Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Biduk yang Hampir Tenggelam

Gambar
Biduk Cinta yang Hampir Karam Tung Widut Kebersamaan meraih kebahagiaan Semu adanya saat corona  menyusup tak terlihat Doa bukan satu-satunya senjata Tetap patuhi aturan kehidupan nyata Tak perlu menyalahkan Tujuan membahagiakan  wujud cinta kasih bapak Yang ingin melihat buah hati bergembira Hanya sebuah kata terlena Lupa saat menikmati indahnya kebersamaan Hapus derai tawa yang sebulan lalu ada Kegalauan terdengar dari cerita yang sok rahasia Pelanndan perlahan mereka terkena Hanya doa yang sekarang ada Satu persatu rintihan mulai menderu Runtuh kekebalan yang tak percaya Hanya Allah yang bisa menyelamatkan Satu Persatu Tung Widut Wabah sudah tak tentu arah Dari sudut-sudut indah Menyerang dengan lembut tanpa rayuan Satu persatu  merasakan  Seluruh badan di kausainya Lulai pun melanda antara tulang Senyum menyerang menjema semangat Perangi dengan sadis corona yang semakin menumpuk cerita Jangan biar mereka meraja lela Semaunya liar  menyeludupkan antara teman saudara orang tercinta U

Kabar dari Sahabat

Gambar
  Kabar dari Sahabat Tung Widut Siang hari yang terik Panas menyiram rongga dahaga Matahari membawa kabar  Dari atas ruang rusunawa Sahabat tercinta terkena Saat berangkat kita bersama tentang merajut cerita Tawa canda menghiasi  setiap langkah Semangat sahabat Kita hidup berpuluh tahun Menghadapi terjalnya lara  bisa di tepis Jangan menyerah Pada covid yang hanya menggertak Kita lawan sekuat tenaga Dengan imun yang kita punya Dia bisa menyebar Tapi kita bisa memusnahkan Jangan biarkan dramanya menguasai Kita pasti bisa membasmi Usir dia Yang tak punya hati   Membuat ulah yang bisa kalah Viral  kita tebas dengan akal Hilangkan Dari kehidupan dunia Hanya kita yang mampu mengalahkanya #Semangatnonon Pagi Puasa Tung Widut Gelap masih terlihat di awang-awang Titik bercahaya tenang  bercahaya Menghiasi langit hitam Tanpa angin hawa dingin terasa Jalanan terpecah suara nyanyian sahur Dengan tetabuhan sederhana bernada  indah Kentongan bertalu nyanyian menderu Membuka mata yang terle

Hari Mengukir

Gambar
 Kesekian Kalinya Tung Widut Kegagalan sebuah tanda  usaha belum sempurna "Jangan berkecil hati" kata dari bibir bijak Penghibur atau semangat Tak tahulah Kini  roda berputar mencari penolong  Memilah dari hari yang biasa Sedikit lega dengan telunjuk hati  Hafal letak mereka mencari rejeki Mejajakan buah beraneka hati Tak boleh kecewa Ini puasa Hari yang tak biasa untuk sepotong semangka di siang.  Hari yang tanpa sajian di meja makan Masa ketiga pun datang Langkah ragu diiringi keputusasaan Pasrah kepada sang pencipta Nafas dari gelembung  mulai menghimpit Hati semakin  ciut Angka semakin menaik Mata tak mampu melirik Berdetik mulai menurun Sang dokter pun mengangguk Teringat segelas semangka Yang dengan ragu segera mengisi dalam raga Hasilnyapun membuat lega #juzsemangkasaatvaksin Gagal  Tung Widut Bersama saat terindah Menyisikhan duka yang bertahun melanda Tentang pandemi yang mengincar Was-was rasa jauh dalam hati Ketakutan yang tak beralasan  Tak boleh menolak dengan me

Pelangi Seminggu Puisi

Gambar
 Goncangan Duka Tung Widut Hari terik tak terkira Malas mengubah semua semangat Terlelap itu pilihan baginya Kasur pun menyetujui Mata mulai terpejam nikmat Melupakan pegal di pergelangan kaki Langit menyelimuti dengan rintik hujan  Angin semilir membuat mata terpejam dalam detik Belum lagi mimpi tergambar Nafas masih sekejam teratur Terbelalak oleh ayunan tak biasa Yah....biarkan Kemerotak terdengar semakin menjadi Dalam beberapa helaan nafas tak henti Kaki diperintahkan hati Berlari Meninggalkan kekuatiran menjemput selamat Pintu membantu Ini jalan terbaik Dari goncangan gempa siang tadi #gempa6.8 Putung Sendirian Tung Widut Diam tak ada teman Sari telah hilang terhisap Kepul telah usai dinikmati Tak ada kopi hangat yang menemani cerita Bungkam dalam keramaian Lalu lalang kaki bersepatu membuat jejak di trotoar Tak pedulikan sebutir derita Bangsat Hanya mengambil kebahagian dan melempar begitu saja Lalu hilang di antara  keriuhan Tak peduli Putung sendiri Bahkan sudah lupa Tak berart

Dentum Rindu

Gambar
 Sebersit Kerinduan Tung Widut * Apakah aku benar melupakanmu Atau aku hanya menyembunyikan  semetara * Yang ku rasa kadang rindu tiba-tiba Tanpa pikir bibir berucap Melantunkan lagu kesayangan Semalam menemani begadang * Beribu hari terlewat Beribu rasa kadang terlupa Hadir sebagai diva jawa Lewat lantunan kisah sedih dengan riang Kerancakan  tak tertandingi Bukti duka tak selalu bersemayam dalam jiwa  Bisa terlewat dari angan dan diri  Hanya dari jiwa iklas Kabar Berita Tung Widut * Kumandang adan menggema  Memenuhi ruang  dunia Mendengung  keagungan Tuhan Memuja  dengan iklas * Mata mulai  perlahan terbuka  Menyambut terang merambat di antara kesejukan Mimpi terputus sudah  Menggeliat menyisikan kehangatan   bantal * Tangan meraih senjata Alat perang melawan kemalasan diri Melindungi uraian cerita dengan perjuangan * Segala upaya diperjuangkan Merdeka tanpa diikuti derai air mata Kini melenggang leluasa Tinggalah tantangan diri yang terpendam Di Balik Tirai Rahasia Ting Widut * Tanp

Puisi Sebersit Cahaya

Gambar
  Nirwana Tetap Ada Tung Widut * Tak pernah bercerita Tentang dalamnya laut dan dinginnya malam Berenang melalang antara dasar bercadas Goyangan rumput dan ombak * Rahwana air pun berseliweran Siap memangsa para kecil yang tertindas Siap bersembunyi  di balik bebatuna Menahan diri demi keselamatan * Tak kenal angin sepoi yang mengasyikan Hanya gerakan air yang menghiburnya Melenggokan pelan dalam setiap nafas Menuju keindahan dengan aneka reruputan * Nirwana ada baginya Layaknya bidadari pda  dongeng anak Kedamaian ketenangan dan kebhaagiaan Tercipta pula # 05042021 Dalam Buaian Alam Tung Widut Kala lara tak lagi suka Bunga aneka warna mekar di taman luas Menyapa mesra dengan wanginya Mengajak becanda bercekerama Sinar mentari pagi mengkilapkan dedaunan Pantulan dari basah yang menempel tiap lembar Berkilau bak belian tersebar  Dipucuk pepohonan rindang menghijau Alam memberi kedamaian Melenggok seirama desir angin sepoi Menggoyangkan hati yang sedang sendiri Dima

BULAN BERSANDING AWAN

Gambar
  BULAN BERSANDING AWAN                 Tung Widut   Sejak awal tahun menanti Rindu cahaya redup syahdu dalam hati Memandang penuh arti Dari masa yang dulu pernah terlalpaui   Bulantan dengan sinar remang datang Siluet pepohonan menari seiring tiupan angin Semilir merasuk dalam sanubari Hati puas penantian usai   Cahaya bercerita Tentang munculnya dari peraduan sebulan Berdiam menunggu saat kemunculan Menyimpan sinar   dengan nyayian diam   Katakana sekarang dengan ucapan mendesah Ubah rindu sampai benar puas Katakan sampai batas waktu akan habis Sinar akan kembali tersimpan   Awan yang menjadi saksi pun terseyum Rindu telah terungkap bersama awan malam