KABUT DALAM BADAI 2

 


KABUT DALAM BADAI 2

Tung Widut

 

             Rumah Arera sendiri cukup jauh. Memerlukan waktu  satu jam perjalanan. Waktu satu jam itulah mereka saling berkenalan. Mulai saling menanyakan nama, pekerjaan alamat rumah dan beberapa  basa-basi yang lainnya.  Sepanjang perjalanan Indu sering melirik kaca spion.  Setiap kali di lirik ternyata Arera sedang melihat pada Indu. Itulah yang menjadi Indu salah tingkah.

            “Nomor Mas yang tadi ya?” tanya Arera.

            “Ya,”  jawab Indu      

            “Kalau  mau pesan offline bisa?” tanya Arera lagi.

            “Bisa, sangat bisa.  Asalkan tidak mendadak,” jawab Indu.

            Tak seperti pengguna taxi on line lainya. Turun langsung memasuki rumah. Arera berdiri memberi salam dan melambaikan tangan  layaknya diantarkan teman dekatnya.

            Temaram lampu halaman membuat Arera kelihatan sangat cantik. Memakai baju pink  dengan bawahan hitam dan sepatu pink pula.  Sangat serasi. Lipstick pink di bibirnya yang sejak tadi terlihat kaca spion menjadi satu itu menambah kecantikan. Tak tahu apa sebabnya Indu pun  terbayang dengan wajah cantik Arera. Padahal banyak sekali penumpangnya yang lebih cantik dari Arera.  Indu menjadi tersenyum-senyum sendiri.

            “Mas, langsung pulang apa masih on line,” tulisan dari Arera.

            “On line,” jawab Indu singkat.

            “Oke, hati-hati loh ya banyak kuntilanak jadi-jadian. Jadi cantik loh,” pesan Arera            lagi.

            “Terima kasih Mbak,” jawab Indu lagi.

            Indu sebenarnya merasa heran dengan tingkah Arera.  Nggak biasanya orang setelah order langsung menyapanya begitu akrab, seakan sudah lama kenal. Sejak itulah sering mengorder jasa taxi on line pada Indu. Sendiri atau bersama teman-temannya.   Sejak malam itu pula  setiap hari mengirim pesan wa walaupun hanya mengabarkan keadaan dan bertanya sudah makan atau belum. Kadang mereka  berdua telepon sampai larut malam.  Saat Indu menanyakan tentang suaminya, Arera menjawab artinya tidak punyai suami. Maka bebaslah sewaktu-waktu bagi Indu untuk telepon.

            Indu yang saat itu mempunyai masalah dengan istrinya seakan-akan bagaikan mendapat hujan musim kemarau.  Istri Indu  yang hobi trevelling sering jalan-jalan bersama teman-temannya.  Tak jarang pula  sampai ke luar kota dan menginap. Sebagian besar temannya banyak  yang laki-laki. Perempuan dapat dihitung dengan jari tangan.  Apabila diperingatkan marah-marah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja