Pertemuan
Bayangan Pertemuan
Tung Widut
Kabut pagi yang tadi datang
Kini sirna sudah
Siang datang bersama angin semilir
Mengingatkan berpuluh tahun lalu Bangku yang kita duduki sejajar
Tak sering saling sapa
Tapi satu wali kelas
Dongeng mempertemuan
Cerita yang tak pernah bersemuka
Kenangan putih biru tak terhenti
Layar pijar membawa dalam satu kata
Mengulang belajar bersama
Beda antara sang pemimpin dengan rakyat biasa
Dalam satu ruas untuk mematri sejarah
Saling berilmu yang tak ada rapotnya
Hanya dalam ruang yang terikat pada sebuah kitab
Jemari Malam
Tung Widut
Mata tak lagi bersahabat
Mengerang menjerit melampiaskan kesakitan
Ngilu menyatu dengna ragu
Angan sekejap beristirahat
Tapi
Waktu tak perduli
Dia mengejar
Mengejar semakin dekat
Waktu
Bukan pengampun yang diam diberi janji dengan bisikan mesra
Waktu bukan sahabat ketika berhenti melangkah
Waktu bukan pemaaf yang menerima berjuta alasan dari bibir pembohong
Waktu menghargai keringat kejujuran Waktu iklas tersenyum atas cucuran keringat
Waktu akan mengucapkan selamat bila mencapai puncak
Senja Itu Datang Lagi
Tung Widut
Petang merambat di langit barat Datang perlahan usir cahaya mentari Tarung melawan awan di langit biru Tercipta indah jingga menjulang
Kepak sayap burung bergegas pulang Menyapa sarang dan menempati nya tidur semalaman
Melepas cerita saat menemani mentari
Mencari isi perut menggelepar ke sana ke mari
Roda para pekerja mengantarkan dia pulang
Pintu rumah menantinya
Segenggam emas senyum lepas sebagai hadiah atas cucur keringat sejak pagi
Kini senja menemani mereka di jalanan dengan lalu-lalang pengguna
Menghibur mereka dengan warna jingga yang menakjubkan baginya
Hamparan langit di barat sana
Raihlah kepuasan untuk dibawa mimpi di peraduan
Jangan hapus dari pikiran
Dialah penghibur saat dalam penantian
Kala Malam Datang
Tung Widut
Senyap merambat pekat
Sunyi datang bersama gelam
Dedaunan diam tak bersuara
Tanpa angin yang membelainya malam ini
Burung malam tak terdengar
Kelepak sayap terhenti menyusuri malam
Hanya gelamp yang berdendang
Melagukan kebisuan yang tak dapat dinikmati
Cahaya temaram lampu jalanan
Tak ada yang menikmati
Mata terpejam terdekap bantal
Tanpa mimpi yang menghiasi
Kini senyappun benar ada
Kala malam berjalan setengah
Mata mulai terpejam setelah sendirian
Menikmati sunyi tanpa arti
Komentar
Posting Komentar