SERPIHAN CERMIN RETAK 6

 


SERPIHAN CERMIN RETAK 6

Tung Widut

Perlahan dia pun meninggalkan Yuandra yang berdiri mematung di antara ramainya pengunjung mall.

 

            Jam Sembilan tepat. Para pengunjung satu persatu meninggalkan mall. Para karyawan  mulai menyetorkan laporannya hari itu kepada atasannya. Saat Yuandra menyadorkannya  dibalas dengan sebuah surat panggilan malam itu juga.  Suasana hatinya yang sedang galau kini semakin terasa.

            “Silakan masuk.” balasan dari ketukan pintu direkturnya.

            “Silakan duduk.”

            Yuandrapun segera dudu di kursi yang beradapan dengan wanita sangar beumur lima puluhan itu. 

            “Kamu pasti tahu kan,  mengapa kamu panggil? Saya dapat laporan sejam lalu.             Kamu melakukan kesalahan          besar.  Telah mencoreng nama besar mall ini.             Berbuat gaduh yang membuat pengunjung tak nyaman. Tidak professional. Maaf dengan terpaksa saya  menghentikan saudara.”

            Kata-kata itu hanya bisa  dijawab dengan pandangan kosong oleh Yuandra. Perasaan campur aduk mengiringi langkah lunglainya. Sesekali dia menghela nafas panjang untuk menghilangkan beban sesak yang ada di dadanya. Ini sudah jalan yang harus dilalui dengan rasa ikhlas atau tidak. Semuanya sama.

            Di luasnya parkiran  belakang mall ada satu mobil yang setia menunggu.  Mobil Jazz RS Twotone MT warna merah. Mobil yang membisu sejak  sore.  Hanya mampu memandangi pintu belakang mall tempat keluar karyawan. Pak Carlos mulai khawatir kalau Yuandra tak menepati janjinya. Melarikan diri. Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Lebih tiga puluh  menit. Karyawan lain sudah tak terlihat ke luar dari pintu itu. Pintu masih terbuka. Itulah harapan satu-satunya bagi Pak Carlos.

            “Apa mungkin Yuandra  menghindar dariku?”  katanya dalam hati.

             Kembali Pak menghela nafas panjang. Dia  pejamkan matanya lalu berpikir bagaimana cara agar bisa berbicara dengan Yuandra. Saat hampir putus asa ada sebuah bayangan yang keluar dari pintu mall bagian belakang. Yuandra dengan lunglai berjalan keluar pintu. Pandangannya lurus ke depan. Kelihatan kosong.

             Pak Carlos  segera membunyikan mobilnya. Mengarahkan tepat pada depan pintu mall.

            “Ayo.” Katanya sambil membuka kaca mobil kiri.

            Yuandra berwajah datar. Pandangannya kosong. Jauh ke depan.  Sebelum melajukan mobilnya pak Carlos memandangi dalam-dalam wajah Yuandra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja

Setangkai Mawar Kuning