Novel Bayang-bayang
Kenang2an PLPG dr p. Jhon Safe’i
BAYANG-BAYANG
JHON SAFE’I 2008
Malam Jum’at kliwon. Saat itu pukul sembilan malam. Seperti
biasanya, Kartijo sudah siap di atas tempat tidurnya. Emaknya juga sudah
mengantuk. Dari remang-remang sinar lampu sentir emaknya mulai enutup kelambu tempat tidurnya.
Kartijo tampak gelisah. Hujan gerimis yang kadang-kadang
disertai kilatan cahaya terang, biasanya membuat orang mengantuk. Kartijo malah
duduk termenung, sambil mendengar-dengar suara dekur emaknya.
Beberapa saat kemudian suara dekur yasng diharapkan itu pun
mulai terdengar., pertnada emaknya mulai pulas. Kartijo bangkit dari tempat
tidurnya, kemudian dengan langkah mengendap-edap dia melangkah pergi ke dapur.
Diraba-rabanya cangkul,solet dan timba yang memang sudah dipersiapkan tadi
sore.
Perlahan-lahan Kartijo membuka pintu dapur belakang yang
hanya terbuat dari anyaman bambu itu. Ia menembus kegelapan malam yang disertai
gerimis menuju pekuburan yang tidak jauh
deari belakang rumahnya. Di pekuburan itulah mayat Haryati dikuburkan tadi
sore.
Haryati adadlah bekas pacar Kartijo tadi siang diketemukan
mati gantung diri di kamar.Tiuga tahun yang lalu kekasih Kartijo itu akan
dijodohkan dengan seorang pedagang beras yang sangat kaya. Tidak seperti
Kartijo yang hanya seorang buruh bangunan.
Haryati
yang sudah menaruh hati kepada Kartijo
memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah daripada dipaksa kawin dengan
selain Kartijo.Bagi Haryati, Kartijolah p[ria idaman.
Entah
bagaimana ceritanya, beberapa hari yang laluHaryati pulang dan langsung
mengurung diri. Konon gosipnya Ia diperkosa majikanya dan kemudian hamil.
Persetan
dengan itu semua. Kenangan manis Kartijo bersama Haryati tampaknya terlupakan
malam itu. Karena putus asa Kartijo pernah dating ke seorang dukun.Kata dkun,
jika Kartijo berhasil mengambil kafan yang mati dim ala jum’at kliwon, akan
memperoleh kesaktiaan yang tak terkalahkan. Kartijo hanya hanya bertekat
menggambil kafa Haryati malam itu.
Sampai
dipekuburan Haryati, gerimis reda. Tinggal sesekali kilatan cahaya itu menerangi
jagat. Kartijo mulai beraksi. Digalinya kuburan Haryati dengan peralatan yang
dibawanya. Sayang kira-kira setinggi lutut ia menggali, hujan kembali turun,
malah lebih deras.
Makam
Haryati dipenuhi air. Karti9jo menggigil tak mkuat menahan dingin. Ia bergegas
berteduh di bawah kamboja yang daunya sedang rimbun. Dalam kesendirian Kartijo
teringat cerita gurunya yaitu sang dukun. Katanya malam-malan seperti itu
sering terjadi keanehan. Jika ada cahaya biru kemerahan turun dari langit jatuh
ke tanah, cahaya itu akan berubah menjadi kepala manusia dedngan lidah lidah
api yang menjilat-jilat. Hiiiiii… Kartijo ketakutan. Saat itu ditengkuknya terasa ada
jari besar yang menyentuh. Dingin sekali rasanya.
Kartijo
terdududk lemas. Dikiranya jari genderuwo( hantu) yang akan mencekiknya, selama
ia terduduk jari itu tidah ber[pindah, malah begerak-gerak menggelikan. Ia memberanikan untuk meraba sesuatu yang ada
di tengkuknya. Bangsat, ternyata seekor
ulat hijau besar yang jatuh dari pohon kamboja. Dibanting dan diinjaknya ulat
itu, hujan mulai reda, Kartijo kembali melaksanakan niatnya. Diangkatnya air
yang memnuhi kubur Haryati, setimba demi setimba. Kemudian ia menggali lagi.
Sampailah dia pada kayu penutup mayat itu. Diangkatnya kayu itu di atas kubur. Dari kilatan cahaya petir, Kartijo seolah
melihat sosok tubuh Haryati terbaring dengan gaun putih dan jilbab
kesayanganya. Kartijo lupa niatnya menarik kain kafan itu. Malah ia melihat seolah-olah
Haryati tersenyum menyambutnya. Senyum yang tak pernah pudar dari ingatanya.
Kartijo membalas senyum Haryati. Ditatapnya wajah kekasihnya itu, tak
membosankan. Masa-masa indah yang pernah terjadi, kini kembali terurai manis.
Dari
kejauhan terdengar kok ayam yang menasndakan fajar mulai menyingsing. Kartijo
tersentak bangun dari lamunanya. Fajar menyingsing berarti gagalnya
Kartijo memperoleh kesaktianya.
Komentar
Posting Komentar