Puisi Malam Kala Hujan

 Cerita dibalik Hujan

Tung Widut



Malam hitam tak terpungkiri

Cahaya kerlip bintang tenggelam dalam kelam

Sirna tak berbekas

Badai angin samar terdengar

Mendesing melambaikan kelambu cendela

Menyibak dingin yang menyerang


Hujan lebat menghantam

Dedaunan yang rindu rembulan

Menanti dalam gigil tak terampuni

Hanya harapan yang membuatnya bertahan



Gemericik melambaikan mimpi

Menyambut mata yang mulai lekat

Rela meninggalkan setumpuk pekerjaan makin tertunda

Tak peduli lagi


Badan mulai direbahkan

Menyatu dengan selimut yang menjanjikan kehangatan

Dalam mengarungi malam  basah


Duhai mimpi 

Pergi dulu malam ini

Waktunya menikmati kesegaran tanpamu

Biar terasa netral malmku



Beroga Menyabut Pagi
Tung Widut

Tengah malam terlewat sudah kabut pagi yang semakin dingin melelapkan mata
Dekur nyaring memecah kesunyian
Menggema menyisihkan mimpi yang terindah

Ayam berkokok tak terjeda
Tanda pagi telah tiba
Pengganti dentang jam  yang tak terlihat
Memberi tanda dengan rasa

Bersahutan nyaring dengan gayanya
Di kerjakan disahut dengan suara yang sama
Hiasan malam yang bermakna

Beroga gagah tanpa takut
Menantang sang lawan pantang menyerah
Walau bersimbah darah
Gengsi bila harus menyerah
Bertarung sampai nafas penghabisan

https://www.google.com/amp/s/amp.ayobandung.com/read/2017/07/11/21553/alasan-ayam-jantan-berkokok-setiap-pagi





Jeritan dalam Sangkar

Tung Widut



Angin sepoi menembus dari sela jeruji

Terasa semilir menemani penantian segenggam jagung

Dari sang tuang yang menjatahnya 



Ingin biji dari bunga rumput liar

Seperti yang mereka makan dengan leluasa

Ingin menikmati terik yang konon sejahat api dalam tungku

Ingin terbang di langit biru

Setinggi keinginanku yang  terbalut mimpi


Sayapku semakin lumpuh 

Paruhku semakin tumpul

Kakiku semakin lemas

Buluku semakin kusam

Dalam penantian



Semanja apa diriku

Hanya sebuah penantian yang kadang semu

Seenak apa diriku

Sebuah janji yang tak berujung

Senikmat apa diriku

Hanya sedetik tanpa kepuasan



Hanya senyum merek yang menjadi penghiburku

Dengan penuh harap sekat akan sirna



Terjatuh

Tung Widut




Jangan putuskna rasa yang mulia ada

Menolakmu hanya di bibir

Terlalu takut bila hatiku tak mampu

Membahagiakan 



Niat dari tiap butir kata membuat gundah

Benar menusuk dalam kalbu

Senyum terkembang kala angin membawamu

Dalam bayangan di pelupuk mata



Takut membuka mata

Saat kau ada

Agar kau tak hilang dalam imajiku setiap saat


Tetaplah tersenyum pada ku

Walau selama ini ada 

Bunga mawar yang telah kau genggam ditangan kanan

Kau sematkna di sebuah hati


Bukan sebua sebab setangkai mawar

Ketika bunga lain  lain juga kau tanam di hati

Biarkan hanya membayangkan mu

Lebih bijak dengan hanya menggenggam hatimu


Rindu Keriuhan 

Tung Widut




Kabut pagi membalut tanpa cerita

Perlahan sirna tak ada yang menikmatinya

Hanya rerumputan meninggi dan debu dalam kelas

Berteriak rindu keriuhan



Sepi menghiasi bangku yang termangut sendiri

Rapi tak pernah terusik dalam dua belas bulan

Membeku duka terlalu lama



Kabar perkenalan menyapa

Hanya getar handpon yang lebih menggoda

Kelaspun terlupakan



Senyap
Tung Widut

Tanpa suara
Kosong
Hanya angin tanpa siulan
Disela dedaunan dan hati
Lenggang
Hanya cahaya datang membisu

Tanpa gerak
Diam terlihat termangut
Menikmati indahnua langit dengan awa berjalan pelan

Sunyi
Bertumpuk bentuk mati
Hanya bisa dinikmati mata
Telingapun tak beguna

Kala meraba
Hanya decit tangan terdengar halus
Sirna bila tak melekat

Senyap
Kadang didamba para pemburu imajinasi
Mengumpulkan emosi dan melemparkan dengan dahsat

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aokigahara


Pagi Berkabut
Tung Widut

Pagi  remang samar dedaunan
Kabut menghalangi mata
Menikmati keindahan yang justru terbumbui
Butiran  lembut  jatuh perlahan
Tak bisa kugapai

Tanah basah menghias pagi
Rerumputanpun riang dengan kesegaran
Memghapus dahaga semestara
Saat surya belum meyerangnya

Semangat pagi terikat
Perlahan turun dan  lenyap
Kabut sudah selesai bercerita
Tentang sepi dan dingin pagi ini

Ft. https://www.kompasiana.com/kangwin65/5ed700cd097f362b2e7a41d8/kabut-pagi

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja

Setangkai Mawar Kuning