Biduk yang Hampir Tenggelam


Biduk Cinta yang Hampir Karam
Tung Widut


Kebersamaan meraih kebahagiaan
Semu adanya saat corona  menyusup tak terlihat
Doa bukan satu-satunya senjata
Tetap patuhi aturan kehidupan nyata


Tak perlu menyalahkan
Tujuan membahagiakan  wujud cinta kasih bapak
Yang ingin melihat buah hati bergembira
Hanya sebuah kata terlena
Lupa saat menikmati indahnya kebersamaan



Hapus derai tawa yang sebulan lalu ada
Kegalauan terdengar dari cerita yang sok rahasia
Pelanndan perlahan mereka terkena
Hanya doa yang sekarang ada

Satu persatu rintihan mulai menderu
Runtuh kekebalan yang tak percaya
Hanya Allah yang bisa menyelamatkan



Satu Persatu
Tung Widut



Wabah sudah tak tentu arah
Dari sudut-sudut indah
Menyerang dengan lembut tanpa rayuan

Satu persatu  merasakan 
Seluruh badan di kausainya
Lulai pun melanda antara tulang

Senyum menyerang menjema semangat
Perangi dengan sadis corona yang semakin menumpuk cerita


Jangan biar mereka meraja lela
Semaunya liar  menyeludupkan antara teman saudara orang tercinta
Usir dengan tekat membara
Bagai api asmara menebas segala keraguan

Kita bukan sebuah boneka 
Hanya menyerah pada nasib dan setia




Merpati Kecil
Tung Widut



Pagi merangkak perlahan
Menyibak tirai gelap yang menutupi keindahan alam
Mata perlahan terbelalak
Mendengar ayam jantan berkokok kesiangan
Semerbak harum sampai pojok kamar
Mengusir malas dengan  bau khas

Anggrek depan rumah
Ingatan tertuju pada bunga merpati putih
Kecil tak seharga sultan seperti yang lain
Sederhana tanpa sanjungan
Kelopak mungil semburat kuning
Bertebaran pada pucuk-pucuk tangkai


Cantik mu hanya sebentar
Saat matahari tenggelam ikut sirna perlahan
Harum pudar sudah barat satu kedipan mata
Hilang sirna meninggalkan cerita
Tetang keharuman sampai kebun belakang



Rembulan Tak Sempurna
Tung Widut


Ketiga belas matahari bersama puasa
Ramadhan indah yang terang bersama bintang
Bersinar sejak sore menemani berbuka
Perlahan gelap pekat merangkak


Suara pujian khas  pengeras masjid  mengalun 
Memanggil makmum tarawih yang siap berangkat


Bulan semburat tertutup awan 
Cahaya remang semburat jingga merona
Angin menyisihkan penghalang
Datang lagi awan lain yang melintas
Bulan bersinar tak sempurna




Tangkai Pertama
Tung Widut

Dua tahun sudah
Menimang  penuh harap
Kala sinar mentari baru menemani
Ku usap peluh untuk mengelus mu
Sinar mulai meredup
Ku belai hijau dengan hati tulus

Pertanyaan yang ada setahun lalu
Kini terjawab
Setiap pucuk berbakti padaku
Memekarkan unggu sendu
Karena terlalu sayangmu
Dua kebahagiaan kau tumpahkan

Memandang mu tak banyak waktu
Hanya ku bawa mimpi untuk memuaskan
Membelai mu kembali
Merajut suka yang sebenarnya tak terbatas
Tak ingin melepas   walau ke tangan orang tercinta
Masih terlalu sayang
Takut kehilangan
Hanya kamu dan kamu yang menjawab
Aku takut kehilangan

#anggrek25042021




Purnama Puasa

Tung Widut



Apa yang kau nanti

Hidup bukan hanya sebuah perjuangan dunia

Katakan padaNya 

Yang kau lakukan belum sempurna  




Jalan kemenangan sabar adanya

Tak mampu menyerahkan hidup dengan sebuah keiklasan

Perjuangan melawan bencana

Lebih tepat untuk kata tanpa menyerah



Rembulan datang diwaktu malam

Menyinari hati para pecundang

Bukan hidup dan mati yang ada dalam pikiranya

Sekedar isi perut  yang sebenarnya tak pernah terisi



Lihatlah jauh ke awang 

Langit sebentar abu-abu pekat tanpa bintang

Hanya gelap menyelimuti

Kala mata sejauh memandang





Bentang Cerita Dalam Ukiran Karya

Tung Widut



Lihatlah Indonesia kita

Menghijau kemilau bak permata

Menyegarkan pandangan  mengusir hampa

Menyebar permata di atas bukit dan dalamnya samudra


Suatu waktu bila sirna sudah

Matahari  tak lagi bersahabat dengan dengan rembulan

Dunia berubah ajang pertekaran

Tak lagi memikikan  belalang dan burung yang beterbangan

Di atas alam yang indah


Aku tak kan berucap

Ku ukir cerita dalam tatah aksara

Yang bisa kau baca di setiap masa


Bibirku tak akan berucap

Lihatlah dalam setiap ruas kertas yang bisa kau baca

Lihatlah pada layar kaca bertanda makna

Langkah karya abadi tersematkan


Anak cucuku

Ejalah makna sampai ke kalbu

Setiap goresan akan mendatangkan tahu

Betapa besar warisan Indonesia untukmu

Aku akan kau kenang lewat tulisanku


Aku 

Hanya menggiringmu menuju jalan ilmu

Sebagai bekal nanti dalam mengarungi hidupmu






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja