Pertemuan

 


Bayangan Pertemuan 

Tung Widut



Kabut pagi yang tadi datang 

Kini sirna sudah 

Siang datang bersama angin semilir 

Mengingatkan berpuluh tahun lalu Bangku yang kita duduki sejajar 

 Tak sering saling sapa 

 Tapi  satu wali kelas 

 

Dongeng mempertemuan 

 Cerita yang tak pernah bersemuka 

 Kenangan putih biru tak terhenti

Layar pijar membawa dalam satu kata


Mengulang belajar bersama

Beda antara sang pemimpin dengan rakyat biasa

Dalam satu ruas untuk mematri sejarah

Saling berilmu yang tak ada rapotnya

Hanya dalam ruang yang terikat pada sebuah kitab







Namai Diriku
Tung Widut



Goresan tangan yang tak lagi gemulai
Tinggalkan dunia kemerlap panggung
Hindari mata yang yang sudah tak menyanjung
Sirna sudah harapan yang pernah ada
Menjadi puing cerita tentang lara

Sakit hati yang membawa kesadaran
Cermin jujur berkata
Sudah tak ada tempat setitik pun


Luka yang membuka jalan terang
Terjal diawal justru satukan tekat dalam dada
Aku harus bisa
Menyisihkan rintangan dengan selaksa  doa

Niat suci yang merasa teraniaya
Meminta keadilan atas kebesaran
Hanya  Tuhan yang tau
Mulutku tanpa busa
Yang berteriak hanya demi dua lembar uang warna merah

Kini Tuhan benar mengijinkan
Membuka jalan lain yang lebih mempesona
Menuju tingginya gunung
Setinggi menara cita-cita

Kupandang hamparan  ilmu yang berserak
Dari orang yang tak bisa di temui
Kini berdiri menggandeng tangan
Memantik rasa  sakit menjadi sebuah imaji
Yang kini ku gores pada tiap ruang
Dengan nama yang lebih terhormat





Jemari Malam
Tung Widut

Mata tak lagi bersahabat
Mengerang  menjerit melampiaskan kesakitan
Ngilu menyatu dengna ragu
Angan sekejap beristirahat

Tapi
Waktu tak perduli
Dia mengejar
Mengejar semakin dekat

Waktu
Bukan pengampun yang diam diberi janji dengan bisikan mesra
Waktu bukan sahabat ketika  berhenti melangkah
Waktu bukan pemaaf yang menerima berjuta alasan dari bibir pembohong

Waktu menghargai keringat kejujuran Waktu  iklas tersenyum  atas cucuran keringat
Waktu akan mengucapkan selamat bila  mencapai puncak

#11032021






Senja Itu Datang Lagi

Tung Widut



Petang merambat di langit barat Datang perlahan usir cahaya mentari Tarung melawan awan di langit  biru  Tercipta indah jingga   menjulang


Kepak sayap burung bergegas pulang Menyapa sarang dan menempati nya tidur semalaman 

Melepas  cerita saat menemani mentari

Mencari  isi perut menggelepar ke sana ke mari


Roda para pekerja mengantarkan dia pulang 

Pintu rumah menantinya

 Segenggam emas senyum lepas  sebagai hadiah atas cucur keringat sejak pagi



Kini senja menemani mereka di jalanan dengan lalu-lalang pengguna 

Menghibur mereka dengan warna jingga yang menakjubkan baginya



Hamparan langit di barat sana 

Raihlah kepuasan untuk dibawa mimpi di peraduan 

Jangan hapus dari pikiran 

Dialah penghibur saat dalam penantian




Kala Malam Datang

Tung Widut




Senyap merambat pekat

Sunyi datang bersama gelam

Dedaunan diam tak bersuara

Tanpa angin yang membelainya malam ini


Burung malam tak terdengar

Kelepak sayap terhenti menyusuri malam

Hanya gelamp yang berdendang

Melagukan kebisuan yang tak dapat dinikmati 


Cahaya temaram lampu jalanan

Tak ada yang menikmati

Mata terpejam terdekap bantal

Tanpa mimpi yang menghiasi



Kini senyappun benar ada

Kala malam berjalan setengah

Mata mulai terpejam setelah sendirian

Menikmati sunyi tanpa arti











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja