Puisi Malamku
Pembalap Liar
Tung Widut
Tengah malam hingga pagi buta
Membelalakkan mata untuk sebuah keriangan
Memgerang-erangankan suara kenalpot
Memekakkan telinga sampai jauh kelangit sap tujuh
Menembus gerimis bulan Desember
Berkaca pada kilau lampu di jalan beraspal
Cerita bersemangat tentang satu putaran
Sebagai bukti kepiawaian
Laju kencang yang tak terdahului
Rasa bangga di dada semakin merona
Membusungkan dada atas nama gengsi
Sebagai raja jalanan yang tak tertandingi
Langit menangis tak henti
Memendam was-was terpendam antara bintang dalam gelap malam
Ini bukan pertama kedua ketiga kesekian kalinya
Nyawa muda di pertaruhkan
#10012021
Kosong
Tung Widut
Kehangatan yang pergi
Terlelap dari hujan yang menghujam
Mernanarkan mata yang kedinginan kala harus terbelalak
Kan pulang usai memutar otak di depan komputer
Abu-abu hilangkan biru terpapar di jauh sana
Atap langit yang menangis berderai
Membasah rerumputan hijau
Tinggal gelas bening menanti cerita
Tentang hitam yang dinikmati saat hujan
Kehangatan sempurna yang tersimpan dalam ingatan
Kini memudar tinggal kenangan
Jaga Emosimu
Tung Widut
Dunia tak hanya segenggam tangan
Persahabatan luas adanya
Hal yang tak mungkin terhapus
Memori cerita kala SMA
Terbawa sampai uban menua
Tak semua hati selalu tepaut
Tak selama cinta lama dan kebencian akan abadi
Pudar bersama usia yang semakin renta
Letakkan hormat masa sekarang
Bunga yang dulu bermekaran layu sudah
Ditelan jaman yang semakin merangas
Jangan umbar kata mengungkit cerita lama
Luka akan ada diantara keluarga
Bijak
Mereka saudara
Kala berjuang mengalahkan ego gejolak muda
Sekarang ikat tetap persaudaraan
Tak lebih
Pengkianat Itu Ada
Tung Widut
Hari tak lagi terang
Abu-abu menerawang
Macam watak pekat tak tersekat
Hanya rasa dan yang ada dalam dada tersengat
Katakan merah ketika.cerita tak berwarna
Dibalik kata yang tak terwujud
Selalu salah dalam memaknai
Diam tak kan ada
Geram rasa semakin memuncak
Berulang lukai hati yang berharap
Bisakah berkata sejujurnya
Kemampuan tersembunyi berarti buka mimpi
Lihai kata bukan menyelesaikan segalanya
Lebih baik membisu dengan bijak
Jangan lagi luka menjadi duka
Berbalik merejam hati yang mengumpat
Komentar
Posting Komentar