TENTANG PERSELINGKUHAN ITU (4)
TENTANG PERSELINGKUHAN ITU (4)
TUNG WIDUT
Mata Nila mencoba berkelana
menyusuri ruang kafe yang tak begitu lebar. Ornamen dan hiasan dinding berupa
sebuah lukisan perempuan bali. Dengan dua patung ala bali juga
berkesan elegan.
Selang beberapa menit segerombolan laki-laki berseragam polisi berlari
ke arah pintu yang di masuki Pras. Dada Nila semakin berdegup kencang. Dia
kemudian berdiri dan melangkah menuju pintu kafe. Melongok ke kanan ke kiri.
Tak nampak seorangpun. Hanya dua orang satpam berada di luar pintu lobi.
Dia lalu membalikan badan. Menuju tempat duduk yang yang tadi. Diambilnya tas
dan Hpnya. Lalu mengambil duduk di pojok ruang meja no dua. Memang dari tempat
itu bisa melihat ke segala penjuru.
Tiba-tiba terdengar
teriakan diikuti sebuah tembakan.
"Ya Allah."
Hati Nila yang sudah mulai reda kini kembari berdebar, bahkan tanganya pun
gemetar. Segera dia menyambar tas ,hp dan minumanya. Dia kali ini benar-benar
duduk di pojok ruang. Sengaja kursinya sedikit di geser di pojok.
"Kalau benar ada
tembakan aku tinggal jonggkok dan berlindung disamping patung."katanya
dalam hati.
Belum lagi gemetarnya
hilang, terdengar suara gaduh dari jauh. Lama kelamaan mendekat. Nila segera
mendekap tasnya. Dia siap-siap tiarap. Dilihatnya serombongan orang turun
dari tangga. Paling depan seorang laki-laki berbaju hitam-hitam. Kemudian
seorang laki-laki memakai kaos dalam dan celana pendek. Di samping laki-laki
tersebut seorang perempuan cantik memakai kaos merah. Baru di belakangnya
berbondong polisi dan beberapa orang yang tadi masuk.
Nila masih dalam keadaan
bingung. Sementara para pegawai hotel berhamburan keluar. Seakan ada yang
membuatnya penasaran.
Tiba-tiba Pras masuk
ruangan.
"Ehem."
Nila masih diam. Wajahnya
masih kelihatan tegang. Dia antara sadar dan tidak sadar. Kejadian yang dialami
seperti dalam film-film action yang dilihatnya di tv.
"Sori sedikit ada
masalah. Agak melawan."
Nila masih saja tak
merespon.
"Wajah kamu pucat
sekali." Lanjutnya. Pras mendekatkan wajahnya ke wajah Nila. Dilihatnya
betul wajah perempuan yang sedang ketakutan itu. Lalu mengkernyitkan
dahinya. Diambilnya minuman yang berada di meja.
"Minum dulu biar agak
rilex." Pintanya agak memaksa.
"Aku terimakasih
padamu. Karena aku datang bersama kamu, target tidak curiga. Sebenarnya
targetnya tiga orang lelaki yang duduk di kursi lobi sebelah itu."
Tanganya sambil menunjuk sebuah kursi.
"Untung kamu
tadi nggak ketembak."
Spontan Nila
membelalakan mata.
"Hahahaha." Pras terbahak melihat raut wajah Nila.
"Oh tidak, tidak. Bukan seperti itu. Polisi itu penuh
perhitungan. Nggak akan terjadi seperti itu."
Setelah kelakarnya membuat Nila tersenyum, Pras pun mengajak Nila keluar
dari dalam kafe.
Setelah menyibak kembali kemacetan kota Surabaya, tiba saatnya duduk
berdua di retaurant Botanica. Sebuah restoran mewah dengan menu lezat.
Dari sekian menu nasi goreng buah naga merupakan menu unggulan.
Komentar
Posting Komentar