit Melaju lembut di bawah terik Menaungi keringat yang membasihi kemeja Sejuk terasa hingga  ke sukma Angun semakin berarak Memenuhi awang awang Gelap makin menjadi Petirpun menyambut dengan lantang Titik air turun gemulai  Tak sendiri menerjang  Awang-awangpun penuh sesak Membasah tanah yang jenuh menerima

Tak Jadi Penghalang

Gambar
  Tak Lunturkan Semangat Tung Widut Hari bersejarah Tanpa menyerah Angin berhembus menerjang dedaunan Beterbangan sampai jauh ke awan Menghitam dalam gelap Semangat hari ini Menghilangkan segala malas yang terpendam Hujan tak lagi penghalang Mendung  menjadi penghubung Semangat membara demi nusa Pagi datang dengan siap berbaris di atas hijau rerumputan Menghormati pahlawan yang rela berkorban Demi kemerdekaan bangsa Yang sekarang kita rasa Jangankan hanya hujan Jangankan hanya mendung Jangankan hanya malas Segalanya telah ku tebas Segalanya menimbulkan samangat Demi masa depan Negara benar harus ditegakkan

Resah

Gambar
  Resah  Tung Widut Kedatanganmu yang kemarin dirindukan Seuntai doa dipanjatkan  Besar harap meminta Saat benar datang dengan segala pesona Mulai sore hingga malam Was-was ada antara hati yang galau Di atas perbukitan Di sisi tebing yang curam Di bawah bukit yang menjulang Bahaya selalu mengancam Sesah takut longsor Gusar takut terpendam Galau tebing ambrol Dialtar rata pun bisa Datangmu membawa angin Datangmu membawa petir Datangmu membawa luka nan duka Hujan

Hujan Subuh

Gambar
  Hujan Subuh Tung Widut Langit gulita seperti sore tadi Terdengar irama gemericik  Pantulan air dari talang rumah Genting berdenting titik air Bernyanyi dengan irama senada Durasi semalaman tak pernah reda Sayup terdengar adan berkumandang Memecah dingin mengajak bangun Melepas malas dengan mata setengah tertutup Meninggalkan guling yang tak mau terlepas Ini hari pagi sudah Ini hari waktunya menyembah Ini hari sudah berubah Ini hari waktunya melangkah Jangan terkurung rasa malas Jangan terbelenggu kehangatan Jangan terlena keasyikan

Tangis di Bawah Hujan

Gambar
  Tangis di Bawah Hujan Tung Widut Derai langit membasahi tanah hitam Langit  mulai gelap Sayup adan dari toa terdengar di balik hujan Satu persatu teman sejawat dijemput sepeda motor berjas hujan Suasana mulai lengang Dipojok teras  madrasah sendirian Hanya seorang ustad yang setia menunggui duduk bersila Sambil membaca ayat Tuhan Sekali menyapa dengan kesabaran Tunggu  dijemput ibu ya nak Katanya bijak meneduhkan Tak ada kata selain mengangguk Tiada jawab selain sedikit pejamkan mata Derai air mata mulai menetes Mengalir di dua pipi tembem sang anak Mengapa ibu terlalu lama menjemput Mengapa tak seperti biasa Mengapa deru motor tak kunjung tiba Derai semakin membasah Sama seperti hujan yang semakin deras Hanya mampu memandang langit Hanya mampu menikmati tetes hujan Hanya mampu berharap setiap detik Tangis benar terpecah Kala melihat  sang ibu  berlenggang Dibawah payung biru yang semakin gelap Terkena malam yang makin merangkak Peluk sayang  keduanya Kata maaf menambah pilu Aku menu

Menikmati Hujan

Gambar
  Menikmati Hujan Tung Widut Sedianya ada waktu Bersatu antara hujan dan secangkir kopi Mengepul halus dari bibir diam Terpesona memandang tetes membasahi dedaunan Terlihat jelas Bicara tanpa suara Sanjungan kenikmatan tergambar  dari aroma Cerita  mencair seketika Nikmat dinginya hawa hujan  Bersatu dengan hangat secangkir  kenikmatan Irama denting  air menetes Memecah kesunyian hati Kembali berbunga mengenang sebuah pertemuan Saat hujan di luar kaca kereta Jabat tangan persahabatan dengan senyum memesona Ramah membuat kenyamanan Benbincang tetang jalur rel yang selau setia Hanya

Kilat di Atara Hujan

Gambar
  Kilat di Atara Hujan Tung Widut Dari kejauhan terpancar sinar Sekejap mata namun dahsyat luar biasa Langit menjadi terang seketika Awan menggumpal terlihat jelas Sampai jauh berlaksa kilo jarak Hanya bisa menikmati  dari kejauhan Bulu kuduk berdiri  membayangkan kejahatan Petir yang menyambar di atas lautan Bisa datang kiamat kala terkena Sementara gerimis mulai datang Titik air terasa lembut di kulit Semakin lama semakin membasahi Tak bisa mengelak sampai kini Hanya sepotong doa yang terangkai Mengharap kilat tak menyertai Biarkan hujan bernyanyi malam ini Menjadi penguasa penghilang galau hati

Panas

Gambar
 Panas Tung Widut Matahari meninggi Alampun terasa panas sekali Langit biru putih samar  Gumpalan yang tak potensi membentuk hujan Dedaunan kegerahan Menjelang sore layu ujung daun Hitam pada sisi membulat Tersengat panas  yang tertahankan Semua karena hujan telah manjakan Semua karena kebiasaan Semua karena air yang biasa menhalangi mentari Biasanya awan hitam yang memayungi Biasanya dingin mengikuti Biasanya tak begini Terkaget  Terserang Tak biasa Pasarah Menerima

Sinar Tanpa Hujan

Gambar
  Sinar Tanpa Hujan Tung Widut Siang menjelang Pagi sudah pergi Meninggalkan sisa scerita Tentang kesejukan dan dinginnya hawa Menikmati cahaya yang menembus cendela Menari diatas meja kerja Tersenyum mesraenjadi teman setia Perlahan akan mehilang pada waktunya Cahaya datang sebagai bukti Mentari datang tanpa penghalang  Meluncur sampai tempat bawah Kala hujan tak datang antara mereka Kenikmatan tersendiri bersamanya Cahaya terang memberi semangat di kala siang Kala energi  perlu penggambaran  Tentang surya megah sebagai raja

Hujan Tak Datang Lagi

Gambar
 Hujan Tak Datang Lagi Tung Widut Panas terasa  menyengat kulit Hitam legam menjadi arang Tak mampu mengelak di bawah terik  Kali ini rindu hujan Yang bisa menyegarkan kala panas Mendinginkan hati dan jiwa Memberi keindahan dalam alam nyata Kali ini merindukan hujan  Bernyanyi dengan denting rinai keindahan Memberi nada pada setiap tetes yang jatuh Memyanyikan lagu kedamaian Kali ini merindukan hujan Untuk menyambung hidup dari akar segar Dedaunan kering kembali hijau menghasilkan Bunga bermekaran dinikmati wanginya Hujan kembalilah datang Hujan kembalilah hadirkan Hujan kembalilah untuk kehidupan

Bukan di Atas Rintik

Gambar
 Bulan Terbang di Atas Rintik Tung Widut Gelap terhias rembulan sabit Mendung yang berarak tak pedulikan cahaya indah Seakan bangga  dengan cara mereka Berlari meninggalkannya dalam diam Berpasang mata menikmati keindahan Dari beberapa hari yang dinantikan Kini benar rembulan ada menyinari Alam raya yang indah permai Rasa dingin yercipta dari titik air Lembut terasa di kulit tanpa penghalang Tak sampai membasahkan Hanya terlihat jatuh dari depan sorot lampu Titik air lembut menghilang hawa panas Semilir angin menyirnakan keringat malam Diseka sejuk menyamankan Rintik tetaplah menemani Kala tak memabasahi kulit hanya kesegaran Rintik temani diri dalam kenyamanan Dinikmati dari lampu temaram

Mengingatmu dalam Waktu

Gambar
 Mengingatmu dalam Waktu Tung Widut Pagi yang sekarang cerah Matahari nanar melihat sisa bencana Saat pagi itu Hujan turun melenyapkan waktu Tak mampu ditembus  Terlalu berat dirasa dengan hati tulus Berjalan pada sebuah ingatan Kala hujan deras  menguyur seluruh alam Sungai meluap mebawa harta Tanah longsor membawa derita Genangan  penuh bahaya Riang tak ada disisi mata Dua hari dua malam dilalui Hawa dingin menyambut sepi Hanya diam dibawah genting yang menetes air Menyapa lantai yang seharus tak terciderai Bulan berheda tak terlihat Titik air terus menyapa Malam gelap menjagi gulita Senyap dengan dentik diatas dipan Kala itu tangis tak mampu mengusir Sedih tak mampu menampik Geram tak menghilangkan tajam Harus diterima walu duka ada

rembulan Tanpa Bintang

Gambar
Rembulan Tanpa Hujan Tung Widut Senja merangkak malam Langit gulita tanpa awan Hujan tak datang kali ini Sebagai penyekat keindahan hakiki Saat mendonggak ke atas Bulan sabit tampak terang Bersinar bersih dengan cahaya indah Bibir bibir manis menyanjung tanpa ujung  Memgungkap rasa yang dirasa seirama jantung Saat mata memandang  ke bawah  Tanah kering dengan bongkahan lebar Dedaunan  menguning  kering dan jatuh Tak mampu bernafas dalam panas Tak mampu bertahan pada alam Tak mampu berteriak tanpa riak Tak mampu bertanya tanpa nyawa Hanya kenunggu hujan yang tak datang Hanya berdoa dengan nyawa   

Hujan Dayanglah

Gambar
 Hujan Datanglah  Tung Widut Merindu mu saat matahari menyengat Keringat bercucuran Membasahi tubuh  Hawa tak tentu merenggut  kenyamanan Adakah kasih yang memberi kesejukan Datang mu dirindukan saat ini Tanah kering dedaunan menguning  Panas membara tiada tara Hujan bisakah kau berjanji datang Ku kan menunggu dalam doa Ku kan merasa dalam tanda Ku kan mengharap dalam sapaan Datanglah pada saat dibutuhkan Berhentilah saat basah 

Bila Hujan Tak Datang

Gambar
  Merasakan Tak Hadirmu Tung Widut Berhari kau tak datang  Hanya angin yang tak membawa kabar Tentangmu yang kemarin menyala riang Sampai ku tak mampu berkata Ku rasa kerinduan padamu Pada rintik pagi atau malam Pada siang yang menghilang Pada sore yang kelam Kadang memang membencimu Kadang membuat sebal hatiku Kadang terlalu lebay datang mm j Kadang hanya terlalu merayuku Kini kerinduan datang Kini mengharapkan dengan dia Kini terasa adanya Kini sadar aku membutuhkanmu 

Gadis Berpayung Merah

Gambar
  Gadis Berpayung Merah Tung Widut Rintik hujan mengawali deras  Doa dalam surau terdengar Para gadis kecil berlomba mengucap sekuat tenaga Melawan suara hujan yang berdenting  di atas atap Langit kelabu pertanda akan gelap Dingin merasuk menembus baju panjang Teras surau mulai licin basah terpercik Air yang memantul dari lantai  semen Santri berebut ke luar  Dari pintu kecil terdengar gelak tawa  Rasa gembira jam mengaji usai sudah Ingin keluar yang pertama Berdesakan walau jumlah tak seberapa Langkah kaki beralas sandal japit tua Menyeberang genangan air dijalan Payung merah sebagai temah Melindungi diri dari derai hujan Kaki diayun langkah demi langkah  Mendekap kitab di dada Dari sinar mata terlihat rasa ketakutan  Menuju jarak yang masih jauh dari rumah

Apakah Matahari Tak Kenal Hujan?

Gambar
  Apakah Matahari Tak Kenal Hujan? Tung Widut Siang mulai meraja Sinar mentari membakar seisi dunia Sangat panas terasa  Tak seperti biasa  Hari-hari dalam musim penghujan  Hanya redup yang terasa dan terlihat  Rintik air menyapa dunia  Membasahi dedaunan dan semua yang ada di luaran   Tak kenal ampun dalam kepentingan  Semua sampai   basah   Kadang kala mentari bersinar terang  Tiba-tiba di awan awan hitam datang   Menghalanginya  Semua untuk  menyelamatkan diri agar tak basah Tanah basah dengan genangan air Matahari  muncul bagai pahlawan  Dengan bangga menyorotkan sinar  Mengeringkan seperti harapan mereka  Butuh keseimbangan  Hujan dan panas hidup berdampingan  Datang saling perselisihan Semua diharapkan kalau musim sebagai tanda  Mereka bersiap untuk menerimanya  Hujan pada musimnya  Matahari meraja pada saatnya  Mereka saling bergantian datang

Bila Siang Tanpa Hujan

Gambar
 Bila Siang Tanpa Hujan Tung Widut Kala awan terlihat jelas Menghiasi langit biru enak dipandang Dedaunan gemulai ditiup angin Betapa indah Allah menciptakan Kali ini kau tak datang  Sebagai penghalang  kegembiraan Setelah berapa hari kau marah Meluluh lantahkan yang ada Harus berterimakasih Memberi kesempatan bagi para petani Mengambil hasil panin yang telah tua Sisa dari amukan mu yang dahsyat Matahari  Kali ini hujan tak datang Matahari bersinar terang Matahari ini waktu untukmu Matahari bantu petani mengeringkan Matahari jadilah raja sehari Saat hujan tak datang kali ini

Bagai Rintik Hujan

Gambar
 Bagai Hujan Rintik Tung Widut Pagi menjelang matahari tak terang Rasa hati sama sepertinya Mendung menggelantung hitam pekat Tak bisa dielak walau sekejap Rasaku hari ini masih seperti kemarin Selalu mengingat setiap kata yang kau ucap Selalu terngiang apa yang harus di kenang Selalu tersenyum kala gembira selalu datang Rasaku masih seperti kemarin Bersuka cita dengan jemari bergerak di atas layar Menorehkan  imaji dalam deretan cerita Rasaku hari ini Masih seperti kemarin saat hujan rintik di stasiun tugu Segar  terasa dalam kalbu Rasaku hari ini Serasa hujan rintik dengan jemari menggelitik

Tanpa Hujan di Kotamu

Gambar
 Tanpa Hujan di Kotamu Tung Widut Dari dalam kereta ekonomi Aku easa da rindu masa itu Saat perkenalan lewat dumai Mengenalmu bagai mimpi Berlaksa tahun sudah Nama masih tekenang dalam ingatan Tentang cerita dari hari terdalam Menjadi sebuah lagu yang membesarkan Kasta menjadi berbeda  Kala hujan tak turun lagi Jalan menjadi sebuah nirwana Kau melambung dengan nama diri Aku mendengarkan kebesaran namamu Tak lagi mampu meraih Apalag aku sebuah penikmat Yang mendengarkan setiap karya besar Yang nomer satu Paling populer Disegani Menjadi juri Kali ini aku melewati sebuah rel membelah hati  Teringat kau pujangga sejati Pernah kukenal sebagai kawan sejati Lagit biru terang tanpa hujan Pemandangan persawahan menghijau sedan Sedap dipandang seperti kerindua Bincang kita sebagai manusia

Rintik di Kota Yogya

Gambar
 Rintik  di Kota Yogya Tung Widut Awan memayungi langkah Dari arah aku berada Di atas rel laju menderu suara kereta  Melewati musim yang berbeda Suara laju membawa roda rintik sendu Tergambar pada kaca cendela Mengaburkan alam dalam kalabu Laju terhenti  pada kota impian Yogyakarta kala senja Dihias oleh rintik hujan  Jalanan basah mengantarkan roda Melaju  di atas aspal Menuju tujuan

Senja Terhalang Hujan

Gambar
 Senja Terhalang Hujan  Tung Widut Gelapnya  langit Dingin nya hawa Gemericik air Kesatuan yang menghalangi senja Tuk bercerita tentang keindahan dunia Dari sisa nafas yang menantinya Biarkan mereka ada Menjadi penyekat antar kejujuran dalam hati Mereka sama benar Mereka sama indah Mereka sama berkepentingan Janganlah dihujat Janganlah di sanggah Berikan penyekat  panggung yang di butuhkan

Karena Hujan

Gambar
 Karena Hujan Tung Widut Pagi siang nan malam Gemericik di bawah talang-talang Menyentuh lantai yang diam pasrah Belaian merayu untuk tetap diam Semakin dalam genangan menyatu Tak terkendali banjir pun datang Menyelinap saat malam tiba Merayap pelan disela bebatuan Saat pagi datang Mata dihibur oleh rintik air Terperanjat kala lantai mulai menjerit Banjir telah masuk rumah     Hujan Menemani Pagi Tung Widut Dari temaram tak kan ada terik Mendung kelabu tebal menutup langit Demi sedikit tercurah tiada henti Seperti tangis mereka dalam hati Rejeki terhenti Dagangan lengang Lapak tak buka Diam terjeda Genangan air bercerita Tanpa tahu sedalam apa di dasarnya Kadang menipu dengan sengaja Suguh dalam lubang yang membahayakan Rayuan air mendinginkan akal Laju terburu membuat orang terguyur Dimana hatimu saat itu Saat orang berhati-hati perlahan Cipratan air datang tak sengaja Lubang penuh lumpur Menjerat roda yang berjalan Tak ada yang mampu terhindar Hujan terlalu lebat ada Hujan pergilah s

Hujan Semalaman

Gambar
 Hujan Semalaman Tung Widut Malam berlalu dingin Tetap menyelimuti sampai pagi Denting tetes air  masih terdengar kini Langit kelabu menghilangkan biru Redup sayup membelenggu Angin berhembus membawa irama sendu Hujan tak henti hingga waktu Sampai kapan datangmu berlalu Jalanan becek tergenang  tinggi  Lalu lalang kendaraan hati-hati melewati Jang sampai terluka karena kesalahan diri Masuk lubang yang tertutup hingga melukai Musim memang sudah datang Memberi keindahan dalam cerita Diumpamakan sebuah dendang Sebagai irama tak membosankan

Gemericik Malam

 Gemericik Malam Tung Widut Hanya sebuah suara Jelas terdengar dari jendela kamar Gemericik suara air Jatuh terbentur  lantai teras Hitam bertambah legam  Pekat tak terlihat Di kejauhan lampu tercoret gelap Air menjadi tinta di malam buta Dedaunan kemilau memantulkan sinar Gemerlap bergerak bersama semilir angin Hujan telah datang bersama hembusan Membuat semakin dingin terasa Irama gemericik melambat Denting-denting tetes di atap rumah Suasana menjadi  makin lenggang Tanpa jangkrik bernyanyi dalam gelap Hujan temani malam yang kesepian Tak ada teman yang biasa bersuara Menghibur  saat rembulan merebut keindahan

Sebentar

Gambar
  Sebentar Tung Widut Semangat pagi terucap dari cicit burung Alam bebas  membalas  salam dengan hawa sejuk Saat mata terbuka Senyum mengembang liar diantara sapa Bibir mengucap selamat pagi ceria Melompat dengan semangat membara Menerjang hawa mengguyurkan badan Ini hari terakhir ujian Gayung dengan lincah mengayun Mengguyur tubuh tanpa keluh Berdandan rapi seragam hari itu Siap berangkat menuntut ilmu Saat itu kau datang  perlahan Tetes demi tetes membuat kegalauan Basah  resah tergambar pada angan Kekecewaan ada  pada hujan Mengapa kau datang