Puisi Sebersit Cahaya
Nirwana Tetap Ada
Tung Widut
*
Tak pernah bercerita
Tentang dalamnya laut dan dinginnya malam
Berenang melalang antara dasar bercadas
Goyangan rumput dan ombak
*
Rahwana air pun berseliweran
Siap memangsa para kecil yang tertindas
Siap bersembunyi di balik bebatuna
Menahan diri demi keselamatan
*
Tak kenal angin sepoi yang mengasyikan
Hanya gerakan air yang menghiburnya
Melenggokan pelan dalam setiap nafas
Menuju keindahan dengan aneka reruputan
*
Nirwana ada baginya
Layaknya bidadari pda dongeng anak
Kedamaian ketenangan dan kebhaagiaan
Tercipta pula
Dalam Buaian Alam
Tung Widut
Kala lara tak lagi suka
Bunga aneka warna mekar di taman luas
Menyapa mesra dengan wanginya
Mengajak becanda bercekerama
Sinar mentari pagi mengkilapkan dedaunan
Pantulan dari basah yang menempel tiap lembar
Berkilau bak belian tersebar
Dipucuk pepohonan rindang menghijau
Alam memberi kedamaian
Melenggok seirama desir angin sepoi
Menggoyangkan hati yang sedang sendiri
Dimanja dalam dunia nyata dengan senyuman
Menjulangnya gunung bercerita
Betapa agung Sang Pencipta
Memberikan nikmat yang tiada tara
Kepada kita para penghuninya
Suara Genjring
Tung Widut
Gemerincing dari kejauhan
Sayup terbawa angin malam
Mengalunkan lagu ajakan
Mendekatkan pada Tuhan
*
Ketepak yang kadang tak seirama
Dalam kehidupan pun ada
Bukan suatu kesalahan yang dimaknai
Lebih pada pelangi kehidupan
Terdengar sebagai rayuan
Mengajak menghiba dari suara dunia
Yang bisa teredam hanya terkata dalam dada
Tuhan aku hambamu
Yang hanya meminta padaMu
Bersujud padamu
Semua jiwa ragaku
Cerita Tak Kan Henti
Tung Widut
Berlaksa hari berganti
Usapkan kenangan yang ternyata abadi
Bukan suatu kebetulan nama itu terpatri
Bersemayam dalam sanubari
Andai bisa memilih
Mengubah cerita yang telah lama
Hapus semua tentangnya
Agar tak ada lagi bayangan dosa
Kebahagiaan tergenggam dalam langkah kini
Bukan suatu mimpi lagi
Angan justru semakin berandai
Kau tak pernah hadir
Kerendahan hati dan ketulusan
Tak hanya terungkap dalam ucap
Pengorbanan yang tercurah
Baru ternilai kala tua datang
Sungguh
Dosa telah membalut angan
Tak lagi bisa
Walau hanya sekedar minta maaf
Embun Bersama Doa
Tung Widut
"
Malam terusir
Dentang melangkah pada surau
Mengumandangkan adan di sela kabut
Menggema memangil umat Muhammad
"
Perjalanan menebus dingin
Lampu jalanan temaram
Samar terlihat
Bulu mata yang menerjang menyibak
Basah terhantam titik air
Sejuk semakin ranum dibuatnya
Pecahan hujan lembut
Mengawang di atas rerumputan
Basahi setiap helai daun
Menghijau membalut bumi
Mereka yang Bergembira
Tung Widut
Angin pegunungan semilir
Perlahan mengajak sejuk menghibur kulit ari
Dalam dada seakan ruang kosong
Lari beban yang bersemayam
*
Senyum mereka merekah diantara taman bunga
Semerbak mekar sewangi mawar
Tawa nyanyian dari tempat duduk dalam bus
Tinggalkan duka sementara
*
Irama dendang bertabuh kendang
Keriangan tak tersimpan
Terungkap saat melodi dimaikan
Berjingkrak gembira kala luka terlupa
*
Biarkan walau sementara
Nuansa lain tergambar sebagai warna
Pelangi dalam hidup
*
Mari bergembira sejenak
Dalam alam nyata dalam suka ria
Rembulan Samar
Tung Widut
*
Bulan purnama tak lagi sempurna
Terhalang awan hitam
Kadang perlu jeritan untuk sekedar memanggilnya
Benar dia terdengar dan mau datang
*
Kilau cahaya beberapa bulan lalu
Masih terngiang dalam ingatan
Senyum menawan di terpa embun malam
Membekukan niat untuk begadang
*
Kini cerita rembulan tak ada lagi
Harapan mesra bersama musnah sudah
Kenyataan hidup yang melenyapkan
Tak tahu pasti apakah rembulan ada yang merindu lagi
*
Sinag datang membuk mata
Nafas nyata harus di jalani
Merend ahari demi masa depan
Iklas menjalani ynag utama
Komentar
Posting Komentar