Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Senja di Jakarta

Gambar
  Senja di Jakarta  Tung Widut Ini bukti terkabul dari sebuah doa Dari torehan karya tertulis dari layar bercahaya Bukan suatu kebetulan adanya Berkumpul dalam satu ruang dengan orang-orang hebat Hari ini senja di kota Jakarta Terhibur dari bingar penelitian  Dibalut sampul JGDD matap Terekap ide-ide luar biasa Sapa mereka yang saling berkenalan Senyum ramah tawa canda penolak lelah Berjuang dari sudut layar yang kadang  ngadat Kesal sedih bigung kantuk tak tertahan Rona dari cerita lorong  antar kamar Menjadi bahan keakraban di meja sarapan  Gembira terpapar dari wajah ceria  Ada kehebatan di balik  raga yang berbaluk aneka gaya

Air Mata Senja

Gambar
 Air Mata Senja Tung  Widut Senja temaram menuju malam Burung-burung terburu pulang ke sarang Dengan cepat mengepakkan sayap  Berlomba  dengan  gelap yang semakin pekat Dari gawai tertulis tentang sebuah nama Tulisan panjang  menyampaikan berita duka Gempar seantero grup yang  membacanya Bagai  kilat datang tanpa tanda Lagu yang kemarin ada dengan senyum ceria Memberi semangat pada lomba Agustusan Tak ada syarat raut muka duka Tak banyak bicara  berbaur dengan gembira Kenangan terakhir yang tak disangka Terpatri pada benak semua

Senja di Susi Rek Kereta

Gambar
 Senja di Sisi Rel Kereta Tung Widut Menunggu saat senja Tanpa sinar langsung yang menyapa Dia di belakang sana Terhalang oleh tingginya gedung Diam terkalahkan riuh jalanan kota Duduk sendirian Sang kereta datang menjemput Lalu melesat di atas rel menuju sisi monas Ini impian yang kesekian kalinya Melihat bintang dilangit Jakarta Berkal torehan kata yang terukir dalam sebuah karya Walaupun belum sempurna Jakarta sambut aku dengan ramahmu Curahkan ilmu pada guru yang merindumu Mengisi pundi pengetahuan yang tak mampu dilalui Berharap seperti mereka Yang bisa berbangga karena kemampuan Bukan yang pertama

Sisi Mata Uang Senja

Gambar
  Sisi Mata Uang Senja Tung Widut Apa kabar hari ini senjaku Helaan napas atas semua pertanyaan Di dada berkecamuk antara senang nan sedih Senja terindah memancar sinar jingga nan redup Senja  terindah memancar sinar cemerlang Awan hitam perlahan menggelayut Awan biru seakan tak mau henyak Senja memancarkan dinikmati atas keindahan Senja dikenang karena memori terpatri pada benak Senja dipuja karena ronanya   Senja membuat bahagia Kali ini keindahan terganggu awan Memhitap menjadi penghalang sinar Tuhan ijinkan senja bersinarlah seperti kemarin

Senja Tetaplah Bersinar

Gambar
  Tetaplah Bersinar Tung Widut Sinar senja kemerahan Indah dipandang walau hanya seperempat waktuku Jangan pernah padam hanya karena keadaan Tetapaah melaksanakan kodrat yang dititahkan Sinar senja jingga merona Tak akan jemu mata memandang Dari sekian senja yang datang Kali ini senja memberi tantangan Menikmati senja dalam angan  Diburu waktu  yang terus berlalu Menggeser sinar indah dengan rona padam Tenggelam dalam kegelapan

Mengukir Cerita Senja

Gambar
Mengukir Cerita Senja Tyng Widut Sebuah senja yang berdiri di sebuah tangga kedua Hasil dari memutar otak  Diukir pada sepuluh halaman  JDD sasaran utmanya Pada pertemuan atas perjuangan  Mereka orang-orang hebat yang sudah menorehkan nama Sebagai sumber pemantik pada salah satu  kesempatan Layar mulai menyala Kata mulai terdengar Gawai menjadi penghubung utama Satu demi satu ide diurai rinci Disertai ser screen dengan aneka hasil Padamu senja Kali ini kegagalan pada sebuah tujuan Tak mampu mengungkapkan Tapi senja melerai hati Tak membiarkan diri berlarut  Mengulurkan tangan untuk menjernihkan Mendinginkan rasa yang membara Membiarkan  awan mengalir  seiring waktu Tetap saja berdiri disenja yang indah Bersama fail mereka yang berhaburan di langit Jakarta Ukiran cerita dari sebuah karya

Pensntian di Ujung Senja

Gambar
 Penantian dari Ujung Senja Tung Widut Kegaluan antara sebuah janji Menunggu tak ada henti Layar gawai dibuka sampai lesekian kali Jujur rayumu membuat kegalauan Sapamu menjadi sebua perharapan Sampai kini ku tunggu  undangan yang kau janjikan Sampai senja tenggelam aku masih setia Dengan berdoa dalam dada yang pernah tersurutkan Jakarta aku menantimu karena sebuah kerinduan Yang layak mengabadikan diabadikan sejarah kehidupan Ya Tuhan aku hanya bisa pasrah dari  keinginan Hanya ridhomu yang aku nanti sepanjang malam

Saat Senja

Gambar
 Kabar Saat Senja Tung Widut Dari hari kemarin belumlah usai Pening kepala terasa masih Bekas gumpalan yang dipaksa keluar  Berupa ide yang tertuang dalam sepuluh lembar tulisan Saat senja tiba Dering gawai membuat  hati tak biasa Perlahan hasta meraihnya Jemari menari di atas layar kaca Sebuah tanda biru ada Telunjuk segera mengeksekusi dengan membuka Yah dari nama sang tuan besar yang sudah tersimpan Ada apa gerangan Pertanyaan besar berjubel diantara ringga otak

Senja dalam Diam

Gambar
 Kebisuan Senja Tung Widut Kala mentari tetap pada tahtanya Waktu adan ashar sudar terdengar Senja dengan sabar menanti di kaki langit Semua pasti datang pada  asanya Tak mungkin tertidur tanpa ujung Saat malam akan menenggelamkan Tanda-tanda disambutnya dengan senyum jingga merona Tak tergesa untuk mengalah Ini waktunya menampakkan diri Dalam diam sinar memancar keindahan Tak mengharap sanjungan Senja akan datang berlenggok memenuhi takdirnya Senja  bergeming suara Tak pernah berteriak dengan kemampuanya Diam seribu bahasa  Cahaya sebagai bahasa perantara

Kerinduan Senja

Gambar
 Kerinduan Senja Tung Widut Senja temaram bersama rindu yang menggebu Selaksa hari sudah aku menunggu Tiada pernah surut walau sedetak jantung Akankah kerinduan ada terobati Hati semakin resah kala berganti hari Tanpa mu sebuah perjuangan hidup dalam suci Setia sebuah kata yang harus dijaga dalam hati Menunggumu dalam ragu bersama sinar jingga Apakah kau pun setia  Hanya kamu dan hatimu yang mersakan Jangan pernah sia-siakan pengorbanan yang ku berikan Senja teman sejati dalam menanti Cahaya semburat jingga yang menemani Menghibur dengan senyum selalu manis Jawablah kegundahan hati Setiakah kau pada diri ini

Senja Menyambut Malam

Gambar
  Senja Menyambut Malam Tung Widut Sinar jingga di ufuk barat Tersemyum manis semanis gula surga Tanpa banya bicara Keindahan dicurahkan untuk dipandang Awan tipis yang menghalangi Menambahk keindahan cahaya menguning Kala senja bemar tegeser Malam perlahan tiba Saat temaram ini Ucapan terimakasih terucap Atas segala kesungguhan  Tuhan telahnerit keagungan

Senja Takka Sirna

Gambar
Senja tak kan Surna tung Widu   Senja Temaram Tak Pernah Sirna Tung Widut Sinar senja yang semakin menghitam Sebentar menampakkan keindahan Malam akan menelanya Menyimpan pada sisi benak yang mengenangnya Di sana bersemayam keabadian Tentang keindahan yang tak terhapus Menyebarkan cerita pada semua yang ada Bahwa senja benar abadi adanya Cerita yang mebuatnya selalu ada Cerita  yang selalu mengenang keindahan Cerita yang mengabadikan keberadaan Cerita yang menyebarkan  semuanya Senja boleh hilang dari pandangan mata Senja boleh berubah menjadi gelap Senja boleh tak dinikmati sementara Senja boleh ada dan selalu ada di dada

Merah Putih di Ujung Senja

Gambar
 Merah Putih di Ujung Senja Tung Widut Berkibar merah putih di langit biru Dihormati berlaksa barisan berseragam  Dengan tegab  berdiri gagah Menghantarkan kenangan dari perjuangan Membayangkan mereka mengorbankan  jiwa raga Berperang  demi kemerdekaan Negeri kesatuan tercinta Dari tangan penjajah laknat tak berperi kemanusiaan Dengan darah mu merah putih bisa berkibar Dengan nyawamu kemerdekaan kau genggam Dengan jiwa suci hati kau curahkan Indonesia jaya dari persatuan Senja ini senja ke 77 tahun berkibar Gagah menyongsong terbenamnya matahari Ku iklaskan bersemayam menikmati bintang malam Esok kala mentari kembali akan berjumpa lagi Perlahan merah putih turun karena gelam Waktunya beristirahat menghiasi langit pagi hingga sore Saat senja datang berdera berpamitan Menuju peraduan sampai esok tiba

Senja yang Berharap Pada Pagi

Gambar
 Senja yang Berharap Pada Pagi Tung Widut Seberapa keindahan senja Sebesar apa kenangan mereka Setinggi apa keriduan padanya Sepanjang apa cerita yang diurainya Senja akan sirna  terdesak malam Dalam kalimat indah senja pun menanti Hari esok yang akan mewaranai Hari  bersejarah bagi warga Indonesia hingga kini Senja tak ingin segera datang  Memberi waktu yang panjang Perayaan meriah terpuaskan Dengan jingkrak riang gembira  Mengenang hari kebebasan Tujuh puluh tujuh tahun yang lalu

itu Masih Ada

Gambar
  Senja Itu Masih Ada Tung Widut Sekian hari sudah dilewati Bersama siang yang berganti malam Begitu pula datangnya suka dan duka Hiasan hidup yang tak bisa  terelakkan Kala jingga memerah menghiasi langit barat Bersama  kepak sayap burung yang pulang keksndang Langit cerah sangat mendamaikan Rasa yang sehari terkena terik yang menajam Lerai sudah jatena keindahan Menampakkan diri dengan sempurna Walau kemarin sempat holang terhalang Runtik hujan yang membuat orang hanya diam Tak mampu menembus rasa dingin yang kau bawa Senja indahkan dunia Tak akan hilang cerita tentangmu Walau malam telah datang menelan

Senja Tak Terpilih

Gambar
 Senja Tak Terpilih Tung Widut Maafkan kali ini aku tak menyapamu Beribu alsan mengalahkan mu dalam waktu Demi rembulan yang sejak siang menunggu Demi cinta yang tak mungkin menepis mu Aku tak mengingkari sayangmu datang setiap sore Tak pernah ingkar walau hujan menghalangi Tak pernah padam walau tempat telah berpindah Tak pernah hilang walau mendung menghujam Seperti kau tahu Cahaya mu kadang rak sampai padaku Sorot mu tertutup awan yang menjahatimu Indah mu tersekat hujan yang menyerang mu Aku pun hanya bisa mengenang saat indah mu Mari kita sama-sama menengadahkan tangan  Meminta pada Tuhan Agar hujan tak lagi kejam Gerimis tak lagi bikin menangi Mendung tak lagi merundung Waktu rak lagi berseteru Agar kita bisa menikmati kebersamaan Antara mata dan rasa

Sekar Senja

Gambar
 Sekat Senja Tung Widut Siang temaram kelabu Matahari sedang malu-malu Diam di balik awan nan sendu Sorot senja memerah tak tampak Cahaya suka lenyap dalam gelap Sebuah gerimis yang datang menyekat Antara jingga dengan mata Aku tahu yang sebenarnya Cahaya tetap ada walau jauh di barat sana Setia dengan sore yang selalu datang tepat waktu Aku percaya senja selalu memerah Hanya alam yang kadang ingkar Angkuh menjadi penghalang mata yang akan menikmatinya Janganlah kecil hati  Menikmatimu tidak selalu dengan  sinar manja Tak selalu dengan rona memerah Tak selalu dengan kesempurnaan

Lagu Senja

Gambar
 Lagu Senja Tung Widut Kaki tak berhenti melangkah Tangan tak berhenti berkarya Otak tak berhenti beride Lemas tubuh mengikuti Kali ini Tak kuasa ku merindu senja Tak mampu menikmati tertutup lsngkah Tak jua menyapa walau sekejap Dari semua kotak ajaib Kunikmati lagu tentangmu Tentang birunya rindu saat senja melaju Mengarungi langit jingga nan syahdu Dengan angin semilir  merasuk  kalbu Lagu senja terus mengalun  Angan kepada semakin lekat  Saat memeluk diriku Lagu dan senja membuatku makin rindu

Kerinduan Senja

Gambar
 Kerinduan Senja Tung Widut Sore perlahan datang Senja akan menampakkan dirinya Sinar indah jingga di ufuk barat Tapi aku sendirian kali ini Rindu yang menemani menikmati Senja menjadi sangat berarti Karena rindu menusuk-nusuk hati Wahai rindu yang datang Henyaklah kau dari rasa  Aku tak kan mampu menangungmu Aku sungguh ingin bertemu Disekian senja aku membayangkan Kau tetap ada dalam pelukanku Setia sesuai janji itu Janji setia bersama senja syahdu

Layang-layang Senja

Gambar
 Layang-layang Senja Tung Widut Berhari sudah menoreh rasa hati Melalui karya sebagai bukti Bahwa aku ada untuk mencuri Kekaguman dari mata indah yang mau menikmati Ku puja  karya dengan keringat Ku persembahkan  untukmu penikmat Dengan ikhlas  waktu dikorbankan   Memanjakan mata dengan ketakjuban Ini karyaku  Dari tangan awam tentang seni Menari mengukir gambar ungkapan rasa Indah mempesona di langit senja Bersama desis angin menari-nari Menggambarkan warna garis yang membentuk Itulah karya kebanggaan  Yang melayang tinggi saat menikmati senja

Titi Air Senja

Gambar
 Titik Air Senja Tung Widut Titik air melenyapkan senja Biasanya menerangi dunia dengan indahnya Bukan sebuah rasa iri yang ada Memang Tuhan mendarkan kalau semua tak fana Rindu dengan senja semakin membara Titik air terabaiakan walau penuh keindahan Keindahan yang harus dinilai dari sisi yang berbeda Tapi penikmat senja telalu memuja  Sore yang  dinanti lenyap sudah Siring sinar jingga tak nampak dalam pandangan Menganggap senja eltah ingkar Bersekutu dengan air yang yang menghalanginya Tak mampukah kekuatan sinar menerjang Tirai lembut  ternyata dahsyat Menghilangkan cahaya Membawa hawa dingin Membuat suasan sendu Merayu 

Bulanpun Menanti Senja

Gambar
  Bulanpun Menanti Senja Tung Widut Dalam terang dengan pasi berdoa Bulan datang tak punya daya Putih  saat terik  meraja Tak ada yang memperhatikan keindahan Awan putih dalam hamparan langit biru Hujan pujian tentang keindahan semu Tak biasanya  semesra itu merayu Awan putih tersenyum bersama angin yang melaju Tanpa sanjungan bulan menari di atas awan Berlenggang berjalan seirama putaran alam Diam lebih bai dari tarian sebelum waktunya Kembali menikmati hijaunya alam  sebelum sinar dipancarkan Bulan putih berharap sore Segera datang sebagai tanda waktu miliknya Saat unjuk keindahan dari  keleibihan Pancaran sinar sendu meredupkan suasana Rembulan sangat berharap Senja datang untuk dirinya Agar bisa bersiap memanjakan mata Menikmati rembulan sempurna

Pagelaran Senja

Gambar
  Pagelaran Senja Tung Widut Suka riang terpancar pada wajah Seyum termanis dikembangkan Gerak gelmmulai disajikan Dusta apa yang belum diberikan Totalitas dalam penampilan Dari enam rembulan  menemani latihan Membentuk jemari lentik menarik Badan tegap memesona Gemulai gerakan siring irama Kendang bertalu ranjak dengan gejuk kaki Matari mulai temaran Sinar jingga menyaksikan Menambah keindahan pentas Rembulan pasipun serasa iri Senja dengan tersenyum menyaksikan Pentas tahunan terindah

Senja Bersama Mereka

Gambar
 Senja Bersama Mereka Tung Widut Gerak gemulai di atas panggung Senyum termanis disuguhkan Goyang seirama  alunan kendang Dikmati dikala senja tiba Di sini Di altar terindah  teater bung Karno Pentas istimewa yang diukir dalam jiwa Selama dua belas bulan Disajikan dengan persiapan paling semangat Inilah kemampuan terbesar Sebagai bukti dari jerih payah Aku pelestari budaya tak kenal terik Tak menolak dingin pagi Penikmat senja hari Ku kibaskan sampur  Ku gelengkan kepala Ku goyangkan rasa erotik yang mengena Sorak pun riuh terdengar bersama sinar senja

Pulang Bersama Senja

Gambar
 Pulang Bersama Senja Tung Widut Dari sehari matahari menemani Sejak dingin hangat hingga terik Menyengat membakar semangat yang mulai reda Dari belakang meja kerja Kini ngilu mulai terasa Pintu kantor telah terbuka Menyongsong sore mulai darang Mantari redup dengan sinar manja Jalan hiruk bikuk bercerita Kejadian sehari yang melelahkan Roda menderu bersalipan Terburu melepas rindu dengan rumah Mata terasa pedih di balik kacamata Rebahan terbayang indah dalam membelah keramaian jalan Ingin rasanya hanya sekejap Sampai pada tempat tujuan Senja indah di ufuk barat Seakan mengkuti dari belakang Sinar indah keemasan menemani Memutar roda menuju keluarga Senja setia setiap hari Tersenyum setiap kali memnculkan diri Dari balik pintu yang mulai terbuka Mengantarkan sampai  tertutup di pintu rumah Ucapkan perpisahan sementara Esok kembali menemani pulang

Senja Hari Ini

Gambar
 Senja Hari Ini Tung Widut Keringat membasah  di sekujur tubuh Di keringkat pun sudah tak mampu Lelah telah ada pada sendi membuat sendu Raga meminta istirahat karena kelu Matahari sudah muali merendah Sepatu-sepatu hitam  berduyun pulang Seharian menciptakan peluk dalam lelah Roda menderu antara garis putih dan pinggir aspal Menuju rumah yang ditunggal seharian Sorot senja  menyambut di halaman rumah Cahaya keemasanengucap salam Bersama rindi si kecil sejak pagi tak berjupa Membeiarkan bermain  sendurian  Jingga di barat merupakan terindah dalam hidup Beryemu keluarga saiing bercengkerama Langkah indahan sejak pagi tercerita Keakraban saling sayang Kebagiaan seutuhnya

S4nja di Atas Buih

Gambar
 Senja di Atas Buih Tung Widut Sinar terang keemasan Semburat memerah dari sisi pendar cahaya Keindahan tiada dua Mukin hanya sekali selama menghirup udara Buih  berceloteh tetang senja Ingin ditemani selamanya Tak mampu berpisah walau sekejap Agar berlari menepi pantai disaksikan Apalah daya sinarnya seperti janji kosong Keindahan  hanya bisa dikenang selamnya Kenyataan begitu cepat hilang Musnah berganti mala Buih bersebur terus menanti Setia menunggu esok seperti setianya pada pantai Walau tahu hanya sekejab sinar