Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Kami Merasa Ikut Berjuang

Gambar
  Aku Merasa Berjuang Tung Widut Dikala gedung masih bisa dihitung dengan jari tangan  Menikmati nasi tiwul 3000-an Keikhlasan  dari kesederhanaan pikiran  Menyadari atas kemampuan Dari siswa yang hanya  beberapa  gelintir jumlahnya    Tak tega  saat itu Dari wajah-wajah pencari ilmu yang sesungguhnya  Tak mampu ingkar  rasanya  Melihat semangat membara  Mereka ingin menguasai dunia  Kami  mampu mengantarkan  Rela berkorban Kami merasa berjuang  Ada nikmat yang tak terkatakan  “Kita kaya dari lahir”  Candaan yang menusuk hati  Memberi pesan ikhlas tak melulu  bayaran      Kami merasa berjuang bersama  Kala  mangan enak ngombe leg i menjadi janji Tanpa lembar-lembar uang yang harus dihitung dengan jari  Kami tak perlu tanda tangan  Seberapapun dengan asas kepantasan Kami ikhlas saat itu Sekarang  kami kembali belajar ikhlas Untuk  memberi bingkisan  demi kehormatan  Pantaskah  di benak saat   berpamitan Hanya mengucapkan terima kasih yang terus dengar dari bibir palsu  Kepada mereka yan

PagiKu

Gambar
 Pagiku Tung Widut Kau tahu pagi ini sungguh cerah Sinar pagi menembus mesra disela hijaunya dedaunan Aku tak merasakan kehangatan sinar mentari itu Semua beku Altar berserak dedaunan kering Pintu masih tekunci Karyawan hanya beberapa gelintir Lagu kebangsaan Indonesia raya berkumandang Sementara bangku sekolah sudah duduk rapi Bekukan suasana   Ada apa hari ini  Haruskah harimau harus dikeluarkan dari sarangnya  Bukankan  aplikasi tak bisa dibohongi  IT  aksn bercerita tanpa diminta Rasanya otakku tak sampai Hanya mampu berkaca pada buku catatan pribadi Bukan kawan yang harus menghakimi Tuhan  Tuhan yang memberi rejeki

Senja Itu Bukan Buatku

Gambar
 Senja itu bukan Untukku Tung Widut   Melupakan semua tentang senja Selalu terbayang di pelupuk mata Saat pagi siang dan malam ku Sungguh mengganggu   Ku coba menghapus tentang dirimu Cahaya jingga yang mempesona Sorot cahaya yang pernah membuatku nyaman Semburat yang menerangi hati Semua terasa indah Yangnkini hilang meninggalkan ku Tanpa sebuah pesan dan tanda-tanda Saat aku berusaha untuk setia   Aku yakin waktu akan menjawab Mengapa sinar indahmu redup dan hilang untukku Tapi hatiku seakan tak menerima   Andai aku mampu Waktu akan ku hentikan semauku Kupeluk erat dan tak pernah kulepas cahayamu  

Tangisan Kala Senja

Gambar
 

Senja Bersamamu

Gambar
 Senja Bersamamu TungWidut   Seberatapapun kau lalui Menaklukanhujan badai nan terik membakar Sebuahperjalanan yang tak bisadiungkap hanya dengan tawa Tangisberderai ataupun jeritan pedih   Memahamidirimu bukan suatu kesedihan Setulus cinta mengubahku mampu menerima Ingin mendampingimu saat tetes air mata ada Melepas saat kau tertawa   Saatsenja itu kau bercerita Kudengardengan penuh rasa Ku petik cahaya jingganya  agar kau bahagia Genggamlah selamanya agar hati ku tetap ada Pada dada dalam lubuk hati terdalam   Senja yang terindah Saat kita bersama Berdua mendengar cerita dari bibir manja Sambil memandang wajahmu dengan seksama Wajah yang akan  mampu membuat terpesona Memutuskan jatuh cinta tuk selamanya  

Rintih Senja

Gambar
 Rintih Senjaku  Tung Widut Senja datang dengan derai tangis Mata sebab tak henti Pada rasa  perih pada raga Sakit terasa di sekujur tubuh Karena musim menyerang dengan ganas Hanya bisa merintih dan meminta Kepada Tuhan atas kesehatan Diakui itu salah satu dari nikmat Dari seribu nikmat yang diberikan Harus menyadari Betapa  indahnya sehat kala begini Harus menyadari Betapa berharganya sehat ini Harus disadari Begini Sang Penguasa menyadarkan diri Semua harus dilalui Semua harus dinikmati Semua harus disadari Hidup berliku dijalani

Kerinduan Senja

Gambar
 Kerinduan Senja Tung Widut Senja datang bertanda suka Der ai sinar perlahan menampakkan keindahan Bukan suatu kebetulan Kala senja merasa rindu dalam hatinya Kenangan diungkit kembali tentangnya Membayangkan keindahan yang pernah sirna Dengan hati terpejam  Melupakan segala goresan luka Rindu telah tercipta Dari bayangan dan angan-angan Walau hanya morgana dalam nyata Aku bisa menciptakan Resah hati kala jingga kembali datang Diundang untuk mengingat  semburat rasa  Akhirnya kenangan jingga  sulit terlupa Sakit mendera 

Menikmati Senja

Gambar
Menikmati Senja  Tung Widut Senja itu ada di sana Jauh tak terhingga  Hanya bisa ditanggkap mata keindahanya Kehangatan terasa melalui sorot jingga Yang selalu dirindu setiap insan Seperti saat ini Kala menikmati senja dri balik tembok Taman rumah yang sederhana Hanya dari lubang yang tak seberapa Sinar senja tak kehilangan wibawa Tetap bercahaya dengan gayanya Seperti saat hari kemarin yang cerah Secerah hati yang menikmatinya

Akan Ku Ceritakan Pada Senja

Gambar
 Akan Ku Ceritakan Pada Senja Tung Widut Hari ini matahari masih terasa Panas membkaar ubun-ubun yang tertutup jilbab Semua menjadi lembab Berlebih setelah gerak ku lakukan Nanti kala senja datang Aku akan bercerita tentang hariku Saat menyambut pagi datang  Dengan riang ku sapa sinarnya Saat panas terik membara Aku berjuang di atas panggung Bersama teman berlenggok menari Memenuhi uji kompetensi Kala lelah datang Angin menghiburku meniup tipis Menyeka keringat yang mentes dari kening  Sepotong roti sebotol teh sebagai obat

Rasaku senja

Gambar
 Rasaku Saat Senja Tung Widut Entah apa  yang terjadi padaku Rasa lelah mengiringi saat Tak semangat menyapa senja kali ini Juga senja yang kemarin Sederetang keinginan terlalu penuh dalam otak Tak terhitung seakan diburu waktu Aku buka orang super yang mampu hidup di antara mereka Bersatu dalam bener kebanggaan Sebagai apapun itu semua Terlewat begitu saja karena kemampuan Lelah ragaku dalam titik kepuasan Yang raih kemarin Seharusnya menjadi pemicu dalam langkah selanjutnya Mengibarkan cerita diantara mereka  Menjadi sebuah sejarah bahwa aku ada Anganku jauh meninggalkan senja indah Berkelana tak tahu mencari apa Hanya penyesalan ketika tak mampu ada Dari sederet karya tanpa namaku di sana Aku hanya ingin terlelap dalam malam Tanpa mimpi yang membuatku terbuai Aku hanya ingin esok tenagaku kembali Bisa menyapa mentari dengan senang hati Aku hanya ingin semangatku kembali disini Dalam raga yang makin renta menapaki jaman ini

Senja Diam di Balik Awan

Gambar
 Senja Diam di Balik Awan Tung Widut Mendung menggelantung pekat Angin dingin semilir menyibak hijab melambai Cahaya sore hampir hilang Kepul dari bibir cangkir kopi hampir lerai tak beraroma Tetap menemani gadis manis menanti sinar senja Hampa terlihat dari wajah sendu sedan Kekecewaan yang tergambar dari wajahnya Hati memanggil tanpa suara Berharap senja menyapanya walau sebentar Tak ada tanda sebuah jawaban Kekecewaan ada saat senja diam di balik awan

Riuh Menybut Senja

Gambar
 Riuh Menyambut Senja Tung Widut Bangku-bangku menjerit ditinggalkan Sang empu yang riuh rekayasa Gembira dengan gawai di tangan Menyalakan game  dalam pelajaran Lampu kedip membiru tanda benar jawabnya Setelah  beberapa detik mata mengeja sederet kalimat Soal ynng harus ditentukan jawabanya Menombol  gambar dinosaurus  yang terkenal Kedua tangan menggebrak meja tanda kecewa  Skor terlewat karena salah  Kembali bibir komat kamit membantu membaca Sederet kalimat penuh pemahaman Jingkrak gembira riang tak terkira Dari gawai terdengar "tank you" Sorak melengking memenuhi ruang Kali ini layar menyala biru  berkedip Bangga terlihat pada wajah yang tak pernah serius Bukan kali ini  Rasa puas belajar dengan games menyenangkan Senja hanya mengitip dengan senyum gembira

Senja yang Terlupa

Gambar
 Senja yang Terbuang Tung Widut Matahari masih  memancarkan sinar Tak ada yang menghalangi  sinar terang Semua menunggu senja yang kan tiba Membayangkan keindahanya yang tak mungkin terbayar Perlahan sinar meredup Turun di ufuk barat semakin tenggelam Menunggu pada sebuah kursi santai menghadap ke barat Waktu terisi oleh pemainan jemari pada layar Sinar melesatkan gawai sampai terlupa Jingga tak lagi diliriknya Datang tepat waktu dan berlalu tanpa sapa Hingga gelap memendarkan Senja telah disia-siakan hingga tak terasa Tinggal malam  kelam pekat tak bermakna

Rintik Kala Senja

Gambar
  Rintik Kala Senja   Tung Widut Senja tenggelam di balik awan  langit kelabu tanpa Sinar Jingga Resah menggelayut di dalam dada   Tak lagi ada penghibur yang mewarnai langit yang indah Kelabu semakin pekat kala hujan semakin deras Denting air di atas genting menambah rasa dingin  pada  kulit yang legam Tak ada yang bisa dikerjakan selain duduk termenung menunggu malam Keindahan hanya bisa dikenang saat memandang  awang-awang Menunggu malam dengan kepul kopi di cangkir kecil Duduk termenung di teras rumah sendiri Membayangkan malam yang nanti datang pasti sepi Hanya irama tetes air air dingin Semoga malam nanti terlelap dan bermimpi Bertemu semburat jingga yang selama ini menemani Saat menghabiskan hari Agar esok kembali menyambut mentari pagi

Memandang Senja

Gambar
 Memandang Senja Tung Widut Hati tiada tara  Senang gembira kala memandang langit barat Sinar kekuningan semburat memerah Jingga tiada dua Angin semilir memberi irama Pucuk pepohonan bergoyang perlahan Mengucap kepada warna hijau Selamat tinggal Hitam akan datang  menelan Bayang-bayang semakin nyata Berlatar cahaya di langit nan indah Temaram menyapa pada awan Untuk tidur bersama sang malam Tak pernah menging kari janji Esok senja akan kembali Menyapa pemberi puja puji Terhadap keindahan senja di sore hari Senja mata ku tak lelah memandang Kala langit terang menjadi semakin kelam Kedatangan mu akan ku kenang Walau datang hanya sepenggal  pandang

Jangan Tinggalkan

Gambar
 Jangan Tinggalkan Tung  Widut Kala malam perlahan datang  Langit semakin gelap Abu-abu lalu legam yang ada  Kau telah lupa padaku Meninggalkanku sendirian dalam sepi yang tak bertepi Hanya mampu meratapi nasib diri Mengenang saat kita bersama bagai sejoli  menikmati hidup upts sepanjang alur menuju tepi Senja jangan tinggalkan aku di sini sendirian  Aku tak mampu berpisah denganmu walau sekejap  Tersekat dengan keindahan yang abadi tiada tara Tak mampu ku raih dengan rasa dan raba  Senja ada aku dalam peraduan mu  Esok sinar Jingga kembali menyorot dedaunan hijau   Kembali menikmatimu mu dan menyimpan dalam kalbu  Hanya keindahanmu senja ada dalam hidupku

Senja Menyadari Kekurangan

Gambar
 Senja Menyadari Kekurangan Tung Widut Kali senja  sendu sedan Mimpi yang dimunculkan hanya sebuah morgana Surga  sebagai tujuan yang menjadi cita-cita Musnah sudah karena takdir kemampuan diri Senja dengan banggga berusaha Menampilkan keindahan sepenuh hati Memancarkan sinar indah yang selalu disanjung  Menyanyi bersama anggun sore Senja lupa sebatas langkah yang dia punya Tak mampu bertaha lama dalma dunia Maka janji ynag diumbar tak mampu dipenuhinya Kala malam perlahan tiba

Senja Itu Tak Hanya Milikmu

Gambar
 Senja Itu Tak Hanya Milikmu Tung Widut Kala siang semakin redup Matahari menghilang dari cerita Sinar jingga ada memancar ke seluruh dunia Semua suka menikmatinya Sinar itu tak hanya untuk kita Beribu mata berbagi menikmatinya Andai satu diantaranya mampu memainkan Akan menyimpan sampai akhir hayat Senja itu untuk bersama Tak bisa dikuasai dengan hanya dua tangan tak kekar Sadar lah keringkihan yang dipunya Kita nikmati senja batas kemampuan Mari berbagi senja Tak hanya satu cerita yang tertulis di awang-awang Beribu kesempatan ada nantinya Walau senja terasa sederhana

Senja Kelabu

Gambar
  Senja Kelabu Tung Widut Senja kali ini tak bersinar terang Mendung menghalangi langit yang seharusnya jingga Tehalang oleh kelabu pekat  Awan menggelantung di antaranya Menjadi penyekat  tak tertembus Jangan sedih pada nasib Bila Tuhan belum memberi keberuntungan Itu ukuran kemampuan bagi kita Agar tak terlalu bertinggi hati pada sesama Esok berharap kembali cerah Menikmati dari titik hati terindah Berjuta harapan masih terbuka Lebih giat berusaha atas iklasnya Tuhan beri kesempatan suatu waktu Walau tak segemerlap bintang dilangit biru Kan berusaha jalani titahMu Karena Mu segala kejaiban terwujud

Rembulan Kala Senja

Gambar
  Rembulan Setelah Senja Tung Widut Langit menghitam setelah sinar tenggelam Sepi tanpa jingga yang menyorot pada dunia Kelam setelah senja Terbawa kata membnadingkna keindahan Senja berubah sinar rebulan Terlihat di angkasa setengha bulatan bercahaya Memancarkan sinar terang menggantikan senja terbenam Bintang disampingnya menjadi saksi Keindahan rebulan ada setelah senja lelah Pasrah pada waktu yang membatasinya Rona merah pasrah dengan redupnya cahaya bulan

Secangkir Skoteng Senja

Gambar
   Secangkir Skoteng Kala Senja  Tung Widut Senja menembus kaca besar di dinding barta cafe Melupakan gemerlap percikan air kolam di bawahnya Bening membiru menyorotkan lantia dasar Aneka hidangan  sepanjang meja Mengelilingi para pejuang menikmati hidangan Tatap sayu membaca setiap tulisan di papan Skoteng membuat hati jatuh tersebar Menutup makna rasa di setiap piring yang berserak Kaki merayu penuh ragu Cangkir berkuping dua menawarkan Bersedia membantu membawa  menuju kenikmatan Memutuskan  ku pinang secangkir skoteng Keraguan muncul atas sebuah kejanggalan Ada penyekat antara kita Bulatan kacang belum telanjang Pisang ketela masing berjaket ketat Keraguan semakin memancing  akal Akankah ku siram jaket dan baju  Oh ku tangguhkan lamaranku Ku buat janji  atas sebuah pilihan Aku keliru Jawaban tak semesra ku harapkan Senyum itu hanya kesalah pahaman Skoteng selalu ingin sendian Tanpa cumbu pada  kasur empuk  Dia tak ingin  ucaoan cinta Yang butuhkan teman biasa

Senja di Atas Awan

Gambar
 Senja di Atas Awan Tung Widut Senja terburu memanggilku Mengajak terbang kala sinar mulai redup Desir was-was tertinggal cahaya indah Segera berlari di lorong-lorong bandara Sepi sudah terasa  Seakan lintasan milik dua kaki kita Lari dengan nafas terengah Hampir putus asa ketika pintu terbuka Lorong asa menuju sebuah cerita Terbang di atas  awan menguning keemasan Bagai gundukan harta sebagai tak terpegang Waktu pun berbicara Aku ikut terbang menikmati ketinggian  Lepas dari tanah Bagai sebutir  kacang di dalam lautan kapas Tuhan  Bisa mengubah awan menjadi emas Diarungi umatnya yang selalu meminta erlindungan atas kuasaNya Dan kemblai menginjak bumi  dengan selamat