Pentugraf Kali Ini
Daring Oh Daring Siapa Pusing?
Tung Widut
Corona bukan hanya cerita para dokter di rumah sakit yang menerima pasien dengan keluhan pusing, meriang, sakit hati, atau gemetar menahan sesuatu. Pusing. Mules, sakit hati, bibir bengkak dialami bu Kamini di sudut kelas.
Telesik bu Kamini menghasilkan beberapa catatan. Siswa tidak konsentrasi dengan pelajaran. Gawai lebih asyiik digunakan main game, lihat you tube atau sebangsanya. Soal mengerjakan tugas bisa mencontoh teman yang sudah selesai duluan. Kala terakhir deadline pengumpulan tugas, jurus kesaktian Bandung Bondowoso membuat seribu candi dalam semalam diterapkan. Tugas semester ini tuntas juga semalam.
Langkah santai percaya diri Dalboy memasuki gerbang sekolah. Rambut gondrong, mata panda, hem lusuh, sepatu tanpa ksos kaki menjadi penampilan terkeren. Kedatangannya mengumpulkan tugas pada bu Kamini setelah beberapa kali di Wapri. "Loh *Le apa kamu tidak baca file tugas yang saya berikan, ini kan tugas semester lalu?"
#paramekOskadonPanadol
#Tikunganmesra
Semangka Mertuaku
Tung Widut
Jingga merangkak gelap. Temaram lampu menyamarkan wajah lelah setelah seminggu bekerja. Hampir semua penumpang bus mulai memejamkan mata. Senyap. Sesekali terdengar "Kemana mas?" suara kondektur sambil membawa karcis dan spidol merah. Itu saja sudah sampai bangku belakang. Bus terus melaju di jalanan.
"Au." Suara manja gadis di sampingku. Lengan kiri ku terasa hangat karena pelukannya. Ketika kubuka mata, gadis itu dengan wajah malu-malu tersenyum. Kakinya perlahan di turunkan. Itu awal perkenalanku dengan Yuni Safitri. Tiba-tiba kakiku seperti ada yang menendang setelah bus melewati tikungan. Beberapa penumpang lain mengalami hal yang sama. Berjingkat karena kakinya tiba-tiba terasa di tendang setiap kali bus melewati tikungan. Terlihat seorang lelaki lugu berbaju batik menunduk di antara bangku bus. Mencari semangka yang lepas dari cekeraman kakinya.
Kini lelaki pemilik semangka itu terbujur kaku. Bersedekap di atas meja dengan kepala di utara. Sekujur tubuhnya tertutup kain jarit coklat. Dia mertuaku. Setelah turun di titik yang sama tiga puluh tahun lalu. Dia menyerahkan anak gadis satu-satunya. Rupanya tertarik denganku setelah menguping perkenalanku . Dia mewariskan semua kekayaan sehingga aku bisa membelikan mobil dan rumah untuk Yuni Safitri walau tanpa aku nikahi.
#ortu
Menyadari
Tung Widut
Hubungan ibu dan anak tak semesra rembulan dengan bumi. Matahari dengan dedaunan. Burung dengan birunya langit. Debat, kata *sengak , sakit hati menjadi suara biasa bak siaran radio."Lahir perempuan malah sulit di atur. Contoh kakakmu, selalu nurut sama ibu," kata bu Sulami kepada Rende. Banyak pemikiran antara anak dan ibu itu berbeda. Masalah menaruh barang, makan sampai arah menyapu bisa jadi masalah pelik yang ujungnya saling sakit hati.
"Jujur perasaan ku pada kakakmu berbeda. Aku ingin selalu membuat dia senang. " Kejujuran malam itu membuat Rende sulit menelan ludah. Melecut semangatnya untuk bekerja keras sebagai tenaga sukuan *nyambi buka toko sembako. *Ngloper barang dagangan sepylang ngajar sudah bukan hal yang canggung. Semua itu tentu tanpa bantuan sang ibu. Dia sadar ibunya tak akan menjual petak sawah untuk menjadikan pegawai negeri, membelikan mobil atau membuatkan rumah.
Di ruang tamu rumah joglo kuno itu duduk para perangkat desa. Sengaja di undang oleh bu Sulami. Rende yang dikabari paling akhirpun ikut duduk di samping ibunya yang sudah menjadi *kembang amben selama tiga bulan.
"Nak perangkat, jadilah saksi. Saya menyerahkan rumah dan semua isinya pada anak saya Rende. Ditanganya rumah ini tak akan di jual atau dijaminkan ke bank."
*sengak: tidak enak dirasakan
*nyambi: sambil melakukan semampunya
*kembang amben: sudah tak bisa apa-apa, hanya tidur di atas tempat tidur.
*Ngloper: membawa banyak barang menggunakan obrok.
Komentar
Posting Komentar