Puisi Sebersit Cahaya


 

Nirwana Tetap Ada
Tung Widut

*

Tak pernah bercerita
Tentang dalamnya laut dan dinginnya malam
Berenang melalang antara dasar bercadas
Goyangan rumput dan ombak
*

Rahwana air pun berseliweran
Siap memangsa para kecil yang tertindas
Siap bersembunyi  di balik bebatuna
Menahan diri demi keselamatan
*

Tak kenal angin sepoi yang mengasyikan
Hanya gerakan air yang menghiburnya
Melenggokan pelan dalam setiap nafas
Menuju keindahan dengan aneka reruputan

*
Nirwana ada baginya
Layaknya bidadari pda  dongeng anak
Kedamaian ketenangan dan kebhaagiaan
Tercipta pula

#05042021



Dalam Buaian Alam

Tung Widut



Kala lara tak lagi suka

Bunga aneka warna mekar di taman luas

Menyapa mesra dengan wanginya

Mengajak becanda bercekerama


Sinar mentari pagi mengkilapkan dedaunan

Pantulan dari basah yang menempel tiap lembar

Berkilau bak belian tersebar 

Dipucuk pepohonan rindang menghijau


Alam memberi kedamaian

Melenggok seirama desir angin sepoi

Menggoyangkan hati yang sedang sendiri

Dimanja dalam dunia nyata  dengan senyuman


Menjulangnya gunung bercerita

Betapa agung Sang Pencipta

Memberikan nikmat yang tiada tara

Kepada kita para penghuninya




Suara Genjring

Tung Widut



Gemerincing dari kejauhan

Sayup terbawa angin malam

Mengalunkan lagu ajakan

Mendekatkan pada Tuhan


*

Ketepak yang kadang tak seirama

Dalam kehidupan pun ada

Bukan suatu kesalahan yang dimaknai

Lebih pada pelangi kehidupan


Terdengar sebagai rayuan

Mengajak menghiba dari suara dunia

Yang bisa teredam hanya terkata dalam dada

Tuhan aku hambamu

Yang hanya meminta padaMu

Bersujud padamu

Semua jiwa ragaku



Cerita Tak Kan Henti

Tung Widut



Berlaksa hari berganti

Usapkan kenangan yang ternyata abadi

Bukan suatu kebetulan nama itu terpatri

Bersemayam dalam sanubari



Andai bisa memilih

Mengubah cerita yang telah lama 

Hapus semua tentangnya

Agar tak ada lagi bayangan dosa



Kebahagiaan tergenggam dalam langkah kini

Bukan suatu mimpi lagi

Angan justru semakin berandai

Kau tak pernah hadir


Kerendahan hati dan ketulusan

Tak hanya terungkap dalam ucap

Pengorbanan yang tercurah 

Baru ternilai kala tua datang


Sungguh

Dosa telah membalut angan

Tak lagi bisa

Walau hanya sekedar minta maaf






Embun Bersama Doa

Tung Widut

"


Malam terusir

Dentang melangkah pada surau

Mengumandangkan adan di sela kabut

Menggema memangil umat Muhammad

"

Perjalanan menebus dingin

Lampu jalanan temaram

Samar terlihat 

Bulu mata yang menerjang menyibak

Basah terhantam titik air 

Sejuk semakin ranum dibuatnya


Pecahan hujan lembut

Mengawang di atas rerumputan

Basahi setiap helai daun 

Menghijau membalut bumi




Mereka yang Bergembira

Tung Widut


Angin pegunungan semilir

Perlahan mengajak sejuk menghibur kulit ari

Dalam dada seakan ruang kosong

Lari beban yang bersemayam

*

Senyum mereka merekah diantara taman bunga

Semerbak mekar sewangi mawar

Tawa nyanyian dari tempat duduk dalam bus

Tinggalkan duka sementara

*


Irama dendang bertabuh kendang

Keriangan tak tersimpan 

Terungkap saat melodi dimaikan

Berjingkrak  gembira kala luka terlupa

*


Biarkan walau sementara

Nuansa lain tergambar sebagai warna

Pelangi dalam hidup

*

Mari bergembira sejenak

Dalam alam nyata dalam suka ria





Rembulan Samar

Tung Widut

*


Bulan purnama tak lagi sempurna

Terhalang awan hitam 

Kadang perlu jeritan untuk sekedar memanggilnya

Benar dia terdengar dan mau datang


*


Kilau cahaya beberapa bulan lalu

Masih terngiang dalam ingatan

Senyum menawan di terpa embun malam

Membekukan niat untuk begadang


*


Kini cerita rembulan tak ada lagi

Harapan mesra bersama musnah sudah

Kenyataan hidup yang melenyapkan

Tak tahu pasti apakah  rembulan ada yang merindu lagi


*

Sinag datang membuk mata

Nafas nyata harus di jalani

Merend ahari demi masa depan 

Iklas menjalani ynag utama






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja