SERPIHAN CERMIN RETAK 2
SERPIHAN CERMIN RETAK 2
Tung Widut
"Ada apa
kau Yuan?"
Yuan tak menjawab sepatah kata pun.
Hanya diam. Lelaki itu terburu mengenakan bajunya. Bergegas meninggalkan
tempat tidurnya menghampiri Yuandra. Dia memegangi pundak belakang dan membalikan.
“Ya Allah, wajah kamu pucat sekali.”
Dibimbingnya gadis itu itu ke sebuah kursi
yang berada di samping pintu.
“Ini air hangat, minum dulu!” sambil
menyodorkan sebuah gelas. Lalu dia
berbalik untuk mengambil air di dispenser yang berada di pojok ruangan. Dituangkannya segelas air untuk dirinya.
Seteguk dinikmatinya sambil melihat pemandangan dari jendela. Hari sudah mulai sore. Jingga di langit terlalu
indah untuk dilewatkan. Warna merah semu semburat membuatnya memandang lama. Tak terasa seakan terhipnotis. Kembali dia
meneguk air di dalam gelas.
“Bagaimana? Sudah mendingan?”
katanya sambil membalikan badan.
Tapi Yuandra
tak ada lagi di tempat. Dia sudah
menghilang.
Lelaki itu mehembuskan nafas panjangnya.
diletakkan gelas yang berada ditangan kanannya. Kembali merebahkan badannya di
kasur. Menghilangkan lemas yang masih
ada. Ditariknya selimut tebal yang tadi berserakan. Tiba-tiba jemari kirinya
memegang sesuatu yang dirasa basah. Dia duduk dan berusaha menyingkap
selimutnya. “Astaga.” Teriaknya.
Lelaki itu melihat warna merah
menodai sprei putihnya. Merah darah segar.
Dia meloncat menuju teras lantai dua rumahnya. Terlihat Yuandra menutup
pintu gerbang “Yuandra. Yuandra.”
Teriaknya sekuat tenaga.
Merasa panggilanya tak
didengarkan, kaki-kakinya segera berlari
menuju pintu gerbang rumah. Kembali teriakan memanggil Yuandra, tapi hanya deru sepeda motor yang kemudian
menghilang ditelan belokan gang di perumahan.
Lelaki itu menghela nafas panjang.
Ingatannya kembali pada jadian beberapa
jam lalu. Saat bersama gadis manis yang baru saja pergi. Gadis yang berbeda dengan gadis lainya. Para
gadis biasanya kerasan bersamanya. Kadang untuk membuat gadis mau pulang harus membuat seribu alasan,
bahkan harus mengusirnya dengan cara
agak kasar. Tapi Yuandra
tidak. Dia datang secepat kilat
dan begitu saja pergi.
Siang itu udara sangat panas.
Matahari seakan-akan berada sejengkal di atas ubun-ubun. Bau debu khas
berhamburan diantara lorong-lorong ruang perkuliahan. Pak Carlos kelihatan
bolak-balik ke luar masuk ruang dosen. Wajahnya kelihatan resah. Seakan-akan ada sesuatu yang diharap. Kini pak
Carlos duduk di kursinya. Tangannya
memainkan HP yang selalu dipegangnya. Sebentar diletakkan lalu
dipegangnya lagi. Status WA
teman-temannya dilihatnya satu persatu.
Dia sangat berharap ada status dari Yuandra di layar HPnya.
Komentar
Posting Komentar