SERPIHAN CERMIN RETAK 24
SERPIHAN
CERMIN RETAK 24
Tung Widut
Tak
hanya serangkaian kata sepanjang itu. Tapi ada juga wejangan ala jawa dan
tutunan akidah yang di sampaikan. Haji
Muawar meyakinkan kepada Yuandra kalau pak Carlos benar-benar ingin menjadikan
Yuandra sebagai istri.
Setelah hampir satu jam Yuandra dan Carlos pulang.
Sepanjang perjalanan mereka tak banyak
bicara. Saling instrospeksi diri dalam kelana pikiranya masing-masing. Banyak wejangan
(nasehat) dari yang memang harus
difikirkan. Apalagi buat Yuandra. Dia
yang jelas harus menjawab pinangan pak Carlos.
“Yuan,
kau merasa tertekan?” tanya pak Carlos pelan.
“Hems,
eee,” kata terbata yang terucap.
Wajahnya
kelihatan kusam. Kebimbangan terpancar dari rautnya.
Kini mobil berbelok ke halaman rumah pak Carlos.
Terliat tante Lindri sedang berbicara dengan
seorang wanita muda. Wanita cantik dengan penampilan fashionable. Barang yang melekat ditubuhnya semua
branded. Tapi cara bicaranya kelihatan
janggal. Berdiri dihadapan tante Lindri yang sedang duduk di kursi teras. Wanita itu bernama Marlina. Mahasiswa
seangkatan Yuandra. Bagi Angkatan Yuandra, Marlina taka sing lagi. Nahasiswa
paling menor dengan membanggakan kekayaannya. Mengejar-ngejar pak Carlos sampai terkenal dipenjuru kampus.
Marlina
melihat mobil pak Carlos datang, wanita itu segera berjalan dengan genit.
“Hai
sayang,” ucapnya dengan nada manja.
Pak
Carlos mengucakan salam kepada mamanya. Tanpa memperdulikan wanita itu.
“Hai,
Yuandra. Ternayata kamu jadi pembantu di sini ya?” bicaranya sinis.
“Dia istriku,” jawab pak Carlos.
“Iya. Kami
baru pulang bulan madu. Marlina,” sahut Yuandra.
“Gimana
sih beb kamu? Ninggalin aku. Jahat kamu. Benci ah,” katanya sambil cemberut.
Lalu berlalu begitu saja tanpa kata pamit.
Tante
Lindri, pak Carlos dan Yuandra tertawa bersamaan. Sejenak mereka bertiga diam.
“Yuan. Apakah
perkataan kamu tadi, jawaban dari lamaran saya?”
“Apakah
bapak pernah melamar saya?” tanya Yuandra sinis.
Pak
Carlos pun salah tingkah. Dia tak tahu jalan pikiran Yuandra. Lalu dia melihat
mamanya yang diam di teras. Mamanya juga hanya memandangi pak Carlos.
“Yuan,
apa kamu masih belum percaya denganku?”
Yuandra
diam. Matanya tajam melihat ke arah pak Carlos. Sebentar memandang kepada tante
Lindri. Ketiganya berwajah tegang. Bagaimana tidak. Dia mengaku baru bulan madu
dengan pak Carlos, tapi sekarang menanyakan lamaran.
“Benar
bapak melamar saya?” takya Yuandra tegas.
“Iya,”
jawab pak Carlos tak kalah tegas.
“Sekarang
bapak pejamlkan mata,” perintah Yuandra masik dengan kata-kata tegas.
Lalu
Yuandra memberi kode kepada tante Lindri untuk mencium pipi pak Carlos sebelah
kiri. Bersamaan Yuandra mencium pipi pak
Carlos sebelah kanan. Pak Carlospun membuka mata. Mereka bertiga tertawa gembira.
Komentar
Posting Komentar