cerpenku LUKAS...KAMU BUKAN IDOLAKU
LUKAS...KAMU BUKAN
IDOLAKU
Pagi
ini seperti biasa. Aku berangkat pagi ke sekolah. Sesampainya di dalam kelas,
ku taruh tas di bangkuku.” Mel.....” Lukas
menyapaku dengan wajah berseri. Tak perduli. Aku bergegas jalan ke
kantin membeli kue dan teh manis. Dari jauh ku lihat Lukas berdiri di pintu.
Tumben anak itu berangkat pagi, biasanya selalu dihukum karena terlambat.
Bel
berbunyi. Semua masuk kelas masing-masing begitu juga aku. Jam pertama mulai,
hari ini pelajaran IPA. Lagi-lagi aku perhatikan Lukas. Tak seperti biasanya,
duduk di bangku paling belakang. Kali ini dia duduk tepat berada di belakangku.
Selama pelajaran seperti biasa, dia selalu bicara bercanda kesana kemari.
Sering kakinya menendang-nendang kursi yang ku duduki. Sungguh.
“Hei Lukas jangan ganggu” kataku. Dengan canda dan makin
menendang keras kursiku Lukas menjawab, “ Gini aja, huh”. Dasar Lukas anak
bandel. Semua peringatanku bahkan peringatan guru tak pernah digubris serius.
Bahkan jam berikutnya dia duduk di sampingku tukar tempat duduk dengan Selvy.
“Sana pergi,
jangan duduk sampingku!”, usirku. Tak digubris pula usiranku. Dia tak
mendengarkan. Cerita terus dengan Darul.
“Hei Lukas.......kamu jangan duduk di sini” teriakku
sambil mendorong badan lukas.
“Hei Mely....tak
ada peraturan yang melarangku duduk disini”. Sambil meledekku.
“Kamu nakal, suka ramai, menganggu aja” sambil kembali
kudorong badannya.
“Dari dulu...kok kamu masih bilang sekarang sih Mel”.
Jawabnya dengan santai.
“Lukaaaassss .......”,teriakku.
Tiba-tiba bu Santi
guru bahasa Indonesia masuk
kelas. Kami semua diam mengikuti pelajaran. Selama pelajaran ada saja tingkah
Lukas yang tidak mengenakkanku. Saat ditugasi mengerjakan dia selalu cepat menyelesaikan, itu kebaikan
Lukas. Setelah itu dia cerita sambil corat coret di bukukulah, mencabuti bulu
tanganku yang mulai tumbuhlah....pusing rasannya. Ada saja tingkah anak itu
yang bikin kelas jadi gaduh.
Saat
istirahatpun tiba. Aku segera ke toilet agar tak terlalu antri. Sekembalinya
dari tolilet, aku dan Silvy duduk di bawah pohon mangga depan kelasku. Terlihat
teman-teman sekelasku bercanda asyik di dalam kelas. Tak lama aku duduk Seren
memanggilku
“Mel... sini!”, sambil melambaikan tangan.
“Aku?’, tanyaku sambil meletakkan jari di dadaku.
“Ya...sini” teriaknya lagi.
Aku dan Selvy segera berdiri dan masuk kelas 8 K.
Ternyata semua teman berkumpul. Sesampai aku di depan pintu semua teman
menyanyikan lagu ulang tahun. Ya aku memang ulang tahun hari ini. Lukas segera
berdiri dari tempat duduknya menghampiriku.
“Selamat ulang tahun ya Mel....” ucapnya sambil
memberikan kotak kecil sebagai hadiah. Diikuti ucapan selamat dari teman
sekelas.
“wah ......teman-temanku baik banget. Apalagi Lukas anak
nakal ini ternyata punya hati mulia juga” kataku dalam hati.
Setelah
nyanyian berakkhir teman-teman minta kubuka kado pemberian Lukas. Akupun
membuka dengan penasaran isinya. Setelah semua bungkus sudah tinggalah menarik
kotak.
“cicaaaaaak.........”
Aku
seakan berjalan sebuah jalan buntu yang gelap, berdiri menoleh kekanan ke kiri.
Dari jauh terlihat sebuah sinar. Aku berjalan menuju sinar itu. Kupingngku
berdenging. Makin lama makin jelas. Disusul ada suara yang memanggil namaku.
Makin lama makin jelas. Ketika kubuka mataku. Aku berada di ruang UKS. Di
sampingku ada selvy dan Seren. Badanku serasa panas di olesi minyak kayu putih.
Baunya menyengat. Ikat pingangku longgar. Sepatu sudah lepas. Rupanya aku
pingsan tadi.
Setelah sejam lebih aku tiduran, petugas UKS
menghampiriku.
“Bagaimana rasanya?” tanyanya.
Aku hanya penggelengkan kepala.
“Masih lemas?” tanyanya lagi.
“Tidak”, jawabku.
“Kalau dah baik minum vitaminya, dan silahkan ke ruang
BK, kamu di nanti bu Narti”, Perintahnya.
“ ya bu....”, jawabku sambil bangun dan memakai sepatu.
Sesampai
di ruang BK ternyata Lukas sudah duduk di kursi yang berhadapan dengan bu
Narti.
“Syukurin kamu anak nakal, kamu dapat masalah”, kataku
dalam hati.
“ Mely......silahkan duduk”, sambut bu Narti.
Aku dipesilahkan duduk di samping Lukas. Memang ada dua
kursi di hadapan bu Narti. Aku segera duduk. Ku lirik Lukas tertunduk. Pasti
dia di marahi bu Narti. Aku merasa senang.
“Mely, apakah kamu hari ini ulang tahun?”, tanya bu Narti
“ Ya, bu”Jawabku singkat.
“Kamu di beri hadiah?”, tanyanya lanjut.
“Ya bu”, jawabku masih singkat.
“Siapa yang memberi”, lanjutnya.
“Lukas bu” jawabku penuh kemenangan sambil menunjuk Lukas. Lukas diam dan masih menunduk.
“Apa isinya” tanya bu Narti lagi.
“Cicak bu” jawabku
sambil melirik Lukas.
“ Apa betul, kata Lukas kamu pacarnya?”, tanya bu Narti
lagi
“Lukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas”, Teriakku sambil melotot pada
Lukas.
Komentar
Posting Komentar