Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Mereka yang Semangat

Gambar
 Mereka yang Semangat Tung Widut Hari tak selalu indah baginya Semangat yang mampu mengubah gelap menjadi terang Udara segar dengan penuh peluh pelangi Semangat yang mampu mengubahnya Nafas giat terlihat dari wajah lugu Terungkap dalam senyum wajah berseri Dia yang bangun pagi menantang matahari Menguyur badan dengan air dingin  Memghilangkan kantuk sisa dekur semalam Baju seragam rapi   lengkap dengan segala atribut Sepatupun mengajak berjalan menuju gerbang sekolah Mencari ilmu sampai menjelang senja Dahaga seakan tak dirasa Lapar disisihkan sementara Demi ilmu  mereka tanpa canda  Semangat masih membara sampai hampir senja

Tersmbing Dalam Bayangan

Gambar
 Terambing Dalam Bayangan Tung Widut Kabar tetang angin yang berlalu Tanpa jejak lenyap begitu saja Hilang sudah rindu yang tertanam Hembusan nafas mengurai cerita Kembali kau datang tanpa tanda Membuat hati yang lama layu kembali tersenyum gembira Maaf terucap dari kata rayumu Telah memutus kabar yang selalu ku nanti Kini ucapan itu kembali memberi harapan Kepalsuaan yang kembali membuat terlena Degup jantung yang dulu ada  Kini kembali hadir mengulang alir yang sama Berusaha tepis semua kata Semua hanya pemanis bibir  saja

Lengkingan Masa Lalu

Gambar
  Lengkingan Masa Lalu Tung Widut Rasa yang tenggelam ke dasar hidup Terlupa sudah karena perjalanan Nafas ketenangan perlahan tergapai Merajut tujuan masa depan Seberkas sinar didunia maya Kembali  layar mengulang masa lalu Masa terapung dalam perahu masalah Membuat terambing akal dan pikiran Kembali emosi itu terbangun Setelah sekian lama terpedam Terungkit oleh tiupan genderang perang Menahan tuk tak kembali menjerit Terpancing  kegudahan yang seharusnya tak ada Jalur air mata tertutup sudah Bukan lagi merengek untuk sebuah cinta Bukan lagi emosi karena kata Bukan waktunya menghiba karena kesalahan Diam bukan berarti dungu Diam bukan karena tak mampu Diam bukan lagi menjalin cerita Semua masa lalu yang seharusnya tak terulang

Memantik Bara

Gambar
 Memantik Bara Tung Widut Masa lalu tlah hampir sirna Tertutup langkah jauh ke ujung dunia Kasih yang dulu mencinta  terlihat buram Terhalang cicin kepalsuan Nafas kembali terengah Gugit terdengar mengkerut  Gundah yang dulu ada datang menggebu Dia memantik amarah menebar hina Laut asmara yang sekarang di arungi Jala-jala perangkap kembali disebar Tak tahu kaukah yang tak move on Tabu demi tabu terucap dari jemari bisu Caci  melupakan kaca diri Manusia bukan malaikat yang tak pernah salah Cinta bukan noda yang tak bisa luntur Sakit hati bukan emosi yang bisa terhenti Diammu lebih baik Bijakmu lebih hormat Bukan memantik bara yang mengarang

Kegundahan

Gambar
 Ingin Ku Tung Widut Disudut hati kecil Bejuta pertayaan ada terselip Tak tahu mengatakan harus bagaimana Setumpuk kesalahan yang ada pada diri Begitu sakit terasa  kala kata diterima Kemampuan tak sebesar keinginan Melaju antara harapan yang ingin di raih Kembalilah pada garis nasib Yang sudah ditakdirkan Tak diberi kemampuan Tak diberi keindahan Tak diberi kemenangan Hati selalu ingin Menggapai mimpi Merengkuh rebulan Memetik bintang menjaring matahari keberuntungan Sampai cita terpenuhi

Segaris Cahaya

Gambar
 Segaris Cahaya Tung Widut Fajar mengucapkan selamat pagi Kepada para penghuni yang kian bersyukur Menikmati keindahan yang tiada tara Kabar tentang venus yang bejajar dengan yupiter merkurius saturnus Memenuhi berita layar kaca  Apakah benar Pagi datang dengan kewajaran Adan  subuh nerkumandang denga jemaah yang sama Jalanan mulai dilewati kendaraan Sejenak sendal jepit dari masjid berhenti Mendongakkan  kepala menugasi mata Menyaksikan langit berlatar kelabu Terlihat cahaya berbinar di kejauhan Bula separuh tersenyum di atasnya Tahi lalat malam berpijar kecil terang benderang Disusul cahaya yang menyilau lembut di urutan teratas Ini pagi menjadi tak biasa Ini pagi tak layaknya Ini pagi istimewa Ini pagi yang. Mampu menyuguhkan rasa Ini pagi yang membuktikan Taakjub itu syukur padaNya

Senja di Sudut Kota

Gambar
 Senja di Sudut Kota Tung Widut Alunan nada roda di jalanan Menghilangkan garis putih pemisah jalan Menuju bangku santai di sisi taman Sejajar dengan angan yang bercengkerama Matahari menyapa pecinta kedamaian Menikmati alam kala senja Bersama sang bayu berbisik mesra menyambut kedatangan malam Pejalan kaki yang mulai terseok Menelusuri trotoar yang mulai temaram Penat dengan tugasnya seharian Melayani pbeli yang berduyun di pintu toko Lampu jalanan satu persatu menyala Gelap seakan dilawannya Tak mau sepi dengan cepat menghampiri Meraja tanpa meninggalkan kenangan Ujung jalan tempat senja temaram Tertutup tingginya gedung kota Membuat peofil sesungguhnya Ketika menikmati senja di  kota  tercinta

Bangga

Gambar
 Bangga Tung Widut Pengujung tahun belajar Hari-hari persiapan perpisahan Antara malu dan takut Berkecamuk dalam dada Harus menari seperti yang dibisa Ibu guru menyapa dengan caranya Aku berlenggok diikuti teman-teman Melatih setiap hari saat sekolah Rasa makin berbunga Bisa berbagi ketrampilan Disambut suka  Rasanya pagi semakin cerah Setiap melangkah di halaman sekolah Mereka menyabut dengan suka ria Berlari sambil berteriak Memanggil namaku  bergembira Sapa akrab terjalin setiap detik Kebersamaan semakin erat Rasa tak sabar menanti  Waktu penapilan tiba nanti

Seikat Rasa

Gambar
 Seikat Rasa Tung Widut Kata miring mereka santer terdengar Tentangmu  para penguasa diri Mengaggungkan rasa elit yang membelit Merasa tinggi yang sebenarnya hanya rasa hati Anggapan iri ketika orang mengatai Lihatlah dunia luas hamparan alam Mereka bicara berdasar fakta Mereka mengoceh dianggap anggap remeh Mereka bicara dianggap berdusta Mereka bersuara hanya sebuah hina Tidaklah berkaca pada sungai yang mengalir Menemui berjuta katakter dari riak yang tercipta Bukan pada secawan anggur yang dituang dari  dari darahmu sendiri Jangan melihat derajat Saat kau berada pada tingkat teras Lihatlah mereka dari kelebihan  tanpa sanjungan Bukan sosialita dari layar kaca Yang tersenyum kepalsuan Buang terpurung pada wajah cantikmu Biar bisa melihat kehebatan  mereka Tersembunyi di balik baju dekil Dibalik otot yang menghasilkan cuan Dibalik keringat tanpa syarat Atau kau pecundang yang hanya tertawa dalam lingkaran morgana

Sandarkan Rindumu Padaku

Gambar
 Sandarkan Rindumu Padaku Tung Widut Tatapan matamu ku tahu Rindu padanya begitu besar Tapi semua hanya bertepuk sebelah tangan Leraikan rindumu padanya Pandanglah padaku yang selalu menunggumu Menunggu denga seluruh kesetiaanku Harapanku besar menyayangimu Jangan siakan dirimu untuknya Yang tak pernah mecintai Bujalah hatimu untukku Ku janji kan setia selalu

Titah Mu

 Menangis Karena Titah Mu Tung Widut Tangan mengepal erat Gigi mengerut menahan emosi Nilai yang mencabik hati Bernar gagal kalia ini Derai air mata membasah disudut kamar Mencari memori yang dulu ada Bilah demi bilah  membuka memori lama Sebuah rapot kehidupan Selalu tetulis pada ringking bawah Harus kah terus meratap atas titahmu Atas anugrah kemampuan sekecil kuku hitam mereka Yang mampu menggegam keausesan Yang mampu menyelaikan sebua sanjunga Yang mampu bercerita tentang kebanggaan Yang mampu orang tua banggakan Aku hanya sebuah hidup Sebagai pelengkap alam yang bisa mengunggulkan mereka Aku hanya sebuH hidup Yang membuat meraka berada di atas Aku hanya sebuah hidup Bagi mereka Bukakan hatiku untuk menerima anugrah Mu Sabarkan aku menerima kenyataan dari Mu Besarkan hatiku untuk mampu meraih citaku Aku hanya sebuah debu Yang melayang diantara  nilai yang jatuh dilantai kayu Yang berada diatara tawa yang mengejekku Yang berada diantara nikmatmu Hanya padaMu aku meminta Hanya dengan

Sisi Kehidupan

Gambar
 Sisi Kehidupan Tung Widut Hidup ini sdah ada pada titahnya Ada kemiskinan yang melekat erat Ada kekayaan yang tak mampu terbendung  Kita tak boleh memilih dengan paksa Kita tak boleh merekayasa Kita tak boleh negitu saja  mengubahnya Jangan sampai salah langkah meraihnya Jangan terlalu mengkalinya Jangan menyamakan seperti dirinya Hanya usaha yang bisa dilakukan Hanya doa yang boleh dipanjatkan Hanya harapan yang boleh dinantikan Tuhan yang menentukan

Tak Banyak Kesempatan

Gambar
 Tak Banyak Kesempatan Tung Widut Siapa yang mampu mengatur detak jam Tak seorang pun Siapa yang mampu mengatur waktu Diri sendiri Mengapa kau siakan waktu Terlena dalam buaian dumay Yang menguasai hati dan pikiran Bencikah kau  Ya sungguh membenci suatu waktu Tak mampu menyelesaikan angan  Seharus telah jauh berlari Menyusup antara serentetan tulisan yang membesarkan Memahami kata yang mengagungkan keseriusan Menghasilkan karya  berguna Semua terlewat begitu saja Bertubi penyesalan  yang tak mungkin di kembalikan Jadikan pelajaran dalam hidupmu Jadikan peringatan dalam tingkahmu  Jadikan pengkhianatan dalam sukamu Kau harus kembali meyakini Mengalahkan diri sendiri adalah jawab pasti

Mingguku

Gambar
Mingguku Tung Widut Hari minggu tiba Saatnya mereka bersuka ria Mengisi pagi dengan menari Bersama teman sehobi Hari ini yang selalu dinanti  Saat bersenang hati Aku diantara mereka yang menyukai seni tradisi Sebagai warisan leluhur yang perlu lestari Biarlah mereka tak menyukai Aku tak tergoyah sampai nanti Siapa lagi kalau bukan kami bersama Generasi yang kelak meneruskannya Tak rela bila hilang begitu saja Tanpa ada mereka yang berkenan melestarikannya

Karena Mu

Gambar
  KarenaMu Tung Widut Menghiba dalam lamunan Berjuta kesalahan terbayang di pelupuk mata Tak sengaja datang begitu jelas setiap menjelang  terpejam Kepadamu meminta ketenangan Mengampuni dosa dari ruas sederhana Pada kisah yang dulu ada Tak segaja hanya menjalani hidup pada jalannya Andai  memahami di masa itu Andai bisa memilih hidup Andai kemampuanku Andai semua tahu Kupinta nenjadi sempurna Kupinta menjadi yang paling Kupinta sekarang Jadikan aku pemujamu sejati Kepasrahan diri Apapun jadinya nanti Hanya karena Mu aku bisa bersalah Hanya karena Mu aku bisa berubah Hanya karena Mu aku bisa menyembah

Tangisan Sendu

Gambar
  Tangis Sendu Tung Widut Duduk disebuah kursi ditengah altar rumah Rangkaian upacara dari sanak saudara Melepas kepergian sementara Atas panggilan Allah ke tanah suci Sholawat yang terdengar Dari muadzin disamping kyai penuntun Allahhuakbar merdu tersengar di telinga Rasa  berbalik oada zatNya Derai air mata tak terbendung Sungguh kecil manusi dihadapanNya Hanya bisa menghiba meminta pertolongan Atas titahNya bisa memenuhi panggilan Alllah Maha besar Dipelupuk mata segala dosa tergambar Tak mampu pula dikatankan kala telalu banyak Air mata wujud penyesalan Tak mampu surut kala dirasakan

Air Mancur

Gambar
 Air Mancur Tung Widut Sekian bulan  tak menari Diantara penikmat syahdu malam Minggu  Hiruk pikuk yang membuat mereka diam Dilakukan selama dua tahun corona Malam ini kesekian kalinya Kabari kaki kecil meluncur  lantai taman  Dia atas sepatu roda yang berlip Menyangi lampu taman yang kemancar terang Dipojok taman terdengan lengkingan riang Sekelompok anak bermain perosotan Sebelumnya tak kenal Mereka bersuka  ria saling bercanda

Kabut Putih

Gambar
 Kabut Putih Tung Widut Kabut putih membalut pagi Mentari  tersekat sinar tak sampi Merasuk tulang hinga terasa dingin Jalan samar terlihat Garis kuning ditengah jalan menyapa  Para roda yang berderu terburu diserbu jarum jam Menyadari waktu melaju tak seperti angan Kabut segera pergilah Jangan manjakan pemalas yang menikmati hawa Dipeluk kasur batal dan selimut nyaman Mendekur tanpa melawan waktu  Kabut segarkan mereka yang giat bekerja Menyapamu sejak gelap  Melawan dingin dengan tetesan keringat Kabut  manjakan mata mereka Yang sengaja  mendatangi alam jauh di atas gunung Menikmati keindahamu  tanpa dusta Indahmu diinginkan Pergimu dinantikan Datangmu didambakan

Dia di Sana

Gambar
  Dia di Sana  Tung Widut Berdiri memandang jauh Membayangkan kau di sana bersamanya Mencari ilmu  bersama mentari pagi Meninggalkan gerbang kampus kala malam larut Menunggumu dalam simalakama Antara rindu dan masa depan Ku simpan segala prasangka penuh kekwatiran Diganti dengan sejuta doa setiap saat Kadang rinduku tak beralasan Prasangkaku kebablasan Sadari atas  alasan yang salah Aku harus percaya padamu Beban berat  menciptakan masa deapanmu Aku tak mampu mengikatmu Dengan semua cita-cita yang eprnah terepnggal dariku