SERPIHAN CERMIN RETAK 16

 


SERPIHAN CERMIN RETAK 16

Tung Widut

“Senang rasanya kalau nak Yuandra bersedia tinggal di sini. Bisa menemani tante            di rumah saat Carlos bekerja,” ucapnya dengan senyum mengembang penuh            harap.

Yuandra dan sahabatnya pun hanya bisa saling pandang keheranan.

“Carlos sudah bercerita banyak,” lanjutnya.

Tiba-tiba Yuandra gemetar. Seluruh tubuhnya menggigil, mukanya pucat pasi, keringat dingin ke luar.

“Maaf, tan….te. Tante sudah tahu semuanya?” tanya Yuandra terbata.

Mama Yuandra pun mulai bercerita. Berawal dari pertemuanya di mall saat itu. Perjumpaan yang merasa tertarik dengan kehalusan dan cara bicara Yuandra. Sampai cerita tentang keadaan mama Yuandra sampai akhirnya meninggal.

Kini Yuandra sedikit lega. Ternyata rahasia kesalahan  besar yang terjadi dengan pak Carlos masih tersimpan. Tersimpan dalam bilik kenangan pahit yang tak pernah terlupakan.

Tiga hari sudah Yuandra berada di rumah mewah itu. Setiap hari menemani tante Lindri. Lindri, itulah nama mama pak Carlos. Aktifitas tante Lindri tidaklah banyak.  Di usia yang cukup matang untuk ukuran seorang ibu 62 tahun. Dia hanya olah raga pagi, masak, dan menikmati hari-harinya dengan menonton tv. Tak ada kepentingan lain yang mengikatnya. Semua bisnisnya sudah ditangani anak-anaknya.

“Akhir-akhir ini Carlos  sibuk.  Berangkat pagi pulang malam. Tak tahu lah apa   yang dikerjakan di kampus semalam itu. Kalau ada kamu, ada temennya             ngobrol.”bu Lindri berjalan menuju ruang tengah.

HP Yuandra berbunyi,  terdengar  ucapan salam  sebagai pembuka. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan singkat. Kini  kaki Yuandra jalan ke lantai dua.  Dia berdiri  sambil melihat ke bawah. Sesuai petunjuk yang disarankan oleh pak Carlos. Agar tak ketahuan tante Lindri. 

“Aku terlanjur pamit sama mama ke luar kota selama seminggu.  Tapi …,” katanya terputus lama. Dia memandangi Yuandra dari balik pagar rumahnya. Cewek cantik itu bagaikan putri di atas istana. Yuandra sendiri tak begitu jelas melihat pak Carlos.  Tanaman hias telah menutupi pandangannya.

“Yuan….aku pingin pulang. Aku kangen….,”

“Yuan….tilepon dari Carlos ya. Pasti dia sudah kangen Kapan dia pulang?”  tanya tante Lindri yang tiba-tiba muncul dari belakang Yuandra.

“Dalam perjalanan tante,” jawabnya sambil terbata.

Sebenarnya pak Carlos sudah  janji. Akan berada di luar rumah saat Yuandra berada di rumahnya,  tapi keadaan tak  bisa membohongi  PakCarlos kangen dengan mamanya,  kangen dengan rumahnya dan tante Indri juga.

Pak Carlos mendengar kejanggalan dari jawaban Yuandra yang dari telepon hp-nya. Dia pun melihat tubuh ibunya yang menghampiri Yuandra.  Dia segera bersembunyi di balik tiang pagar. Kini mulai berfikir cara masuk rumah agar mamanya tak curiga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja