SERPIHAN CERMIN RETAK 8
SERPIHAN CERMIN RETAK 8
Tung Widut
Keduanya
diam beberapa saat. Pak Carlos tak tahu apa yang harus dikatakan dengan cerita Yuandra.
“Aku
pernah pernah protes kepada Allah.
Mengapa semua ini terjadi padaku dan keluargaku. Bapak tahu apa yang dikatakan
mama? Kata-jata yang selalu diulang. Mama orang paling hebat yang aku kenal
dalam hidup ku. Selalu berkata ini jalan
hidup yang harus kita terima. Kata itu
selalu diulang-ulang setiap kali aku
protes. Sekarangpun adalah jalan hidup yang harus aku jalani orang. Aku sudah berusaha sekuat
tenaga.”
Pak Carlos benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hanya diam.
Dalam hatinya dia semakin memuji gadis cantik yang berada di depannya
sekarang ini.
“Oh ya, maaf. Aku jadi curhat. Terimakasih sudah mendengarkan curhatan saya yang sangat tidak
berguna,” kata Yuandra
Setelah dia menyadari bahwa dia sudah banyak bercerita. Senyum
manis yang dipaksa dikembangkan untuk pak Carlos, dibalas senyuman juga. Sambil menepuk-nepuk
tangan Yuandra yang berada di atas meja.
“Kamu wanita hebat.”
“Sudah malam.”
Pak Carlos mengernyitkan dahinya sambil melirik semua makanan yang
sudah dipesan. Akhirnya Yuandra dengan lahap menyantap semua makanan.
“Semua sudah saya
habiskan. Bapak puang saja. Saya ingin
sendiri.”
Kembali padangan Yuandra
menembus kegelapan. Menghitung bintang yang bertebaran di langit. Semua lampu
bertebaran di kejauhan. Kadang wajahnya
tengadah ke angkasa. Helaan nafas beberapa kali terdengar.
“Yuan, ” suara pak Carlos
setengah berbisik.
“Aku ingin sendiri.”
Hanya kata itulah yang terucap dari kata Yuandra. Dia memandang dalam-dalam wajah Pak Carlos.
Matanya tajam. Dia benar-benar ingin sendiri.
Pak Carlos pun semakin salah tingkah. Pandangan tajam Yuandra
terasa menhempaskan dirinya ke tebing bercadas. Tidak seperti beberapa menit
yang lalu. Dia harus mendengarkan cerita. Pengambilan nafas panjang
mengakhiri duduk pak Carlos. Dia lalu meninggalkan tempat itu
dengan langkah perlahan. Helaan nafas panjang masih menghiasi nafas pak Carlos.
Kini dia memjamkan matanya. Diletakkan
kepalanya di atas stir mobil. Gadis cantik yang diajaknya ke tempat ini justru
menyuruhnya pulang. Rasanya tak tega
meninggalkan dia sendiri di malam yang semakin larut. Kembali dia menghela
napas panjang.
Komentar
Posting Komentar