Dentum Rindu

 Sebersit Kerinduan

Tung Widut


*


Apakah aku benar melupakanmu

Atau aku hanya menyembunyikan  semetara

*

Yang ku rasa kadang rindu tiba-tiba

Tanpa pikir bibir berucap

Melantunkan lagu kesayangan

Semalam menemani begadang

*


Beribu hari terlewat

Beribu rasa kadang terlupa

Hadir sebagai diva jawa

Lewat lantunan kisah sedih dengan riang

Kerancakan  tak tertandingi

Bukti duka tak selalu bersemayam dalam jiwa 

Bisa terlewat dari angan dan diri 

Hanya dari jiwa iklas




Kabar Berita

Tung Widut

*


Kumandang adan menggema 

Memenuhi ruang  dunia

Mendengung  keagungan Tuhan

Memuja  dengan iklas

*


Mata mulai  perlahan terbuka 

Menyambut terang merambat di antara kesejukan

Mimpi terputus sudah 

Menggeliat menyisikan kehangatan

  bantal

*

Tangan meraih senjata

Alat perang melawan kemalasan diri

Melindungi uraian cerita dengan perjuangan

*


Segala upaya diperjuangkan

Merdeka tanpa diikuti derai air mata

Kini melenggang leluasa

Tinggalah tantangan diri yang terpendam



Di Balik Tirai Rahasia

Ting Widut

*


Tanpa hujan petir menyambar


Membelai tangis seorang lelaki gagah

Terhenti kegamangan menyimpan rahasia

Perpuluh tahun terbelenggu data

Yang diyakini juga sebagai suatu kebenaran


*


Mengapa kau tak berteriak

Melantangkan diri sebagai makhluk yang sempurna

Menyeruak di tengah viralnya keneranian



Ketaatan membuat diam

Tak berkutik dengan problema terpendam

Meyakini kebenaran dari orang yang lebih bijaksana

*

Hanya bercerita kepada Tuhan

Keganjilan terasa  membuat tak berdaya

Diam seribu bahasa

Ikhlas menerima hidup yang tak biasa

Tak sama dengan mereka

*

Sekarang siap

Badai akan kembali meliukkan  ketegaran

Bersanding dengan kegembiraan yang pernah di raih

Melengkapi yang sudah ada

Hanya kau yang mampu mejalankan


#manganang




Mengapa Dia?

Tung Widut



Purnama berganti sudah

Hari telah berlalu berpekan

Ketika mata mengamati rembulan

Datang pasi di suatu pagi

Tak ada yang menyapa 

Bintang pun ingkar tak setia



Awan putih tlah menjadi idola

Bersama langit biru membahana

Semilir angin yang meliukan pucuk hijau dedaunan

Mengubah surga menjadi ada  di depan mata



Burung yang mengepakkan sayap

Datang jauh dari arah pegunungan

Menyeberangi selat  hingar bingar penuh cerita

Tak membawa  kabar  tentang keperkasaan mu




Dimana nafas kau letakan

Kata manis kau ucapkan

Senyum genit kau tambatkan

Rayuan kau bisikan



Hilang sudah semua

Meninggalkan rindu makin menggebu

Memudarkan harapan yang hampir memuncak





Tak Terasa

Tung Widut





Bukan mimpi kosong  yang terurai hari ini

Tercerita tak sengaja dengan geli dan bimbang

Tangan meraih segala yang tak disadari

Begitu saja lenyap tersembunyi dalam tas pribadi



Dering terdengar kala sepi datang

Cahaya menyala panggilan dari sang teman

Bunyikah....

Ketika tersadar meraihnya kembali

Oh.....bukan milikku



Mencoba merajut angan

Menguak kembali ingatan sejam tadi

Tak terasa

Mengapa bisa?

Itulah sebuah kenyataan

Tak disadari kapan ada dan sampai





Tak Disangka 

Tung Widut


Kala alam menggambarkan jingga

Di ufuk barat matahari sudah mulai beranjak 

Dari singgasana juga peraduan Menghadirkan malam 

*

Camar pulang mencari sarang 

Dengan cepat di kepakan sayapnya memburu gelap

 Pada cicit yang seharian ditinggalkan 

Membawa segenggam makanan untuknya

"

Ketika pintu sudah terbuka 

Panggilan terasa di punggung 

Tangan menggapai pertemanan 

Letakkan yang tak perkasa 

Lihat wajah ada panggilan yang tak henti 

Tak disadar itu sebuah kesalahan



Sujud Malam

Tung Widut





Nafas sesak terengah

Duka tangis tak terelakan

Malam semakin sepi

Hanya suara isak terdengar berkali

*

Jangan risau kan rindu yang membalut

Ada batas dosa terebentang bak benang merah

Simpan redam segala rasa

Itu hanya sebuah goda yang menghiasi dunia


*

Tak akan ada kebahagiaan fana 

Gundah akan sirna termakan waktu

Sedih terlerai  sendiri

Sabar dalma menjalani

*


Tak  mengelak  sayang tiba di lubuk hati

Ketika angan merajut surga

Bila risau datang usia mengajarinya

*


Gelar sajadah 

Tumpahkan rindu hanya padaNya

Isi setiap kali wajah itu datang dengan doa

Cerita akan kembali ke jalan lurus

Tak mengikatmu sampai akhir waktu









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja