Bagaimana Ronda di Desamu?

 Bagaimana Ronda di Desamu?

Tung Widut


Ronda  sahur dilakukan sekelompok orang membangunkan orang untuk makan sahur.  Cara membangunkan dengan menggunakan tetabuhan. Sekelompok orang ini berkeliling desa.

Pada jaman dahulu ronda sahur di lakukan oleh para santri. Mereka sehabir salat tarawih, deres (membaca  Al qur'an).  Selesai deres biasanya mereka tidur di surau (langgar). Malamnya mereka secara berkelompok mengadakan ronda. Menabuh kentongan kayu atau bambu. 

Sesuai perkembangan jaman, sekitar tahun 1980-an  yang mereka tabuh tidak hanya kentongan. Mereka menambahnya dengan kaleng roti atau curigen minyak. Sehingga mempunyai suara yang antar kelompok.  Para pelaku ronda sahurpun sudah berkembang. Tak hanya para santri tetapi kelompok anak yang rumahnya berdekatan (bertetangga).  

Pada tahun 1985-nan ada perkembangan musik yang di gunkan. Mereka menambah dengan besi. Suara besi yang dipukul menghasilkan bunyi mirip keluncing. (Alat musik banyuwangi). Ada pula yang menggunakan  kenong, kempul atau ada yang menggunakan drum bekas. 


Seiring perkembangan adanya alat elektronika, ronda menggunakan tape recorder yang dihubungkan  dengan salon besar.  Salon diletakkan  pada gerobak. Gerobak di dorong ramai-ramai.  Sumber listrik  menggunakan memakai aki. Mulai perkembangan ini orang dewasa mulai ikut meronda. 


Diera yang lebih modern lagi,ronda diadakan  memakai  Video Compact Disc disingkat VCD. Dengan salon yang kebih besar. Tenaga listrik didapat dari tenaga diesel. Diesel yang di tari menggunkan mobil pick up. Sedangkan salon diletakkan  di atas pick up. 


 Pelaku ronda masa ini, remaja sampai orang dewasa. Keunikan pada ronda, selalu memperdengarkan lagu-lagu yang hits disertai pemanggilan terhadap sang tuan rumah yang kebetulan dilewati.   Jangkauan ronda  meliputi satu kecamatan bukan hanya satu desa. 

Mulai periode ini ronda menggunakan tetabuhan mulai terkikis. Hanya ada satu dua grup saja. 

Ada yang  model ronda baru di era ini.  Ronda model orgen tunggal vokal. Walaupun hanya satu dua grup sangat menarik perhatian.  Mereka unjuk kemampuan di tempat yang trategis, misalkan pertigaan, pertokoan, atau tempat yang biasanya digunakan untuk tempat nongkrong. Mereka mencolokan listrik pada lambu teras warga. 

Ronda live ini mempunya banyak penggemar. Beberapa warga sempat kecanduan grup ronda ini. Mengikuti  setiap penampilanya sampai  dibenerapa tempat. 

Pada perkembangan selanjutnya ronda memakai salon besar dengan kekuatan  keras sangat mendominasi. Mereka bersaing kemampuan sound yang digunakan. 

Pada tahun 2020-an ronda tetabuhan ada perkembangan. Musik yang digunakan mulai lengkap. Mulai calung, gendang, kening, keluncing dan alat musik tradisonal lainya yang dirasa cocok. 

Tempat live mereka memilih rumah yang sekiranya memberi takjil. Seperti bos semangka, bos beras, atau rumah para teman cewek karena para pelaku remaja. Tujuan ronda sudah bergeser. Yang semula membangunkan orang utuk sahur menjadi menemani atau menghibur orang sahur. "Ronda ini kan menghibur orang sahur. Kalau bangunin, nggaklah. Kan sudah ada  alarm hp," kata Obet salah satu pelaku sahur. "Sekalian mengembangkan hobi. Dari pada hanya main musik di pos ronda mending ke tetangga biar dapat takjil."  Pendapat Dika inipun diperkuat oleh Alan Jontor. "Sambil apelin cewek, ronda asyik, ronda menggembangkan hobi."

Setiap ronda didepan rumah  boz atau orang biasa pasti menhasiklan. Seakan para warga sudah ada kesepakatan. Minimal warga akan mentuapi  seceret teh, kopi, rokok, buah atau  makanan lain yang mereka punya. 

Jangkauan para peronda ini sampai satu kecamatan dengan menaiki sepeda motor menuju tempat-tempat yang sepakati. 

Hari ini hari terakhir ditahun ini mereka ronda. Semoga amalnya menjadi jalan ke surga. Salam persatua. Selamat sahur, selamat hari raya idul fitri. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lentera Kepiluan

Gadis Senja