Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

Awan di Kaki Langit

Gambar
 Awan di Kaki Langit Tung Widut Selamat pagi   Awan pagi di ufuk barat menyapa Kepada matahari yang mencerahkan alam Embun telah sirna  Langit biru tersenyum  gembira Putih abu-abu melaju kencang Membelah jalanan  dengan kecepatan hampir jam tujuh Langit indah terabaikan Hilanglah  kebahagiaan   yang diberikan alam Langit membiru tanpa kelabu Awan bergerumbul di kakinya Bergeming tanpa  kata Menanti  angin yang kan membawanya Terbang  tanpa arah

Deras

Gambar
  Deras Tung Widut Hujan menguyur tanpa ampun Menyerbu tanah membasah Tergenang menghilangkan kenangan Deru gerutu dari bibir kecewa Harapan mendapat sinar matahari terhalang  Air melenyapkan segalanya Pinggir genting menyerybgai Kata sayum membawa dingin Menenggelamkan suara mebalut dingin Gelegar terdengar menggema di seluruh langit Bulu kuduk berdiri terlihat dari sinar kilat Menyambar dari atas langit Takut semakin menunduk

Gemericik

Gambar
 Suara Tung Widut Gemericik air Terdengar dari ruang kesunyian Hati merasa Ketenangan dalam bayangan Gemericik air Mengalun di kursi malas Lamunan terbang jauh ke pegunungan Gemericik air Sebening kaca ya ng yang mengalir Dari hulu sampai ulu hati

Hariku

Gambar
 Hariku Tung Widut Selamat pagi mentari Terucap dari lubuk hati setiap pagi Pada mu Spesial berdiri di bawah sang merah putih Mereka memuji-muji  Ucapan silih berganti  Ini hariku Selalu berdiri dekat bangku Menghilangkan belenggu memandu ilmu Pada muridku

Daun Kering

Gambar
 Daun Kering  Tung Widut Pagi basah dayang menyapa Dedaunan menangis tipis terbalut embun Beban berat baginya beberapa helai Angin mulai menyibak pagi Titik kuning menggelepar jatuh diterpa angin Menghiba menyatu dengan tanah Hujan mulai menyerang Basah membuat gundah Daun kering melekat tanpa sekat

Tak Sendirian

Gambar
 Tak Sendiri Tung  Widut Bersekutu dengan alam Menikmati sinar mentari Terik  ditahan Diam di atas hamparan Hujan deras bermandi angin Betahan dalam dingin Tak sendiri dalam ketakutan Petir menyambar Mendengar bel pulang Riang gembira Siksa berakhir Tersenyum  Pelukan si empunya

Sinar Pagi

Gambar
 Sinar Pagi Tung Widut Menggeliat dari balik dedaunan Terlihat terang Hangat terasa Menambah semangat Kabut terusir Daun mengkilap  kering Sepatu menyapa Pedih tapi senang Pagi pergi  Hilang terselimuti cahaya mentari Indahnya dikenang Pada bingkai foto Sinar tenggelam Menunggu pagi Menyinar kembali Sinar yang di nanti

Awan Hitam

Gambar
  Awan Hitam Tung Widut Tengah hari Matahari  tergeser awan Angin bertiup kencang Menyeret awan berkumpul hitam Pekat semakin hitam Air menyerang Tanah basah Jalan mengalir mewakili sungai Berlindung dibawah payung Basah separo badan Awan kelabu Harapan beradu Gerimis menggebu Membentuk nada lagu Bertalu sampai waktu

Ikan dalam Kolam

Gambar
 Ikan  dalam Kolam Tung Widut Berenang dengan tenang Menuju sudut-sudut kolam Tanpa riak gelombang Mempermainkan warna Bergulat bentuk Air sebening kaca Terlihat isi di dalam Dasar kolam ujungnya Ikan dalam kolam Membuka mulut bernafas Ikan di kolam Membuka mulut untuk makam  Ikan di kolam  Membacarka sunar keindahan Ikan di kolam Tak sendirian Ikan di kolam Berebut bulatan makan

Hujan Semalam

Gambar
  Hujan Semalaman Tung Widut Derai hujan menjelang pagi Sama seperti beberapa kali terjaga Deras terdengar dari balik selimut Sederas bayangan hari Tingginya tenaga tanam Pupuk  kadang menghilang Lembar rupiah tak berharga Jagung mulai berisi Hamparan genangan air Lenyap sudah harapan sederhana Membawa pulang hasil panen Derai semakin menjadi  Menyambut pagi Derai air mata  Semua harapan sirna

Hujan Tirai Antara Cinta

Gambar
  Tirai Hujan Antara Cinta Tung Widut Ingin kugapai mesramu Dala mimpi dan khayalku Ingin ku peluk  rayumu Dalam wujud curahan hatiku Sapamu datar tanpa kesombongan Cerita sederhana bunga kejujuran Tentang pada dia hatimu tertambat  Memikat  rindu yang tumbuh tiba-tiba Nermimpi pada terangnya siang Pertemuan  diringi hujan di luar cendela Menjadi topik awal sebuah kata Dalam kereta kita bersama Berjabat tangan perkenalan Setelah berlalu sekian minggu Tirai hujan masih ada Kita sama-sama insan bahagia Diberi kesempurnaan hidup dengan pasangan Kini hujan tetap menjadi tirai Rindu antara cerita berlanjut pada sapa Berkesudahan pada kesadaran Tak sendirian kita masih punya cinta 

Jalan Becek

Gambar
 Tanah Becek Tung Widut Tanah tergenang Air warna coklat susu tak senikmat yang mengepul di cangir saat pagi Mengepul ubun-ubun karena emosi Coklat terpecik pada seragam putih Tanah tegenan g Jalan berjingkat Seperti saat udan petir datang  Tanah tergenang Susah tangis alam semalam Terurai air mata Seperti sesaat setelah jatuh   Salah menebak jalan dalam genangan  Ternyata berlubang

Doa Sebuah Titik Akhir

Gambar
  Doa Sebuah Titik Akhir Ting Widut Tanah mengerang Seminggu terendam Tak mampu mengumpat Pada rakyat yang diam Saat melihat tanggul jebol Tanaman sekarat Daun menguning lalu kering Setelah mentari menyerang Mengena permukaan air Petani berdiri Melipat tangan dengan galau Beribu sedih meratap dalam hati Kehilangan tanaman yang siap panin Tetes hujan datang terlalu lama Membawa sejuta tangis ratap Berujung doa

Menjemput Awan

Gambar
 Menjenput Awan Tung Widut Angin berhembus dari sisi langit Melaju lembut di bawah terik Menaungi keringat yang membasihi kemeja Sejuk terasa hingga  ke sukma Angun semakin berarak Memenuhi awang awang Gelap makin menjadi Petirpun menyambut dengan lantang Titik air turun gemulai  Tak sendiri menerjang  Awang-awangpun penuh sesak Membasah tanah yang jenuh menerima

Tak Jadi Penghalang

Gambar
  Tak Lunturkan Semangat Tung Widut Hari bersejarah Tanpa menyerah Angin berhembus menerjang dedaunan Beterbangan sampai jauh ke awan Menghitam dalam gelap Semangat hari ini Menghilangkan segala malas yang terpendam Hujan tak lagi penghalang Mendung  menjadi penghubung Semangat membara demi nusa Pagi datang dengan siap berbaris di atas hijau rerumputan Menghormati pahlawan yang rela berkorban Demi kemerdekaan bangsa Yang sekarang kita rasa Jangankan hanya hujan Jangankan hanya mendung Jangankan hanya malas Segalanya telah ku tebas Segalanya menimbulkan samangat Demi masa depan Negara benar harus ditegakkan

Resah

Gambar
  Resah  Tung Widut Kedatanganmu yang kemarin dirindukan Seuntai doa dipanjatkan  Besar harap meminta Saat benar datang dengan segala pesona Mulai sore hingga malam Was-was ada antara hati yang galau Di atas perbukitan Di sisi tebing yang curam Di bawah bukit yang menjulang Bahaya selalu mengancam Sesah takut longsor Gusar takut terpendam Galau tebing ambrol Dialtar rata pun bisa Datangmu membawa angin Datangmu membawa petir Datangmu membawa luka nan duka Hujan

Hujan Subuh

Gambar
  Hujan Subuh Tung Widut Langit gulita seperti sore tadi Terdengar irama gemericik  Pantulan air dari talang rumah Genting berdenting titik air Bernyanyi dengan irama senada Durasi semalaman tak pernah reda Sayup terdengar adan berkumandang Memecah dingin mengajak bangun Melepas malas dengan mata setengah tertutup Meninggalkan guling yang tak mau terlepas Ini hari pagi sudah Ini hari waktunya menyembah Ini hari sudah berubah Ini hari waktunya melangkah Jangan terkurung rasa malas Jangan terbelenggu kehangatan Jangan terlena keasyikan

Tangis di Bawah Hujan

Gambar
  Tangis di Bawah Hujan Tung Widut Derai langit membasahi tanah hitam Langit  mulai gelap Sayup adan dari toa terdengar di balik hujan Satu persatu teman sejawat dijemput sepeda motor berjas hujan Suasana mulai lengang Dipojok teras  madrasah sendirian Hanya seorang ustad yang setia menunggui duduk bersila Sambil membaca ayat Tuhan Sekali menyapa dengan kesabaran Tunggu  dijemput ibu ya nak Katanya bijak meneduhkan Tak ada kata selain mengangguk Tiada jawab selain sedikit pejamkan mata Derai air mata mulai menetes Mengalir di dua pipi tembem sang anak Mengapa ibu terlalu lama menjemput Mengapa tak seperti biasa Mengapa deru motor tak kunjung tiba Derai semakin membasah Sama seperti hujan yang semakin deras Hanya mampu memandang langit Hanya mampu menikmati tetes hujan Hanya mampu berharap setiap detik Tangis benar terpecah Kala melihat  sang ibu  berlenggang Dibawah payung biru yang semakin gelap Terkena malam yang makin merangkak Peluk sayang  keduanya Kata maaf menambah pilu Aku menu

Menikmati Hujan

Gambar
  Menikmati Hujan Tung Widut Sedianya ada waktu Bersatu antara hujan dan secangkir kopi Mengepul halus dari bibir diam Terpesona memandang tetes membasahi dedaunan Terlihat jelas Bicara tanpa suara Sanjungan kenikmatan tergambar  dari aroma Cerita  mencair seketika Nikmat dinginya hawa hujan  Bersatu dengan hangat secangkir  kenikmatan Irama denting  air menetes Memecah kesunyian hati Kembali berbunga mengenang sebuah pertemuan Saat hujan di luar kaca kereta Jabat tangan persahabatan dengan senyum memesona Ramah membuat kenyamanan Benbincang tetang jalur rel yang selau setia Hanya

Kilat di Atara Hujan

Gambar
  Kilat di Atara Hujan Tung Widut Dari kejauhan terpancar sinar Sekejap mata namun dahsyat luar biasa Langit menjadi terang seketika Awan menggumpal terlihat jelas Sampai jauh berlaksa kilo jarak Hanya bisa menikmati  dari kejauhan Bulu kuduk berdiri  membayangkan kejahatan Petir yang menyambar di atas lautan Bisa datang kiamat kala terkena Sementara gerimis mulai datang Titik air terasa lembut di kulit Semakin lama semakin membasahi Tak bisa mengelak sampai kini Hanya sepotong doa yang terangkai Mengharap kilat tak menyertai Biarkan hujan bernyanyi malam ini Menjadi penguasa penghilang galau hati

Panas

Gambar
 Panas Tung Widut Matahari meninggi Alampun terasa panas sekali Langit biru putih samar  Gumpalan yang tak potensi membentuk hujan Dedaunan kegerahan Menjelang sore layu ujung daun Hitam pada sisi membulat Tersengat panas  yang tertahankan Semua karena hujan telah manjakan Semua karena kebiasaan Semua karena air yang biasa menhalangi mentari Biasanya awan hitam yang memayungi Biasanya dingin mengikuti Biasanya tak begini Terkaget  Terserang Tak biasa Pasarah Menerima

Sinar Tanpa Hujan

Gambar
  Sinar Tanpa Hujan Tung Widut Siang menjelang Pagi sudah pergi Meninggalkan sisa scerita Tentang kesejukan dan dinginnya hawa Menikmati cahaya yang menembus cendela Menari diatas meja kerja Tersenyum mesraenjadi teman setia Perlahan akan mehilang pada waktunya Cahaya datang sebagai bukti Mentari datang tanpa penghalang  Meluncur sampai tempat bawah Kala hujan tak datang antara mereka Kenikmatan tersendiri bersamanya Cahaya terang memberi semangat di kala siang Kala energi  perlu penggambaran  Tentang surya megah sebagai raja

Hujan Tak Datang Lagi

Gambar
 Hujan Tak Datang Lagi Tung Widut Panas terasa  menyengat kulit Hitam legam menjadi arang Tak mampu mengelak di bawah terik  Kali ini rindu hujan Yang bisa menyegarkan kala panas Mendinginkan hati dan jiwa Memberi keindahan dalam alam nyata Kali ini merindukan hujan  Bernyanyi dengan denting rinai keindahan Memberi nada pada setiap tetes yang jatuh Memyanyikan lagu kedamaian Kali ini merindukan hujan Untuk menyambung hidup dari akar segar Dedaunan kering kembali hijau menghasilkan Bunga bermekaran dinikmati wanginya Hujan kembalilah datang Hujan kembalilah hadirkan Hujan kembalilah untuk kehidupan

Bukan di Atas Rintik

Gambar
 Bulan Terbang di Atas Rintik Tung Widut Gelap terhias rembulan sabit Mendung yang berarak tak pedulikan cahaya indah Seakan bangga  dengan cara mereka Berlari meninggalkannya dalam diam Berpasang mata menikmati keindahan Dari beberapa hari yang dinantikan Kini benar rembulan ada menyinari Alam raya yang indah permai Rasa dingin yercipta dari titik air Lembut terasa di kulit tanpa penghalang Tak sampai membasahkan Hanya terlihat jatuh dari depan sorot lampu Titik air lembut menghilang hawa panas Semilir angin menyirnakan keringat malam Diseka sejuk menyamankan Rintik tetaplah menemani Kala tak memabasahi kulit hanya kesegaran Rintik temani diri dalam kenyamanan Dinikmati dari lampu temaram

Mengingatmu dalam Waktu

Gambar
 Mengingatmu dalam Waktu Tung Widut Pagi yang sekarang cerah Matahari nanar melihat sisa bencana Saat pagi itu Hujan turun melenyapkan waktu Tak mampu ditembus  Terlalu berat dirasa dengan hati tulus Berjalan pada sebuah ingatan Kala hujan deras  menguyur seluruh alam Sungai meluap mebawa harta Tanah longsor membawa derita Genangan  penuh bahaya Riang tak ada disisi mata Dua hari dua malam dilalui Hawa dingin menyambut sepi Hanya diam dibawah genting yang menetes air Menyapa lantai yang seharus tak terciderai Bulan berheda tak terlihat Titik air terus menyapa Malam gelap menjagi gulita Senyap dengan dentik diatas dipan Kala itu tangis tak mampu mengusir Sedih tak mampu menampik Geram tak menghilangkan tajam Harus diterima walu duka ada