Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

Jangan Tantang Aku

Jangan Tantang Aku By Tung Widut Mengepul asap rokok dari sebatang sigaret terjepit di sela jari Diatas sepeda motor duduk berjigang Memandangi para abu-abu  yang terbirit memburu bel sekolah Bercenala separo sandal japit merah Petantang pententeng menyebut sederet pejabat yang tak kupahami Gertak rantak kau taklukkan Yap Kowe sapamu Serendah sandal japit merahmu ternyata Kau berkatalah sesukamu Sampai membusa dilipatan bibirmu Sampao moncrat air liurmu Mengering garing tak tersisa Melototlah semampumu Selagi mata itu masih melekat padamu Memcacilah sepaus hatimu yang tak pernah berhati Aku akan diam mendengar tanpa rasa Menerima tanpa tanda Kucatat sebagai keteguhan apa yang kau mau Dan sekarang berrulutlah pada dirimu Karena aku tak tahu siapa kamu 18082019 O

Tak Pernah Sepi

Tak Pernah Sepi By Tung Widut Sejoli tak terpisahkan batas garis tua Duduk berjigang  dengan kepulan kopi hitam Suasana temaram  dari lampu bintang berkedip Menemani layar kaca membara semburatkan wajah-wajah  dengan alis menyatu Senyum tipis merekah dengan tangan menimang Sang cahaya yang kemerlip tanpa kedip Secangkir telah usai Jemari yang terus menari Takkan tergerak hawa suara menderai Terpaku angan melambung jauh berlari Kala bidadari gurau dengan tawa berderai Lupa diri bermain hati Bersemayam didalam daging beribu duri Berlaksa deret meja panjang dam  kursi Memuat sang muda nan tuwa menyatu Tanpa sapa dan bicara hanya jemari mereka  bercerita Tentang mereka yang terbang melejit ke angkasa

PejaMkan mata

Pejamkan Mata Tung Widit Kubuat malam disaat terang Dalam remang terbatas mulai terlukis wajahmu Sempurna dengan semua yang melekat Dari ubun turun sampai bersimbah tanah Kujalankan langkamu Kuatur senyum manis dan sapaan Kesedihan ratapan dan kehancuran Sampai menembus bibirku  berkamit Nafasku seirama deru kakimu Dan desir itu terasa di jantung dengan raga diam. Jalinan kejadian menghantarkanku terlelap Ketika esok membuka mata Tetciptalah lesatan pengharapaan Di pucuk minas

Undangan Menantang

Undangan Menantang By Tung Widut Pagi belum berlalu dengan embun membasah Angin diam dalam beku dingin tak tertahan Burung berekicau memanggil samg mentari Mengusir hawa  memalaskan penghuni bumi Sehelai undangan melayang diantar gemuruh angan Api emosi yang tak pernah padam redam dengan kata Menyimpan bara dalam sekam Memuntahkan lava  tersimpan dalam Melempar bola pijar menyerang sasaran Hadirkan rasamu Hilang sirna logika jalan kebanyakan Tiada malu yang menutup wajah kusam Mulai membiru lkarena langkah salahmu Atau memang kosong alur otak normal Hadirmu tak pernah dinanti Dihindar beribu insan Karena kearogannan berkoar  membenarkan diri Tuai benih yang disebar Dipupuk semasa nafap menghirup Kaki melangkah Kalahkan diri sendiri Melebihi kuasa ilahi mengatur kami

Keangkuhan

Keangkuhan Yang Terkoya By cTung Widut Menemani rembulan mendentingkan cahaya Sepanjang malam tak terhening  sedetikpun Layar kaca bercahaya kerap dipandangi Sepasang mata tanpa kedip penuh harap Lonceng berbunyi pertanda suara Sepi sampai pagi menyapa Mata yang kupaksa semalaman terbuka lengah terpejam Seakan sehela nafas terasa Ternyata mentari tlah meninggi memanjat pohon Kembali tebata hasta nan jari Mengusap lirih layar nan bercahaya Tetap tak ada kabar Kau tinggalkan sejak kemarin siang Tanpa tanda kata dan pesan Aku menangis lirih mencarimu Dibawah hati yang sejak kecil membimbingmu Dibawah keangkuhan yang melindungi mu

Lentera Kepiluan

Lentera Kepiluan By Tung Widut Api kehangatan kembali tersulut rindu Kala mentari meraja berharap menjadi saksi Pertemuan yang kesekian kalinya  terulang Hanya impian yang sirna tergeser detak jarum jam Bila sang rembulan berjanji akan menemani semalaman Kembali merajut kata indah melembut penuh kerinduan Teronce puisi romantis yang menggambarkan ingin bertemu Akan dititipkan pada sang rembulan Yang bisa menyampaikan rasa ini padanya Bila jengkerik malam tlah bernyanyi Mendendangkan suasana sepi menyelimuti malam Kembali  wajah terpampang di pelupuk mata Hanya doa berharap untuk berjumpa Mengulang cerita lama yang  tak  pernah sirna

Air Mata Pertama

Air Mata Pertama By Tung Widut Hadirmu tak pernah tersela setiap waktu Senyum tipis mengukuhkan  kebesaran dihati Sapamu yang kemarin menyejukkan Kini hampa tersiram air mata Yang tak bisa terbendung untuk kali ini Kau duduk disampingku terpaku Diam tenggelam derai  air yang meleleh dari mataku Dengan tersedu Diungkapkan rindu pada sang ayah Sampaikan kepadanya aku ingin bertemu Halus genggaman tanganmu Melindungi  jemariku penuh rasa Tanpa sepatah kata terucap Hanya raut wajah sandi rasa terdalam Ku sandarkan kepalaku di bahumu Kau tau itu tanda pengharapanku Pengharapan kepedihan pergi dariku Hanyalah kamu perantaraku Kau ucapkan sederet rangkaian mutiara Yang tersusun rapi penuh makna Bertutur bak petuah para sang raja tua Itu pun takkan memecahkan kebekuan hatiku Yang terlanjur membeku oleh rindu menggebu Hanya rindu dan rindu Ingin bertemu RSPW 12092019

Menutup Cerita

Menutup Cerita By Tung Widut Biarkan cerita  derai air mata mejadi ukiran sejarah Mebutakan cinta dengan mafsu angkara Nohta noda tak kan terhapus Waktu yang akan menyembunyikan sementara Suatu masa biila angin kembali bercerita Menguak kata yang pernah terucap Tak akan ada lagi air yang membasah Tak kan ada jeritan dari dalam jiwa Karena terbiasa Saat oroku ditimang dengan manja Kasih sayang selimuti setiap penggal nafas Uraian gerak terjaga setiap saat Rengekan terdiam karena syarat Semua berlalu dengan syahdu merindu Tangan yang terikat tali kasih sayang Mulut tersumpal   keharusan diam seribu bahasa Menyimpan takdir yang telah dibuat penguasa tak punya rasa Diam diam seribu bahasa GejolaK dalam dada gemuruh menggelegar Kendalikan dengan  pesan sang ayah kemarin Harus terhapus dan redam selamanya Kepedihan yang akan membeku dihati Terlupakan tertutup dokma kebahagian Akan tercabut dalam hidup dan kehidupan Hanya ada kesengsaraan dan terbawa

Seakan Kembali Ku Telan

Seakan Kembali Ku Telan By Tung Widut Tangis menderu yang kau perdengarkan Dengan air muka  menggebu  tak terarah Wajah yang tak terkendali hiba  menyisihkan kedudukan menemui angkara Kau sudah terambing oleh rasa yang menghina raga Melupakan diri hanya untuk sang bidadari morgana Yang memburu kenamaan tanpa batas puas Memgorbankan rasa  demi kemashuran Ambisi itu tak pernah henti Hanya arogan diri yang memenangkan Berhentilah ananda Memburu cinta yang tak berakhir bahagia Suatu masa Kau akan duduk ditahta kemenangan Bak raja bisa menggegam dunia Bersamding dengan cinta abadi tuk selamanya. Hentikan air matamu rasaku akan hancur melihat kau bersedih Anganku poranda Mendekatlah padaku Dipelukku penuh cinta abadi RSPW 12092019

Andai Aku Berpuisi

Andai Aku Berpuisi By Tung Widut Kata terindah aku untai setiap waktu Senyum termanis kusuguhkan mengiringi mesra tatapanmu Cerita ceria takkan tertimbun sehelai duka Tercipta dengan canda tawa lepas menebar seluruh jagad Tangan kananku terkait erat tanpa batas di jemari kokoh Langkah kakiku bersama disampingmu melalui jalan bersutra. Sekejap ku pejamkan mata mengingat wajahmu mulai kala itu Kala kita berjumapa dalam ruangan asmara valentin

Sudah Jujurkah Siswa Kita

    Sudah Jujurkah Siswa Kita? Jagung yang di masukan wajan ditaruh di kompor gas yang menyala. Gemerotok meletus-letus kala sang api sudah membuat panas seisi wajan. Maka jadilah makanan popcorn.       Bila dalam wajan gemerotok saat popcorn meletus tapi lain halnya dengan gawai  saya hari ini. Gawai saya sering berbunyi hari ini.          Pagi tadi saya sengaja menyampaikan rekap kehadiran siswa pada grup whatsaap wali murid yang baru saya buat.  Semenit kemudian muncul komentat dari salah satu wali yang menyampaikan "Terima kasih Bu ,,,, kalau bisa setiap Senin di up Bu 🙏🙏".  Kemudian tidak lama muncul kembali "Trmksh,,, atas informasinya,,,  bpk / ibu guru ." Kali ini bapak- bapak yang komentar. Komentar ini dilontarkan dari wali murid yang putranya tidak mempunyai permasalahan alias masuk terus.  Agak siangan sedikit, saat istirahat ke dua kembali saya buka gawai. Wow ternyata banyak yang mengirimkan pesan pribadi.  "Assalmualaikum wr.wb bu nyuwun