Hari Raya Istimewa
Menyimpan Rindu
Tung Widut
Takbir berkumandang menderu kan hati
Makin teriris merejam di ulu
Terbayang hijaunya bukit
Mengelilingi surau kecil tempat mengeja huruf Allah
Sungai kecil telah mencatat
Setiap kali lebaran tiba
Para sejawat kembali berkumpul
Menyucikan diri sebelum berbaris dibelakang imam
Aliran air kini berhenti
Diam tanpa catatan yang tertoreh
Hanya membuih menanti
Para pemudik yang dulu setia
Kembali ke kampung halaman
Tak terasa semua sepi
Di tahun ini rindupun berhenti
Berbalik arah sesuai tangan polisi
Yang berjaga di gerbang batas
Tetap simpan rindu ini
Bersama mukena putih yang masih terbungkus rapi
Sebagia hadiah buat sang ibu
Merengkuh Rembulan
Tung Widut
Malam telah datang
Lampu jalanan satu persatu menyapa
Menerangi sisi gelap yang tak terelakan
Cahaya temaram bergeming
Menyatu dengan alam langit hitam
Bertabur bintang sejuta janji setia
Manis terasa setiap desir angin
Pekat terpecah dengan lampu deru mobil
Membagi dalam dua hati yang asyik masyuk
Disela tetangga samar meninggalkan jejak
Entah sampai kapan permainan hati berakhir
Dalam pelaminan tua yang serba mungkin
#narasihatištetangga
Kumandang Takbir
Tung Widut
Mata terbuka kala ufuk timur mulai terang
Masih menggaung suara surau
Mengumandangkan kebesaran Allah
Ini hari kemenangan ke dua
Setelah kemarin beramai sholat berjamaah
Merayakan sebuah kemenangan hati suci
Terlepas dari dosa yang menyertai
Kunjung antar saudara tlah terbatas
Dikepung corona yang selalu mengancam
Kehati-hatian dan was-was
Menyelimuti setiap nafas
Tangan -tangan pendosa tak lagi berjabat
Hanya anggukan yang menandainya
Dengan senyum mengucapkan
Mohon maaf lahir batin
#harirayake214052021
Idul Fitri ke-2
Tung Widut
Suara alunan merdu takbir pagi
Menghangatkan rasa tanpa kabut
Semangat tak meragukan pagi kan datang
Terbangun sebelum matahari menyapa
Tak menyisakan kemalasan
Menghadap Tuhan yang utama
Menyapa dengan ucapan hamdalah
Menghiba dengan rendah atas semua nikmat yang luar biasa
Derai kaki melangkah menuju rumah Allah
Bersama mensyukuri hidup dalam suci
Kembali lahir dengan jiwa nurani
Hidup kembali diawali
Bibir tersenyum mengucap maaf
Dibalik masker tersembunyi ketulusan
Tanpa jabat tangan dan genggaman
Ini idul fitri kedua
Saat pandemi merengut hak merdeka
Tanpa melenyapkan makna saling memaafkan
Minal aidinwalfaizin mohon maaf lahir batin
Tradisi tak pernah henti
Mencari sela dari ancaman pandemi
Mengendap seakan menjadi percuri
Demi silaturohmi
Jalanan lenggang terancam ganasnya pandemi
Diri senbunyi dibalik tembok menyendiri
Biarkan jemari yang memberi arti
Tentang sebuah kata maaf
Kepulangan bukan harapan indah
Hati was-was setiap nafas
Jauh hei corona
Sebentar bersujud pada sang bunda
Jangan bersedih
Hapus bayangan indah
Fakta tak sama dengan awan dilangit biru
Menikmati semilir angin membelai hari
Masa ini istimewa
Tak ada riuh keriangan saudara
Berkumpul di satu bantal
Layaknya dahulu saat bersama
Kita menyadari
Ini masih pandemi
Tanpa Kemenangan
Tung Widut
Hari perjuangan hampir usai
Awal mula kodrat telah membebaskan
Hampa terasa saat mendengar pujian ramadhan
Hanya sekelumit doa disela alunan
Harapan sirna sementara
Saat tiba halangan pun datang
Pompa darah mengalir tak semestinya
Menoreh kekhawatiran
Kembali mengumpulkan tenaga
Menghadapi segala coba yang bersarang
Satu demi satu
Dieja tiap denyut yang menggelayut
Memaknai hidup apa adanya
Kesempatan perjuangan telah dibuka
Lima langkah tercipta dengan indah
Pintu surga mulai memancarkan sebersit cahaya
Tiba saatnya kembali
Berdiam dengan takdir wanita
Hanya bisa mengucap doa tanpa mukena
Sebatas luapan dan permohonan
Esok hari raya tiba
Tanpa sedenyut rasa kemenangan
Hambar dalam rasa
#12052021
Bimbang
Tung Widut
Hidup bukan sekedar uang
Tapi keping-keping keringat tak mudah menjadi lembar
Sabar dengan menahan segala hasrat
Memilih memilah kepentingan hakiki
Wajib tak tertinggal kan
Kata hati tak harus semua diikuti
Berdiam dan memejamkan mata
Membayangkan sederet daftar yang harus terselesaikan
Dengan uang
Di rumah hati bilik kepuasan
Kadang meronta tak terkendalikan
Wujud identitas diri
Lambang kepuasan
Termangu menerawang
Ikuti hasrat atau kebutuhan
Sama saling dibutuhkan
Antara dalam diri dan kebersamaan
Tak sepeti malam
Jelas datang walau hujan menerkam
Tak seperti siang
Menyala walau awan menghalang
Bimbang siksaan
Antara sudut hati yang meberatkan
Diam
Hanya diam dalam.kebimbangan
Permainan Pagi
Tung Widut
Tertawa kecil jingkrak ceria
Mulai matahari menyinarikan cahaya pagi
Dingin pedesaan tak lagi kala itu
Tak kan terasa di setiap lembar kulit ari
Mata terbuka diikuti kokok ayam
Dahan diramaikan cuitan burung menyambut hilangnya kabut
Pagi tiba saat bangun berlima
Tangan-tangan mungil segera menghentak
Menggoyangkan saudara yang masih pulas
Mari berlomba dengan matahari ajaknya
Mengayunkan sapu membentuk lukisan di tanah
Menebas habis dedaunan kering yang menutupi permukaan
Diserang hingga masuk lahat
Celoteh yang tak pernah usai
Di batasi garis-garis lurus
Dengan kaki dekil tanpa balut
Jerit canda tawa kini terajut
Permainan telah di mulai
Permainan Pagi
Tung Widut
Tertawa kecil jingkrak ceria
Mulai matahari menyinarikan cahaya pagi
Dingin pedesaan tak lagi kala itu
Tak kan terasa di setiap lembar kulit ari
Mata terbuka diikuti kokok ayam
Dahan diramaikan cuitan burung menyambut hilangnya kabut
Pagi tiba saat bangun berlima
Tangan-tangan mungil segera menghentak
Menggoyangkan saudara yang masih pulas
Mari berlomba dengan matahari ajaknya
Mengayunkan sapu membentuk lukisan di tanah
Menebas habis dedaunan kering yang menutupi permukaan
Diserang hingga masuk lahat
Celoteh yang tak pernah usai
Di batasi garis-garis lurus
Dengan kaki dekil tanpa balut
Jerit canda tawa kini terajut
Permainan telah di mulai
Kasih yang Terlupa
Tung Widut
Kedatangan mengiringi awan
Semilir menyibak kasih yang dulu pernah terukir
Di bebatuan cadas tak berujung
Pelan hilang menemani masa
Angin mengingatkan memori lama
Tentang sebuah hati yang pernah tersia-sia
Kebencian mulai meraja
Tanpa sebuah kata yang bersuara
Rindu telah hilang berlaksa
Jalani hidup dengan merpati lain
Mampu membuat sarang emas di atas dahan menghijau
Berlatar keindahan alam yang tak dapat di pungkiri keindahan
Kelana kehidupan mentari
Memori datang mengetuk hati
Luka yang sudah terpatri
Sebersit datang senyum manis
Semanis senyum perjumpaan di malam Minggu
Biar berlalu semua kenangan
Sebagai bunga kala ingatan berkelana
Setelah lenyap tertutup awan kehidupan
#cintadibalikbantal10052021
Kasih yang Terlupa
Tung Widut
Kedatangan mengiringi awan
Semilir menyibak kasih yang dulu pernah terukir
Di bebatuan cadas tak berujung
Pelan hilang menemani masa
Angin mengingatkan memori lama
Tentang sebuah hati yang pernah tersia-sia
Kebencian mulai meraja
Tanpa sebuah kata yang bersuara
Rindu telah hilang berlaksa
Jalani hidup dengan merpati lain
Mampu membuat sarang emas di atas dahan menghijau
Berlatar keindahan alam yang tak dapat di pungkiri keindahan
Kelana kehidupan mentari
Memori datang mengetuk hati
Luka yang sudah terpatri
Sebersit datang senyum manis
Semanis senyum perjumpaan di malam Minggu
Biar berlalu semua kenangan
Sebagai bunga kala ingatan berkelana
Setelah lenyap tertutup awan kehidupan
#cintadibalikbantal10052021
Komentar
Posting Komentar