KABUT DALAM BADAI 11

KABUT DALAM BADAI 11 Tung Widut Indu berjalan di sebuah jalur tak berujung. Sempit tak ada warnanya. Hitam putih. Kedua kakinya terasa capek, juga seluruh tubuhnya lemas. Dia berusaha terus berjalan. Naas, jalan tak ada lagi. Buntu. Ditumbuhi pepohonan yang sangat rapat. Di sisi lain sebuah sinar begitu terang tiba-tiba muncul. Semakin lama semakin besar. Bersamaan itu telinganya mendenging. Semakin lama semakin jelas pula. Suara orang yang sedang bercakap-cakap. Indu membuka mata. Sosok wanita samar terlihat. “Arera. Arera. Arera,’’ sebutnya makin keras. “Ma. Yok moleh. Papa malah nyeluki selingkuhane(Ma. Pulang. Papa memanggil nama selingkuhanya),” kata Wena ketus. “Wen. Papa kenek musibah (Wen. Papa terkena musibah). Kecelakaan,” kata Riza pelan. “Udah diselingkuhi mama nggak sakit hati?” kata Wena. “Wen. Papa kecelakaan, lagi sakit. Nanti biar di jelaskan,” jelas Riza. “Kalau...