Kebersamaan
Kerbersamaan Istimewa
Tung Widut
Kala hari berhenti di satu warga
Kesempatan bersama telah terwujud
Dari sekian ratus hari terlewati sepi
Ini istimewa
Berkumpul bersama di satu meja
Menonton tivi dengan cengkerama
Bercerita tak ada ujung pangkalnya
Ini Istimewa
Ketika anggota keluarga lengkap tanpa hampa
Menikmati makan malam pinggir jalan
Dibawah lampu temaram kota
Ini istimewa
Kala pergi bersama menikmati perjalanan
Ikut sang ayah ke kantor di saat malam
Ini istimewa
Ketika membeli Sepasang kaos kaki murahan
Memilih warna bersama saling berpendapat
Ini istimewa
Kala sajadah digelar dengan tiga makmum di bekangnya
Huruf Allah terucap seretak dari bibir kedamaian
Dia yang Selalu Ada
Tung Widut
Hembusan nafas yang mulai menua
Satu demi satu kemesraan terjalin
Kebersamaan canda berbatas kasih sayang
Rengekan manja di sela derai tawa
Merindu kala saling jauh
Dua butir mituara
Mengkat kadih tak kan terlepas
Tak hanya ujaran saya yang meluncur dari bibir
Pelukan selama hidup
Mencari ceria di balik semak kebajagiaan
Tumbuh subur pupuk puisi cinta
Tanpa dia yang sangat kucinta
Rasa hampa dalam letupan kehidupan
Keramaian yang Dirindukan
Tung Widut
Setiap cahaya matahari menelisik hati
Kerinduan terpendam sembunyi di balik berita wabah
Bergumam dalam kesunyian siang malam
Menyerah permasalahan sederhana
Menjadi pelik karena corona
Tak terlihat setitikpun dari mata
Tawa mereka terhalang masker memengapkan
Tak banya yang bisa disampaikan
Hanya sebuah kehati-hatian saling tak percaya
Kau atau aku yang membawa wabah
Urgen memaksa bertemu
Menyatukan pikiran hasil saling berjauhan
Ada hal yang hilang
Jadi permasalahan tak terpecahkan
Sebentar saja
Aturan prokes tetap dihalalkan
Agar pertemuan tak menuai bencana
Masalah tersisihkan jua
Tergoncang Wabah
Tung Widut
Dunia yang seharusnya tenang
Dalam rengkuhan mesra sang keluarga
Bercanda dalam satu ruang kegembiraan
Tak disangka
Goncangan membubarkan semua kemesraan
Berlarian saling menjeritkan nama Allah
Memanggil nama orang tercinta
Tergopoh dengan tujuan sama
Ke luar rumah
Jantung berdetak kencang
Ketakutan tetiba meradang
Berdesir darah mengalir dengan kekhawatiran
Alam murka dengan getaran
Mengamuk wabah di setiap sudut kehidupan
Waspadalah ini sebuah tanda
Kita mawas diri dari segala indera
Kobaran dalam Kegembiraan
Tung Widut
Hari ini
Saat senda gurau yang tersimpan
Meluap terungkap seuntai dengan lebaran
Tak hanya ungkapan hati berupa kata
Saling bersalaman cermin saling percaya
Sadarkah masih ditengah gelombang pandemi
Waspada kata yang utama
Ditanam di celah otak paling luas
Jangan bangga dengan kata vaksin
Ceita yang menderingkan gawai
Bukan menakuti hati yang sedang galau
Peringatan tentang warna hari ini
Hati-hati pandemi masih mengintai
Masa bukan jawaban pasti
Alunan gelombang panas menggelinding
Siap membakar para lalai diri
Terbakar dan menyambar
Tutuplah diri
Amankan hati
Demi aman diri
Komentar
Posting Komentar