SERPIHAN CERMIN RETAK 17
SERPIHAN
CERMIN RETAK 17
Tung Widut
Setelah memasuki rumah mengucapkan salam pada ibunya. Pak Carlos
berjabatan tangan dan memeluk ibunya, seperti biasanya saatnya pulang bekerja.
“Kamu masih seperti dulu saja,
pulang nggak tentu, nggak dikasih
kabar sampai 3 hari. Untung ada Yuandra.
Kalau tidak, mama kayak orang bisu. Diam saja,” kata tante Lindri.
Yuandra menyambut dengan senyuman di belakang tante Lindri. Dengan
wajah merah malu. Senyuman itu pun
membuat rasahati pak Carlos berbunga-bunga.
“Hai apa kabar,” sapa pak Carlos.”
“Baik Pak,” jawab Yuabdra
sambil menunduk rasa hormat.
“Krasakan di sini?” tanya pak Carlos berlanjut.
“ Insya Allah pak, saya
terima kasih,”
“Oooooo, tidak, tidak, yang harus terimakasih saya sudah temani mama,” elak pak Carlos.
Mamanya pun segera mengajak mereka makan malam. Saat makantante
Lindri menyampaikan beberapa jadwal jalan-jalan. Agar mereka tidak jenuh.
Kebetulan malam itu malam Minggu.
Matahari mulai menampakkan diri dengan elegan. Cahayanya bercanda dengan awan putih yang kelihatan
berjajar rapi. Angin perlahan
Menyibak alam yang sangat indah. Tak
mungkin bisa di ingkari, hari yang menyenangka bagi mereka bertiga. Menghilangkan jenuh menuju keindahan pantai.
Di sebuah Gazebo di bawah pohon cemara, mereka bertiga menikmati es kelapa muda dan
ikan bakar. Keindahan pantai dengan angi semilir menghilangkan kejenuhan yang
ada.Debur ombak yang brekejaran menghapus sebentar duka yang dialami Yuandra.
Nyanyia ombak laut mengehantar mereka
tetang senyum lepas.
Mereka bercengkrama. Tante Lindri
banyak cerita, tentang anaknya
yang bernama Carlos. Carlos memang berbeda dengan kakak-kakaknya. Dia lebih aktif atau orang bilang nakal, tapi tidak demikian sekarang, sejak kuliah dan terjun di dunia Pendidikan. Semua
berubah total. Itu menurutku tante
Lindri. Cerita itu justru membuat Yuandra melamun. Pandangannya jauh ke tengah
laut. Wajahnya datar. Seakan dia mengingat sesuatu. Ataukah dia ingat saat itu? Saat di berbuat
sebuah keslahan abadi. Kesalahan yang
membuat luka menganga yang tak pernah kembali kesuciannya. Helaan nafas panjang
pak Carlos menghentikan cerita Mamanya. Keduanya berpandangan. Saling memberi
kode melihat kesedihan Yuandra.
Komentar
Posting Komentar