Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Tentang Senja

Gambar
 Tentang Senja Tung Widut Mentari lelah berjalan pada siang Waktunya persiapan memasuki gerbang malam Peraduan menunggu seharian Siap menyambut sang raja  beristirahat Cahaya  jingga mengintip dari balik awan Pesona teepsncar indah melengkaip alam Takjub tak terkira diabadikan Dalam bingkai foto yang mempesona Selamat malam mentari Samai jumpa esok pagi Biarkan mata memanjakan diri Menikmati jingga sampai gelap nanti Selalu terukir keindahan sore bersama mentari Tercatat dalm jiwa dan reluh hati Tak mudah terhapus sampai  hari nanti Cerita selalu daat diurai

Pertemuan

Gambar
  Pertemuan Tun Widut Tiga puluh lima tahun silam Bersama setiap mentari mulai menampakan diri Memasuki gerbang sekolah dengan penuh semangat Ceria pertemu teman Mencari ilmu  dari buku  bertumpukan Berdiri dengan sikap siap Seragam putih biru lekap dengan perlengkapan Kaos kaki putih seputih niat saat datang Sebelum pelajaran dimulai Tunduk tanda hormat kala guru memasuki kelas Sikap tegap membaca Pancasila Penuh hikmat sampai tertanam ke dalam jiwa Doa terucap dari bibir serius Memohon kepada Tuhan  agar dilimpahkan semua ilmu Wajah puas terapancar dari mereka Mendapat segudang ilmu sebagai bekal nantinya Semua berlalu sudah Cerita tertimbun  alur kehidupan Sampai kini setelah sekian lama terjeda Kembali berangsur  lerai tanggung jawab Ingatan kembali menyibak Teman lama  ada  pada ingatan  Kini berjumpa kembali Membongkar kenangan lama  Wajah yang kini telah berubah Serasa lucu bilang dibandingkan Tawa kecil terurai mengiringi kebahagiaan hari ini Saat kita reuni

Menemani Malam

Gambar
 Menemani Malam Tung Widut Sepi meraja dalam malam Gelap tak mampu ditepis oleh cahaya bintang Menggelayut angan pada kerja seharian Hanya sesal membuang waktu hanya untuk sebuah permainan Malam kini aku bersamamu Mengarungi gelap tanpa mata terpejam Berjuta kata harus ku untai Sejuta makna harus tersampai Beratus lembar harus ditulisi Berpuluh langkah harus kulakoni Malam ku temani sepimu Temani pula aku Yang butuh sejuta waktu  bersamamu Malam  Ceritalah padaku Tentang waktu panjang yang ku pinang Untuk menyelesaikan setumpuk tugas Malam Berikanlah cara padaku Agar sejuta kerja selesai dalam sekejam Malam  Aku tetap bersamamu  Sampai batas waktu  kemampuanku

Terbenam Sudah

Gambar
 Terbenam Sudah Tung Widut Pagi berganti siang ketika angan telah hilang Mentari tenggelam saat anggan ikut karam Terbenam sudah imaji yang semalam nelum terukir Mencoba mengumpulkan puing imajinasi Yang sempat tertimbun perjalanan hidu sehari Rasa semakin berat Terlanjur sederet kata tak terikat Kini jemari mulai mengukir Rasa yang muncul dalam ikir Tak sejernih tadi  Setiap untai kaya begitu saja menjuntai Linglung Bingung Haiir semua kata hilang tak meninggalkan bekas Hanipr semua isi lenyap

Selamat Pagi Harapan

Gambar
 Selamat Pagi Harapan  Tung Widut Pagi berselimut kabut  Hamparan hijau  berpetak berlatar gunung di jauh sana Samar terlihat dari kejauhan Seorang datang dengan jalan santai Tangan dipeganggang di belakang tubuh Sesama andangan tertuju pada tiap helai daun Dibelai bulir air  bak mutiara Madi basah rerumputan yang mendasari Langkah demi langkah menyibak kabut di pematang sawah Kecemasan hati dari kedaan tanaman harapan Karena hujan yang tak pada musimnya Selamat pagi kabut  Selamt pagi padiku Baik-baikah kau karena didinginkan semalaman? Tentu cemas ada antara bunga padi yang mulai menyembul Kau harapan hidup kami setahun nanti Memberi makan anak cucu Membayar helai lembar kartu SPP Uang saku yang tsk bisa terhenti Hanya kamu harapan 

Peluit Malam

Gambar
  Peluit Malam Tung Widut Sudah cukup malam Hening ada anatar jemgkerik  dikejauhan Sesekali deru motor membelah pekat Malam hampir sempurna dengan 22.26 Terdengar peluit apnjang berkali-kali Tanpa deru ular besi yang terasa Sembila kilo buka jarak yang dekat Rel berada melintas di kejauhan Hanya hening yang menyabung bunyi Sami terdengar di telinga malam ini Tersambung sebuah cerita Kala dulu alam masih perawan Roda motor belum ada yang  terdengar Saat peluit itu dibunyikan belanda Cerita itu terdengar malam ini Malam sepi dengan peluit panjang

Jakan Kecilku

Gambar
 Jalan Kecilku Tung Widut Pagi menggeliat dalam dingin Kabut tebal selalu menyelimuti Sinar mentari semburat kuning manja  Kala  berpuluh  petani sudah menyibak rasa jalan kecilku Subuh baru usai Pengguna sandal japit dan mukena turun dari masjid Gerobak kecil berisi pupuk melewatinya Orang tanpa sepatu menapakinya Cangkul dipanggul pada pundak kekar Topi lebar persiapan mentari tiba Semangat menyelimuti niat tiap pagi Para pengena seragam melintar dengan kayuhan sepeda mini Tas dipunggung dan bersepatu hitam Embun tak lagi heran Setiap pagi berpapasan Kala terik di atas kepala Jalanan kecil tetap menyapa Tak kalah semangat mereka berlalu  Senja tiba sembunyi dibalik alam Semburat sinar mengucapkan selamat tinggal Jalan kecil menyimpan cerita Sebagai saksi mereka yang melintas

Diam

Gambar
  Diam  Tung Widut Ada kalanya harus diam Bersama teman yang mengerutkan jidad Jemari menyulam kata demi kata Terangkai dalam jawaban Tak harus bibir berbunyi diantara materi Waktunya diam dengan jawaban jemari Nomer demi nomer bertaut  mebcari benar Sejuta pertimbangan dari hari ingatan Aku belajar semalaman Aku membaca semalaman Aku berdoa semalaman Suatu usaha kilat dengan hasil sempurna Bukan Hanya ini kamu harus diam Hanya ini kau tak perlu bicara Hanya ini diammu untuk menjawab

Memburu Waktu Mu

Gambar
 Memburu Waktu Mu Tung Widut Setumpuk kertas menanti di ruang kerja Sederet tugas memenuhi layar hp Jarum jam terus berdetak tanpa henti Membawa siang  menuju malam Malam pun hening sampai mentari  kembali  Masa tak lagi bisa di putar kembali Ingin rasanya menyelesaikan dengan waktu yang sama Tak mampu juga Hanya jalan ditempat karena keadaan Aku ingin sepertimu Terbang bersama awan biru mengelilingi dunia Aku ingin mengikutimu Menyeberang jauh karena kekayaan ilmu Aku ingin menirumu  Berlari di layar masa kini dengan kepiawaianmu Aku sungguh ingin  sepertimu Ragakku tak mampu Ilmuku tak luas Pikirku tak bijak Hanya keinginan yang kunpunya Aku akan berusaha Berlari mengerjar Menghentikan waktu untukku Tuhan kabulkan doaku yang dulu Atas kebesaran Mu Semua jadi nyata

Hujan Malam

Gambar
  Hujan Malam Tung Widut Gelap semakin pekat Titik air mulai mengguyur tak terkendali Membasahi tanah yang seharian dahaga Diserang panas tak mengerti ampun Dedaunan mengkilat basah Udah segar seiring irama gemericik Angin senja kelabu bertiup semilir Membunyikan lonceng angin yang meliuk menari Segar udara terasa terhirup dari hidung Membawa tenaga yang sudah hampir putus Menambah semangat hidup demi kehidupan Sapa malam dengan dingin Semakin datang dalam gulita Dinikmati dengan hati riang Malamkan menjadi istimewa

Kisah Sebuah Kunjungan Tung Widut

Gambar
 Kisah Sebuah Kunjungan Tung Widut Segenap jari sebelah usia dulu  Saat melintas jalanan sepi Anatar dua kota melewati sebuah kerumunan kecil Kota damai dengan bukit menghijau mengelilinginya Saat becak berseliweran antara pejalan kaki Berkeliaran di sekita terminal yang selalu sesak Menunggu bus kuno dengan monyong depan Sangat legendaris nama Jaya di sisinya Hawa panas menyerang tanoa ampun Peluh-peluh membasahi baju sederhana  Tak perduli tetap diam menunggu bangku penuh Teriak kondektur mencari penumpang  Matahari hari sudah separoh Semangatpun semakin membara untuk mencapai tujuan Satu jalan berkelok naik turun antara bukit Tak ada jalan lain yang mungkin membantunya Kala  dari depan terdengar deru Sang sopir melambatkan rodan Menyapa para rumput liar ditepian tebing Sambil memberi sang lawan  jalan melajutkan perjalanan Matahari mulai merendah Adan asar terdengan dari toa surau Dengan terburu penumpang turun di perempatan Memanggul sekantong beras dan sebungkus kain Sebagai oleh-

Saat Rembulan Sirna

Gambar
 Saat Rembulan Sirna Tung Widut Malam telah berganti siang Perlahan kabut lenyap seiring sinar mentari datang Semua menjadi nyata adanya Remang keindahan tak ada lagi Sinar sendu hilang sudah Temaram hanya sebuah cerita Bermanja dengan rembulan tak bisa Semua tinggal cerita Semua tinggal kenangan Semua tinggal bayangan Tentang keindahan malam dengan sinar rebulan Tetap menanti kala nanti  Setia menunggu  kedatangan dengan pasti Tahu kau tak oernah ingkar janji Walau badai menghalangi Sejuta kabut menjadi sekat Sedera hujan datang mengguyur Bulan Sirnamu karena kidrat alam Pergimu karena tugas Hilangmu hanya morgana dari mata Kau tetap ada di dunia

Cerita

Gambar
  Ceritamu Tung Widut Hidup tak semudah mebalikkan tangan Memburu kesenangan  kadang mengobankan sebuah hati Lupa ketika tertatih berjalan di atas koral terjal Menggendong beban yang seakan tak mampu diangkatnya Bercucur keringat demi sebuah hunian jauh dari layak Berdikir sampai rebulan menemani sepanjang malam Seakan  tak beranjak agar doa segera terkabulkan Berjuta  kali tasbeh berulang disentuh Berjuta kali bibir mengucap permohonan yang sama Kesuksesan perlahan berpihak Kebahagiaan merekah dari hati keluarga Pundi uang semakin menumpuk Bersama menikmati  hidup yang sesungguhnya
Gambar
  Cerita Rembulan Tung Widut Rembulan penuh keindahan mempesona Dinikmati di altar rumah bersama keluarga Menggelar tikar di atas balai bambu besar Sambil bercerita tentang ajaran hidup yang sesuguhnya Para kakek mendekap cucu-cucunya Sepiring hasil kebun berbau asap tungku Secangkir kopi hitam berada disampinya Menyamarkan keindahan rebulan  yang perlahan meninggi Disambut awan tipis  melintas Menyapa sang kakek tanpa menghentikan cerita Sarung  mejadi penghangat tubuh Membalut sang kakek  sampai setinggi leher Kski renta terilpat bersila tertutup Sebagai sarang cucu kecil duduk dipangkuan Mengeuus jenggot tertawa jecil Sang kakek gemes mecium  membabi buta Rembulan ikut terseyum bercekerama Fengan cahaya redup pempesona Rembulan Terang  Tung Widut Malam tanpa angin diam  Dedaunan termenung seribu bahasa Kadang terdengar kepak sayap burung malam  Dibalik hitamnya bayang-bayang Alam terlihat terang benderang Cahaya sempurna bulan terpancar sejak sore Menyapa para penyuka kepul kopi Men

Selamat Pagi Kawan

 Selamat Pagi Kawan Tung Widut Jabat tangan perkenalan Bersama pagi yang menyejukan Teman baru sapaku Teman yang akan bekerjasama Teman yang akan saling berbagi Teman yang akan memberi warna dalam kehidupan  Selanjutnya mulai hari ini  Akan kau sapa siswa di sini Siswa yang patut kau sayangi Beribu harapan dariku Berjuta keinginan dariki Berlaksa ceita darimu Jangan kau siakan keinginaku Jangan kau tunda perwijudanmu Jangan kau samarkan gerakmu Aku menunggu

Panas

Gambar
 P anas Tung Widut Ada apa dengan bumiku Yang memeberi kehudupan siang malam Memberi makan yang tak terhingga jumlahnya Memberi nafas yang tak pernah terhitung hirupan Selalu ada tersedia setiaap saat Kali ini tak seperti biasanya Rasa panas terasa membakar kulit dalam ruangan Kipas kertas mendadak semarak Mendatangkan harapan mengusir  hawa Ternyata tak mampu juga Cendela di buka Pintu di buka Angin di harap datang Semua hanya harapan Angin datanglah padaku Hembuskan kekuasaan mu Tunjukkan pada kami kau mampu  Menyejukan hawa yang menyerangku Mentari Terlenakan sinarmu Redupkan untuk ku Jangan menyiksa dengan kemampuanmu Aku butuh kau berpihak padaku Aku butuh kau merayu mesra dengan sinarmu Aku butuh sendumu dihadapanku Mendung  jangan malu datang padaku Aku ingin kau disampingku Menikmati siang bersama alam Hijaunya pepohonan Kabut dingin menyapa Kesejukan dinikmati

Bertengger pada Malam

Gambar
 Bertengger pada Malam Tung Widut Gelap datang perlahan Langit menghitam bersama sunyi menyapa Kepak sayap berduyun kembali pulang Membentuk formasi unik menghiasi langit Membumbungi tinggi seiring perjalanan mentari Turun dari panggung dunia yang menyilaukan Burung  bertengger pada dahan kering Tanpa pelindung dedaunan memejamkan mata Berkelompok bagai anak  Diam menikmati dingin dari angin malam Hiruk pikuk dunia tak lagi dipikirkan Hanya bersedekap  dalam mimpi Rencana mengukir perjalanan esok pagi Mencari pelangi indah dinikmati

Untuk Selamanya

Gambar
 Untuk Selamanya Tung Widut Sekian laksa sebuah perjuangan Rengekan manja sampai air mata di pelaminan Kau tuntun demi meraih kebahagian Bercucur teringat  sudah biasa Doa setiap detik tanpa terjeda Lupakan duka yang tersimpan  tak terilhat Semua sudah tertata dengan kehidupanya Tak kurang suatu apa tanda sejahtera Hanya mengunjungimu setiap saat Tanpa mampu membalas jerih payah perjuangan Terukir indah tahapan hidup yang dijalani Tak mampu ditepis usia tak lagi dini Kebahagiaan bukan hanya sekedar janji Benar telah ada sampai kini Cerita kini telah usai Hanya tangis yang menyertai Kepergiaan harus diterima dengan iklas hati Senyum yang terus terngiang  Dari bayangan yang utuh teringat  Tak ada lagi senyumu Tak ada lagi petuahmu Tak ada lagi tuntunanmu Semua tinggalah cerita Tak eornah hilang di telan masa Abadi turun pada anak cucunya Seandainya aku bisa menggenggam nyawa Tak mungkin ku lepas sebegitu saja Tetap ku genggap dengan setiap helaan nafas Tapi itu hanya bualan  dan khayalan

Ku Iklaskan

Gambar
 Ku Iklaskan Tung Widut Berjuta hari kita lalui Berjuta kenangan telah kita ukir Berjuta rasa kita bersama  Berjuta kenangan kita simpan Hanya karena sebuah hati Datang menyela antara rindu Merayu manis semanis tipu bersuara Memberi harapan yang mungkin tak ada Terperangkap dalam manisnya cerita Goda menjadi racun cinta Meluruhkan kesetiaan yang terjalin  Menghapus janji setia Dulu terucap dengan sejuta rasa Kini ku sendiri kau tinggal pergi Bersama perayu racun cinta Memporandakan jalinan suci Sumpah setia yang teringkari Sirna sudah cerita kebahagiaan  Ku iklaskan kau pergi Agar kau bahagia bersamanya Walau sakit benar ku rasa Semoga  kau bahagia

Segalanya

Gambar
 Lelah Raga Tung Widut Ku susuri dunia Berderet kendaraan tak putus sampai jarak seratus Antri dalam jalur yang sama Satu persatu melaju bagai ular terpanjang Ekor sampai bertemu dalam daerah lain Merambah tanpa berjarak Kesabaran  seiring dengan kegembiraan Niat yang mendasari menyusun keiklasan Perjalanan jauh ku tempuh separo hari  Bersama terbit matahari  dan sampai kala terik mulai lelah Kaki menapaki  setiap pintiu tuk bersua Sedikit bercekerama  beranjak seiring matari terbenam Saat malam melekat mada mata Terbelalak masih menyusuri jalanan yang semakin gelap Menyibak beribu kendaraan Berteman  pada mereka yang tak setujuan Bersamamu Tung Widut Wajahmu secerah mentari pagi Senyum mengembang setiap langkah Serasa surga ada kita nikmati Perbedaan pendapat yang pernah ada Kita tutup dengan besarnya cinta Yang tak kan berubah oleh waktu Yang tak surut oleh masa Yang tak habis terkikis hari Yang tak hilang sepanjang jaman Kesetiaan saling menjaga sampai nanti Akan selalu bersama  Keb

Puasa dan Gema Takdir

Gambar
 Puasa dan Gema Takbir Tung Widut Sebulan sudah berjuang mengalahkan nafsu duniawi Bersama dengan terik mentari yang selalu mencoba Keteguhan hati untuk menahan Sebagai ujian kesabaran  menahan dahaga Perut yang meronta dalam kekosongan Berteriak menyerang menjadi rasa lapar Menggetarkan keunginan atas rayunya Hanya bergeming menjawab Lelap yang dikatakan sebagai ibadah Tak mudah dilakukan dengan mimpi setumpuk makan Seluas kolam minuman segar  Mentari mulai tenggelam Berjuta godaan kembali datang dengan aroma sedap Membumbung disetiap hembusan angin Dari kepul tungku dapur dengan suara gericik minyak mendidik Semakin sore matahari semakin terlelap Detik demi detik selalu dinanti Puncak perjuangan ada antara menunggu dan waktu Tersekat oleh jarium jam yang hanya beberapa detak Hari ini se mmua sinar dengan gema tabir  Menggaung seantero negeri  Pertanda perjuangan sementara usai Kembali menjalani hidup setahun lagi