Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Garis Senja

Gambar
 Garis Senja Tung Widut Merah merona sinar di kaki langit Membuat cahaya memantul pada alam yang indah Suasana hiruk menjadi senyap perlahan Menyambut malam yang sebenatr datang Alam mempesona membentang luas Telihat separo matahari terbenam Segari melintang ditengah Sebagai pemisah antara cahaya yang sesungguhnya Cahaya bercermin pada lautan sore Bias cahaya mempeso  Seakan mentari kembali utuh Bentuk bulat dengan garis hitam Siluet pulau membentang hitam Menbentuk garis   mendatar srbagai pemisah Antara kesungguhan dengan morgana

Senja di Bangku Tunggu

Gambar
 Senja di Bangku Tunggu Tung Widut Dari jajaran bangku panjang hitam Duduk berdua dengan si kecil tersayang Menunggu giliran Dua tahapan telah usia  Mencatat nama dan keluhan rasa Panas dingin muntah serasa berat Setengan mati dengan kepala seakan terbelah Jajaran bangku yang membosankan Hanya bisa membayangnkan sinar senja Dihamparan sawah belakang rumah Dinikmati denga secangkir kopi Tersiksa rasanya Senja meninggalkan diri tanpa sebuah cerita Ngilu remuk pada raga Pemisah antara keinginan dan nikmatnya senja Senja datanglah padaku esok Hiburlah hatiku yang di serang raga lulai Aku ingin melepasnya Agar bisa menikmatimu di alam bebas Senja Bangku tunggu tak pernah mengenalmu Hanya dari cerita yang didengar Dari bibir ngilu yang selalu menyanjungmu  Senja  Kali ini benar aku merindukanmu Panggillah aku esok hari  Saat kau menari di sore hari

Senja Perlahan Datang

Gambar
 Senja Perlahan Datang Tung Widut Sinar surya mulai temaram Menemani  rumput lampangan mengucap selamat berpisah Kepada para putih abu-abu Sore telah datang menjelang Waktunya menikmati  malam sendirian Dingin mulai datang Semilir angin sore sangat terasa Semburat sinar surya  terlihat ditembok Membuat menjadi lukisan Bersiap di langkah pulang Berjalan pada waktu yang semestinya Senja sebagai pengingat  Waktu pulang dengan batas ibadah

Senja yang Terlihat

Gambar
 Senja  Yang Terlihat Tung Widut Sinar semburat menyorot dari balik gunung Warna kemerahan membentuk garis indah di langit yang mulai gelap Lalu lalang kedaraan mengabaikan keindahanya Tak memandang sedikit pun padanya Seorang termangu di sudut petak sawah Tangan  terkait di belakang badan Mengililingi pematang dengan langkah gontai Mata menerawang penuh teliti Dari setiap helai hamparan daun  dimaknai Senja itu menyimpan bukti Telah ada perhatian  dari sang petani Kepada tumbuhan yang mereka semai Sejuta harapan ditulis senja itu Terlihat dari langkah dan tanda  Sisi mata bercerita isi hati Hasil yang memuaskan hati

Bukan Mengingkari Senja

Gambar
 Bukan  Mengingkari Senja  Tung Widut Kepiluan teringat Saat janji tak mampu diingkari Bukan karena melupakan Bukan karena sudah tak suka Bukan karena terabaikan Sendu menggelayut antara angan dan kenyataan Harus berjalan seiring waktu terus melaju Tanpa disadari begitu cepat berlalu Senja hilang ditelam gelap malam Ejeklah diriku yang tak mampu Membagi waktu hanya tuk melirikmu Apalagi menikmati keindahanmu Tapi percalah semua bukan dari hati terdalam Selalu merindukan sinarmu Selalu merindukan jinggamu Selalu merindukan keidahanmu Maafkan aku

Senja yang Terabaikan

Gambar
 Senja yang Terabaikan Tung Widut Kumandang adan magrib menggema Merambat dari dedaunan menuju langit jingga Sangat istimewa sore itu Sore yang melelakan menimang anak-anakku Sore yang harus ku lalui  tanpa bisa menikmatimu Dari lirikan mata sekelebat terlihat Indah mu antara  pephonan di pinggir jalan Semburat terang jauh di balik bukit Mengubah mejadi lukisan terindah Dalam sebuah pigora alam yang luas Cahayamu yang semakin redup Menemani jalanan yang semakin sepi Ketika kau jatuh dalam kegelapan Lampu jalanan berusaha menggantikan 0

Senja yang Terlupa

Gambar
 Senja Yang Terlupa Tung Widut Pagi sudah tiba  Langkah kaki kemarin belalu begitu saja  Tanpa sebuah pesan yang menyapa Bukan melupakanmu  saat itu Bukan  mengabaikan ceritamu Bukan melewati keindahanmu Bukan pula tak merayumu Sebuah langkah yang terlalu cepat Memeluk buah hati yang sungguh berharga Membimbingnya sebagai kewajiban utama Senja mengertilah  langkahku Tak sendiri menikmati keindahanmu Tak senyap dari waktu Tak hanya ufukmu yang semburat Keindahanmu tetap ada di sisi mataku  

Menjelang Senja

Gambar
 Menjelang Senja Tung Widut Adan dari muazin terdengar menggelegar Menggema diseluruh negeri  Seutas tali nyawa terputus bersama ucapan takbir  Inalillahiwainslillahi rojiun dari bibir yang terkatup Tercegang  dengan sebuah berita duka Dari tetangga terbaik depan rumah Mengenang kebaikannya Menggenang jasa-jasanya Mengenang ketangguhanya Mengenang cara hidupnya Mampu menjalani liku hidup yang tak sederhana Semua penuh cerita Penderitaan gurauan uluran tangannya Memberi contoh bagi para muda

Surga di Kaki Senjs

Gambar
 Surga di Kaki Senja Tung Widut Temaram langit mulai terasa Dedaunan hijau hamparan sawah melambai Mengucapkan selamat berpisah untuk sementara Kepada para petani yang sedang memanggul hasil panin Kaki perkasa menelusuri pematang  Meninggalkan jejak siksa dari rumput tebal Disisi hati bangga bisa melindungi Dari ganasnya bongkahan tanah di musim kemarau Angin segar semilir berjanji Memberi kedamaian sepanjang malam nanti Mengantarkan mimpi esok pagi Bergebok lembar rupiah dari hasil bertani Senja itu senja yang tebengkalai Senja yang tak banyak dinikmati  Senja yang tersisih karena kesibukan menjurai Senja yang indah di kaki bumi Senja yang tak dapat diingkari Senja itu senja yang tak dapat diingkari Indah dengan panin berlimpah

Senja Jalanan

Gambar
 Senja Jalanan Tung Widut Merona lagit bergaris datar Keindahan yang mungkin hanya sekali terlihat Bukan ingkar ketika mata dan bibir menyanjung Kekuasaan ilangi setingi  hanya ditangan Nya Sederet doa terucap atas kekaguman Allah menciptakan keindahan yang tak mampu dipikirkan Tinggal menikmati dengan ketakjuban Cakrawala indah sempurna Perjalanan membelah garis putih Merintih pedas jauh dari rumah Terhibur dengan rona luar biasa Jingga menemani dalam perjalanan

Pertama Masuk

Gambar
 Pertama Masuk Tung Widut Putih hitam netral bagi semua Seakan wajib yang tak pernah tertulis Semua punya Semua ada Semua suka Rambut cepak wajah baru Tak seperti kemarin dengan  gaya selebriti Hari ini saat pertama masuk Semua siap dengan penuh semangat Sapa salam dari sang saka Yang berkibar ditengah lapang Menunjukkan keperkasaan  Penuh harap dari gerasi penerus bangsa

Memulai

Gambar
 Memulai Tung Widut Bangku kerja sudah menunggu  Sejak seminggu lalu ditinggal  Santai menikmati hari libur yang tetap masuk Kini ancang-ancang berlari harus siap Budaya kerja baru yang menakutkan Tak lagi seperti dulu Mari mempelajari  bertahap Kencangkan ikat pinggang Menyosong dengan hati iklas Apapun yang diterima Mencoba legowo adanya Hilangkan rintih perih terasa Anggap sebuah tantangan  Menjadi PR pekerjaan  Semua harus dikerjakan

Hari in

Gambar
 

Bulan Siang

Gambar
 Bulan Siang Tung Widut Ada diketinggian sempurna Di barat sebagai waktu yang telah sirna Keindahan temaram yang dipuja Telah hilang di telan masa Hanya sebuah tumpangan bila masih ada Tak bersinar hanya pasi yang ditampilkan Tak ada lagi kekaguman Tak ada lagi sanjungan Tak ada lagi keindahan Tak ada lagi penikmat setia Tak ada lagi puisi-puisi untuknya Tak ada lagi gadis pedumpamaan Tak ada lagi sinar yang mengiasi Tak ada lagi pancaran pesona Sebesar apa bulatan terlihat putih Terlihat biasa Tanpa sinar Bulan bukan lagi raja Bila siang telah datang

Memulai

Gambar
 Memulai Tung Widut Bangku kerja sudah menunggu  Sejak seminggu lalu ditinggal  Santai menikmati hari libur yang tetap masuk Kini ancang-ancang berlari harus siap Budaya kerja baru yang menakutkan Tak lagi seperti dulu Mari mempelajari  bertahap Kencangkan ikat pinggang Menyosong dengan hati iklas Apapun yang diterima Mencoba legowo adanya Hilangkan rintih perih terasa Anggap sebuah tantangan  Menjadi PR pekerjaan  Semua harus dikerjakan

Ekpresi yang Melintas

Gambar
 Ekpresi yang Melintas Tung Widut  Kewajaran ada disetiap langkah  Dalama gerak yang tak terpikirkan  Bila kamera melalang buana  Tak  sengaja kadang terlihat gambar  Yang tak sewajarnya Semula hanya melintas Tak mencuri pandang dari para  penikmat Entah itu  senyum atau tawa Entah itu menguap bakan terpejam Entah itu meringgis atau bungkam Kadang menjadi lucu Kadang menjadi malu Kadang menjadi esih Kadang menjadi heran Kadang menjadi geli Hasil yang kadang di fokuskan Hasil yang kadang di besarkan Hasil yang kadang dijelaskan Hasil yang kadang tajamkan  

Takbir Kedua

Gambar
 Takbir Kedua Tung Widut Kumandang tabir masih menggema Di hari tasrik kedua dari toa surau  Pagi menjadi bingar Matahari bersiap  memunculkan diri Mengusir dingin yang menusuk tulang Halaman rumah sore hari masih ramai Arang yang menganga dengan kepul khas Aroma menyengat sedap dari tia tusuk sate Ramai anak kecil berebut meengiyangkan kipas Api tetap membara pada tungku sederhana Tiupan angin malam semakin memperat   Sunyi datang tiba-tiba Kala perut yang kenyang Bibir yang kelu Mata yang mengantuk Raga yang capek Menjadi tenggelap dalam lelap

Senja di Kota Lain

Gambar
 Senja di Kota Lain Tung Widut Matahari mulai menyelinap di balik gunung Dedaunan semakin gelap terlihat Gamparan alam puncak hijau gelap Awan bergambar semakin hitam  Tajam sinar senja berpamitan Berganti malam yang akan ada Menemui senja dalam perjalanan Jauh dari rumah tempat tinggal Kota lain sebuah tujuan  Sebagai penghilang dahaga hati yang gundah Kunikmati senjamu di kota ini Bercerita tentang masa lalu yang sudah terbenam Dulu saat masih remaja Menari di hari pernikahan Sahabat sejati hingga kini

Kejujuran Kali Ini

Gambar
 Kejujuran  Kali Ini Tung Widut Hari bahagia  tercipta sudah Keiklasn didukung kejujuran yang diimpikan Hari ini bisa terbukti Tangan-tangan cekatan  mengerjakan dengan sempurna Mengiris daging kurban tanpa pilih bagian Mengangkat  seberat yang ada Membagi dengan kejujuran Ini niar bersama Pandanganpun sama Menciptakan sebuah kejujuran di atas pembagian Hasilnya kau tahu Luar biasa Semua tersenyum puas atas kejujuran Tak ada daging yang menghilang Tak ada siluman yang tetiba datang Tak ada kasak kusuk yang bermakna Tak ada pilah teman dan kerja sama Semua wajar adanya Terbuka dari kata cerminan  hati Melaksanakan Idul Adha dengan kejujuran

Idhul Adha

Gambar
 Idhul Adha Tung Widut Takbir yang kesekian kalinya Terdengar menggelegar di seluruh jagad Yang dinanti telah datang Setahun menabung demi sebuah keiklasan Esok pagi menjelang Sholat Idhul Adha akan di gelar Sunah berjamaah di halaman majid Sujud syukur atas rejeki yang dilimpahkan Rasa  iklas terpancar pada setiap insan Hewan dituntun bersama  Berjajar dengan niat bulat Sebagai titian menuju surga

Selamat Ulang Tahun

Gambar
 Selamat Ulang Tahun Tung Widut Malam penuh bintang kemerlap Pelangipun hadir dengan tawa gembira Ini malam istimewa Malam ulang tahun  Hari kegimbira Kala sang tuan mengajaknya bersenang Tak sendiri dalam kesenangan Bersama mencapai kemenangan Tulislah setiap kata Sebagai jejak digital yang tak pernah terhapus Tulislah setiap kata Nanti akan dikenang sepanjang masa Buku adalah mahkota  penulis Kata bijak mengajak maju bersama Dengan tangan dingin membentuk sebuah kebersamaan Dengan iklas mencetaknya Malam ini usia 70 tahun sudah Diusia tua sebagai pelindung anak literasi Sepanjang masa akan dikenang Sebagai bapak literasi sejati Terimakasih saya ucapkan Tiada kata yang patut terucap Selain sanjungan atas perjuangan  Memang pantas sebagai panutan kita Salam literasi Semoga kesehatan rejeki kesempatan selalu berpihak

Diawal Malam

Gambar
 Diaw al Malam Tung Widut Menunggu di bawah gelap Tanpa seorang menemani Langit tak lagi mau bersahabat Terus berjalan menuju sepi Duduk twrmenung memandang ke atas Hanya ada bintang bertaburan tanpa bulan Hanya hati yang sepi tanpa dirimu Hanya hati yang sepi tanpa senyum Hanya hati yang sepi sendiri tanpamu Helaan nafas panjang terurai Hanya sebua kepercaan kepada sang Pencipta Malam tak mengkin tanpa nyawa Dan dia tetap melaluinya

Sebelum Tidur

Gambar
 Catatan Sebelum Tidur Tung Widut Semakin larut malam berjalan Perlahan sepi diam seribu bahasa Bulan yang setia tiada lagi penikmatnya Dibiarkan sendirian diatas langit gelap Nafas teratur mulai tertata Mata terpejam walau angan melayang jauh mulai tadi pagi Kejadian demi kejadian kembali terlihat Belum juga hilang sedih gembira yang dirasa Ini malamku Saat tidur memanjakan mimpi menguasai Angan tak jua terlerai Masih saja siang datang dengan cerita Tentang keeja yang putus memeras otak Tentang senyum yang tak sambut mesra oleh tumpukan buku di meja Tentang makanan yang terlupakan Tentang cerita yang terjeda oleh doa pada Yang Kuasa

Kasih di Ujung Senja

Gambar
 Kasih di Ujung Senja Tung Widut Malam pasti datang Perlahan langit berubah  gulita Rona jingga penghias langit  mulai padam Hilang bersama angin yang merintih Tetesan air mata pengharapan Mengalir dari sudut mata yang sendu Menanti kekasih yang berjanji menyapa Penantian tiada ujung Setiap senja datang dia duduk menikmatinya Malam merangkak tiba Lunglai pulang   memedam keriduan Senja bercerita Penantia setiap sore hanyalah  khayalan Harinya tau bila semua hanya ilusi Yang datang setiap hari Yang tak mungkin terobati Dikaki senja kali ini Termenung menikmati awan yang perlahan hilang Cahaya jingga darang dengan burung camar Aku rahu kau datang membawa kekasihmu Bukan untukku

Rembulan di Atas Angan

Gambar
 Rembulan di Atas Angan Tung Widut Dalam rindu yang membelenggu Kasih yang jauh di sana Saling menunggu ungkapan cinta Semestinya dirasa walau tanpa sepatah kata Hidup tak hanya menunggu mimpi Yang datang pada malam hari Matahari meraja menyinari Setiap penghuni bumi tertelap selesai Hidup bukan hanya bernafas menapaki langkah Angan setinggi langit tumbuh dari keinginan Ingin menari diantara bintang Meraih rembulan yang sedang  bersinar temaram Malam ini Bulan sabit tersenyum menyabut hari Mengajak berlenggok sampai pagi Dia berkata tentang keindahan Bisa dinikmati kala melihat ke aras Diantara hanparan hitam Bintang dan rembulan ada diantara angan

Puncak Cangar

 Puncak Cangar Tung Widut Pagu menjelang awanpun hilang Menciba mentusuri jalanan hitam tanpa kelam  Menyapamu alam Dari sederetan bukit nan lembah  Menghijau terlihat di mata Temaram karena kerindangan pepohonan Mistis berbaur dengan alam yang tersisihkan Dari mata hanya sebuah keindahan tanpa syarat Malam akan bermakna selain gelap Bukan sekedar lampu yang berkedip dari kejauhan Terhalang pohon yang melambai karena angin menerpa Tingginya berdekatan dengan bintang Bercahaya tanpa bisa membeda Keramaian membuat hati sedikit lega Tak sendiri menjaga garis putih di tengah Dengan teknik bisa naik selamat Menyapa para relawan yang berjaga Dengan sebongkah batu ganjal roda  Tak mampu menanjak dengan bantuan sementara Ini sapaan dengan hati was-was Disamping jurang yang begitu dalam Tetap mejaga roda berputar  Menaiki puncak cangar

Hari Perpisahan

Gambar
 Hari Perpisahan Tung Widut Hari yang dinanti Hari terakhir berada di sekolah Tanda kesuksesan belajar selama tiga tahun Rasa gembira berbuga setiap detik Canda riang bersama teman Kesuksesan telah digenggam Ini hari terakhir bersama Esok dan entah kapan lagi berjupa Tak terencana lagi hanya kebetulan Kenangan sekian tahun telah tertutp Menyipan memori suka duka bersama Suatu saat menjadi cerita Tentang kelucuan dan rasa yang belum terungkap Kita saling bersalam perpisahan Salam yang memisahkan dari bangku sekolah Tak lagi jumpa pada kelas yang sama Tapi hati kita tetaplah ada