SERPIHAN CERMIN RETAK 9

 


SERPIHAN CERMIN RETAK 9

Tung Widut

Lamunan Pak Carlos mengembara sampai jauh. Mulai saat dia pertama kali melihat wajah ayu. Wajah yang sekarang mengganggu hidupnya. Mengganggu pikirannya,  dan mengganggu pekerjaannya. Setiap saat dan setiap waktu wajah itu hadir. Terbayang lekat di depan mata.

Lamunan Pak Carlos berhenti melihat Yuandra ke luar dari ruangan. Maksud hati membunyikan  mobil  dan  mendekati. Belum sampai mobil berbunyi  gojek sudah menghampiri dan membawanya pergi.

Laju kencang go-jek menembus kegelapan malam. Bukit yang tak terbilang dekat ditempuhnya 30 menit menuju pusat kota. Pak  Carlos yang membuntuti hatinya semakin berdesir. Melihat Yuandra tak  mengenakan jaket dibawa oleh sepeda motor.  Baju nya tipis kelihatan nelambai. Rasanya sangat dingin,  sedingin hati pak Carlos saat itu. Tapi mau berbuat apa? Dia memang benar-benar ingin sendiri.

Sesampai memasuki kota sepeda motor gojek itupun terus melaju. Menembus remang lampu jalanan yang sudah ditinggalkan para pengguna. Sudah sepi. Belokan demi melakukan dilaluinya. Sampai terakhir dia kelihatan berbelok ke arah kiri. Memasuki parkiran rumah sakit Dr. Iskak.

Dengan rasa heran pak Carlos menghentikan mobilnya. Dari kejauhan  diperhatikan Yuandra memasuki  pintu utama Rumah Sakit. Lalu menghilang.

 

            Hampir seminggu pak Carlor tak berjumpa dengan Yuandra. Rasanya hampa menyelimuti seluruh perjalanan hidupnya. Setiap pagi,  siang, dan malam dia hanya berharap bertemu lagi dengan Yuandra. Beberapa kali ponsel di tangannya dilihat.  Tertulis online di nomor wanita penganggu pikiran itu. Ketika dikirimi pesan sampai beribu kali,  tak di bukanya sama sekali. Dia coba menghubunginya, nggak diangkat juga.

            “Bro ada waktu  nggak,” tiba-tiba ucapnya lantang.

Ponsel digenggamanya sudah masuk kantong. Kakinya  dengan  cepat menuju  kea rah  mobil  merahnya. Kini  mobil itu melaju kencang di jalanan menuju ujung kota. Menyisihkan  pengguna  jalan yang dinyatakan tak berkepentingan baginya. Berkali-kali klakson mobil dibunyikan. Tak mau diganggu oleh orang-orang yang dianggapnya tak berguna itu.

            “Ciiiiiiiiiiiiit.”

            Suara ban mobil yang dihentikan mendadak. Beberapa orang di luar sana menjerit-jerit histeris.

            “Astaga. Mengapa tak konsentrasi. Hampir saja aku menabrak orang tua itu,” katanya lirih.

            Pak Carlos hampi menabrak orang tua yang sedang berbelok ke kanan. Orang tua bersepeda motor itu sebenarnya sudah menyalakan lampu sen sejak tadi, tapi semua tidak konsentrasi. Beberapa mobil yang berada di belakangnya membunyikan klakson tanda peringatan. Sebagai tanda agar Pak Carlos  memajukan mobilnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja

Setangkai Mawar Kuning