KABUT DALAM BADAI 6
KABUT
DALAM BADAI 6
Tung
Widut
Sengaja
dia tidak menyalakan musik dalam perjalanan itu. Dia benar-benar ingin
mengenang semasa melewati jalan itu bersama Arera. Masih seminggu lalu, jalanan itu sebagai saksi kemanjaan Arera. Arera duduk di
sampingnya dengan senyum manis. Dia
membukakan air minum untuk Indu, menyuapi makanan kecil. Dia memperlakukan Indu
layaknya seorang raja, semua
keinginannya dituruti.
“Arera,” tak sengaja Indu menyebut nama itu sambil
tersenyum simpul. Lalu dia menghela nafas panjang. Nafas yang menyiksanya hari
itu. Nafaz yang seharusnya
dipersembahkan saat bercinta. Kini nafas itu itu dihembuskan sendirian dalam
perjalanan.
Kini
HP Indu berkedip. Dibukanya pesan wa.
“Mas
sudah sampai di mana?” tulisan dari nomor Arera.
“Mojokerto,”
jawab Indu singkat.
Indu tak berani menjawab panjang. Dia takut
kalau tulisan itu sebenarnya tulisan suami Arera.
Mulai
memasuki hutan mobil Indu dipelankan.
Pemandangan samping kiri dan kanan yang sangat indah membuatnya kembali
teringat saat bersama Arera. Harum
parfum Arera kembali tercium semerbak.
Harum parfum yang menenggelamkan keduanya dalam sebuah selimut hotel yang hangat.
Serasa surga bagi kedua insan yang sedang dimabuk cinta. Kini dedaunan di
samping kiri dan kanan jalan menyapanya dalam keadaan sendirian. Membisu seakan
tak mau jadi saksi kisah cinta diantara
belokan tajam jalanan menuju Cangar.
Setelah
setengah perjalanan Indu sengaja memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Pintu dikunci rapat-rapat. Dia menuju sebuah
warung yang berada di pinggir jalan.
Sebuah warung makan dengan menu ayam bakar. Warung itu termasuk warung istimewa. Warung yang pernah
disinggahi bersama Arera. Pemandangan
alam yang sangat menakjubkan sebelah depan warung. Bukit hijau menjulang
tinggi.
Di
belakang warung terlihat sungai yang jernih dengan bebatuan yang besar Gemericik air yang terdengar membawa kedamaian di
hatinya.
“Ayam
bakar satu dan teh anget satu,” pinta Indu pada pemilik warung.
Sambil
menunggu sajian, Indu membuka
hp-nya. Sudah ada pesan dari nomor Arera.
“Naanti
langsung saja ke alamat yang saya berikan,” bunyi tulisan dari nomor Arera.
“Ya,”
jawaban Indu singkat.
Komentar
Posting Komentar